18. Rencana Zenni

1343 Words
Zio menceritakan semua yang terjadi tentang kehidupan Dareen kepada Zenni, ia bingung harus berbuat apa. Pasalnya keadaan Dareen begitu mengenaskan saat ini. Pemuda itu memilih tinggal di apartemen yang dulunya di tinggali oleh Zanna. Namun Zio tak tinggal diam, ia selalu menjenguk sepupu kesayangannya itu setiap hari. Membawakannya makanan dan juga obat, semenjak kepergian Zanna, pemuda itu jadi sering sakit-sakitan karena susah sekali untuk di suruh makan dan hanya menghabiskan waktunya dengan bergulung di selimut tebal milik Zanna, sesekali menghirup aroma tubuh wanita itu. Terdengar sedikit gila memang. Seperti saat ini, Zio kembali menemui Dareen di apartemen nya. Bukannya Zio tidak mau menginap di situ, tapi karena Dareen sendiri yang melarang nya untuk menginap. Ia bilang hanya ingin sendiri tanpa ada yang mengganggu. "Reen, sekarang kau harus makan sarapan mu, kau mau mati terlebih dahulu sebelum melihat Zanna, hah?" geram Zio, karena Dareen hanya memainkan makanan dalam piringnya dengan tatapan mata kosong. "Aku hanya ingin bertemu Zanna, pasti dia sekarang sudah melahirkan anak-anak ku, aku adalah ayah yang bodoh, aku tak berguna. Untuk apa aku hidup jika begini. Kenapa Tuhan tak mencabut nyawa ku saja," Dareen terkekeh miris. "Cukup!! Aku tak menyangka bahwa pikiran mu sedangkal ini. Jika kau ingin menemui anak-anak mu setidaknya, kau harus merawat dirimu sendiri jangan seperti mayat hidup begini!" marah Zio, ia lelah memikirkan nasib malang yang menimpa adiknya ini. "Aku ingin bertemu dengannya," Dareen menangis sejadinya, membuat Zio semakin bingung harus berbuat apa. 'Apa aku harus mempertemukan Dareen dengan Zanna? Aku harus tau terlebih dahulu sebenarnya masalah apa yang membuat kedua wanita kembar itu di asingkan dari keluarga Bramasta. Gumam Zio. Tanpa menunggu lama Zio menghubungi Zenni, dan bermaksud menanyakan perihal janggal yang selalu menghantui fikiranya itu. Hingga beberapa saat kemudian ia berhasil menghubungi gadis tersebut. Zenni terpaksa menceritakan tentang hubungan permusuhan antara keluarga Bramasta dan keluarga Takkeru. Roger lantas terkejut dengan fakta mencengangkan itu. Bagaimana bisa keluarga Bramasta mencoba melakukan pembunuhan terhadap keluarga Takkeru?. Apa keluarganya punya dendam dengan keluarga Takkeru? Setahu nya keluarga Bramasta tidak pernah melakukan hal tersebut. Zio bingung di buatnya, ia segera kembali ke nansion nya dan bermaksud menanyakan hal itu kepada keluarga Bramasta. Sesampainya di mansion. Zio langsung menemui kedua orang tua Dareen di ruang utama. Nyonya dan Tuan Bramasta jelas terkejut. Kenapa keponakan nya tiba-tiba mengajak nya berkumpul di ruang utama? Apakah ada hal serius yang ingin ia tanyakan? Pasalnya tidak biasa nya Zio melakukan itu. Batin Tuan Bramasta. "Zio, apa ada sesuatu yang penting? Hingga membuat mu mengajak kita berkumpul?" tanya Nyonya Bramasta mengawali pembicaraan. Zio hanya mengangguk, menarik nafas panjang dan memulai bercerita. "Om, Tante, aku ingin memberitahu kalian tentang hal yang sangat penting, tapi jangan bilang pada Dareen dulu," pinta Zio. Kedua orang tua itu masih terdiam menunggu kelanjutan cerita sepupu nya. "Aku sebenarnya tau dimana Zenni dan Zanna berada," ucapnya. Sukses membuat kedua orang tua itu terperanjat kaget. "Kau, mengetahui keberadaan mereka? Lalu kenapa kau tidak memberitahu kami, kau lihat Dareen sudah hampir kehilangan akal," Nyonya Bramasta sedikit terpancing emosi. "Dengarkan penjelasan ku dulu Tante ... aku punya alasan untuk tidak memberitahu kalian," ucap Zio selanjutnya. "Tenang, hm, kita dengar kan penjelasan Zio dulu. Ok." Tuan Bramasta mengelus lembut punggung sang istri. "Jelaskan semuanya Zio," pinta Tuan Bramasta selanjutnya. Zio memulai bercerita kembali. "Begini Om ... sebenarnya kedua orang tua Zanna dan Zenni masih hidup dan mereka berada di Jepang, sedang orang tua yang mengasuh Zanna itu hanya orang tua angkat saja. Dan aku juga baru tahu jika Zanna memiliki saudara kembar." Namun nampaknya kedua orang tua tersebut sudah mengetahui keberadaan Zenni, buktinya mereka tidak terkejut. "Kalian pasti akan terkejut jika mendengar siapa kedua orang tua mereka, kedua orang tua mereka adalah Tuan Daisuke dan Nyonya Hikari, tentu kalian tidak asing lagi dengan nama itu," lanjut Zio terhenti sejenak, ia menatap tajam kearah kedua orang tua di hadapannya menunggu reaksi apa yang akan tergambar di raut wajah kedua orang itu. Kedua orang tua Zio lantas terkejut bukan main. Bagaimana bisa kedua orang tua wanita itu adalah sosok pemimpin perusahaan ternama di Jepang yang paling di segani di dunia bisnis, seperti dirinya?. Tunggu, bukankah kedua orang itu sudah meninggal?. Batin Tuan Bramasta bertanya-tanya. "Tunggu, Zio, bagaimana mereka masih hidup? Bukan kah mereka sudah meninggal beberapa belas tahun yang lalu?" tanya Tuan Bramasta heran. "Bagaimana Om bisa tau kalau mereka berdua sudah meninggal?" tanya Zio datar. "Siapa yang tidak mengenal mereka, bahkan di dunia bisnis sudah tersebar berita tentang kematian mereka berdua," jawab Tuan Bramasta pada akhirnya. "Lalu, apa kalian tau siapa yang telah membunuh mereka?" tanya Zio mengintimidasi, ini lah inti yang ingin ia tanyakan sedari tadi. "Yah, kakek Dareen yang telah membunuh nya, Om tidak terlalu mengerti dengan permusuhan mereka di masa lalu. Yang jelas perusahaan kita masih di atas kepemimpinan kakekmu saat itu," lirih Tuan Bramasta merasa bersalah atas tindakan yang dilakukan oleh orang tua nya. Dan sekarang harus berimbas pada keturunan nya. Zio meraup wajahnya kasar, sekarang ia tau jawaban dari semua pertanyaan nya selama ini. Sekarang ia harus bagaimana, keluarga Takkeru terlanjur dendam pada keluarga Bramasta. "Sekarang kita harus apa Om? Keluarga Takkeru sudah membenci keluarga kita. Mereka sengaja menjauhkan anak-anak nya dari keluarga kita. Dan kita semakin sulit untuk membantu Dareen bersatu lagi dengan Zanna." keluh Zio. "Om akan mencoba menemui keluarga mereka dan menjelaskan semuanya," putus Tuan Bramasta. "Jangan dulu Om, jika kalian kesana aku takut Zenni terkena imbasnya, karena dia yang memberikan informasi ini pada ku." Kedua orang tua itu kembali terkejut. "Kau bilang Zenni? Kau berhubungan dengan nya?!!" tanya Nyonya Bramasta sedikit meninggikan suaranya. Zio hanya menunduk seraya menjawab. "Iya Tan, aku berteman dengan nya, dia sekarang sudah berubah tidak seperti dulu," titahnya. "Kau yakin hanya berteman saja? Jangan pernah menggunakan perasaan mu untuknya Zio, karena akan menambah rumit masalah kita," peringat Tuan Bramasta. "Iya Om, aku mengerti, lagi pula aku juga tidak tertarik dengan nya," gumam Zio sedikit ragu dengan ucapan nya. Zenni begitu gelisah malam ini, entah mengapa ia tidak bisa tidur dan terbayang-bayang wajah Zio. Gadis itu hanya membolak-balikan badan di kasur besarnya. "Kenapa kau memenuhi pikiranku??? Astaga ... cepat pergi, aku mau tidur," gerutu nya sendiri sambil mengetuk kecil kepala nya sedikit keras. Zenni terduduk dan tersenyum evil, tiba-tiba seolah ada lampu yang menyala di atas kepala nya. Jangan panggil dia Zenni jika gadis itu tidak punya beribu akal licik di dalam otaknya. "Yah!! Aku akan minta ijin pada papa dan mama untuk berlibur sendirian ke luar Negeri, dan aku akan mengajak Zio tentunya, hihihi," Zenni terkikik geli membayangkanya pertemuan nya dengan Zio nanti. Terlebih dahulu ia menghubungi Zio, ia harus bisa membujuk pemuda itu agar mau berlibur dengan nya. Apapun cara nya. Tak lama kemudian panggilan telphone nya tersambung dengan phonesel Zio. "Iya, halo ... ada apa Zen? Tumben sekali malam-malam menghubungiku? Kau merindukanku, ya???" goda Zio dari sebrang, yang mana ucapan itu di tanggapi Zenni dengan hati berbunga-bunga, gadis itu tertawa tanpa suara seraya berguling-guling hingga terjerembab ke lantai. BUGG!! Suara tubuh Zenni yang terjatuh dengan tidak elitnya. "Zenni!! Suara apa itu? Kau, ok?" tanya Zio khawatir karena mendengar bunyi gedebuk yang cukup keras. "Ti-tidak, ah, itu suara kucing jatuh dari loteng mungkin," elaknya, ia merutuki otak bodoh nya, kenapa tiba-tiba dia berubah bego jika berhubungan dengan Zio. "Oh, jadi kau penyuka kucing? Aku baru mengetahuinya. Padahal dulu kau sangat alergi terhadap binatang," kekeh Zio. Zenni terdiam sejenak berusaha berfikir untuk mengalihkan pembicaraan. "Em. Oh, ya, bagaimana kalau kita berlibur. Em, maksud ku, agar kita bisa leluasa membicarakan tentang misi kita," alibinya, ia berharap Zio mau menyetujui usulan nya. Zio berfikir sebentar, mempertimbangkan permintaan Zenni. "Kau yakin? Kalau aku sih tidak masalah. Apa orang tua mu mengijinkan mu pergi?" tanya Zio balik. "Itu urusan gampang bagiku, yang terpenting kau setuju.," Zenni melompat-lompat di kasur besarnya bak anak kecil. "Lalu kau mau berlibur ke mana?" Tanya Zio kemudian. "Em, bagaimana kalau ke Korea, aku ingin sekali pergi ke sana. Lagi pula aku punya villa di sana," tutur Zenni antusias. "Baiklah, kabari aku secepatnya, jika kau sudah mendapatkan ijin dari orang tua mu. Aku mau tidur dulu, semoga mimpi indah gadis nakal," goda Zio lagi.

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD