Keindahan Sesaat

1016 Words
Wangi mie instan goreng yang memanjakan hidung, dan seketika membuat perut semakin lapar, tercium dengan begitu kuat menggelitik untuk segera makan. "Wah ... udah mateng nih mie - nya!" Wenda yang pertama kali menyeletuk. "Kamu mah kalau soal makanan emang yang pertama, Wen! Padahal badan kamu kurus ceking, tapi makannya cem juara mukbang!" Dana masih bad mood karena ulah Wenda yang sengaja membiarkan Sora dan Alshad berduaan. "Paling habis ini mereka gedor - gedor pintu, minta dibukain!" tebak Kiki. "Ya, tungguin aja!" jawab Fajar. Mereka masih bisa cengengesan sekarang. Tapi sampai beberapa saat kemudian, belum ada tanda - tanda Alshad atau pun Sora akan keluar dari dapur. Tidak terdengar gedoran pintu untuk dibukakan dari luar. Tidak ada teriakan emosional juga. "Mereka kok nggak keluar - keluar?" Wenda mulai menyuarakan kecurigaannya. "Iya, aku juga heran!" sahut Kiki. "Kita bukain aja pintunya deh. Jangan - jangan gas di dapur bocor, terus Sora sama Alshad keracunan gas. Jangan - jangan mereka berdua pingsan di lantai. Nggak mungkin kan mereka betah di dapur berdua aja kalau nggak kenapa - kenapa. Kan Sora nggak suka sama Alshad. Dia suka marah - marah kalau ada Alshad di deketnya." Dana dan segala fantasi, juga jiwa shipper - nya yang kuat dan tangguh untuk pasangan Samran - Sora. "Mikir jauh amat, sih. Mending kita cek dulu aja. Dari pada nge - halu. Mending Sora kalau halu dapet duit, bukunya laku. Nah kamu ...." Fajar yang menyahut. Sahutan yang biasa saja sebenarnya. Tapi karena Dana memiliki perasaan khusus pada Fajar, sahutan yang biasa saja itu, jadi terdengar begitu istimewa. Bahkan Dana tak kuasa menahan senyuman bahagia. Memegangi dadanya yang ikut berdebar - debar seiring dengan semakin cepatnya detak jantung di dalam sana. Mereka kemudian bersama - sama menuju ke dapur. Sebelum membuka pintu, mereka terlebih dahulu mendekatkan telinga ke pintu. Berusaha mendengar jika ada suara - suara yang bisa mereka jadikan petunjuk. Terdengar suara cekikikan. Juga suara orang ngobrol. Betapa terkejutnya semua orang. "Gila ... baru ditinggal sebentar mereka udah akrab dan bercanda - canda gitu. Ajaib nggak sih!" Wenda tak bisa menyembunyikan rasa kagum dan terkejutnya. Akhirnya setelah satu bulan berlalu, impiannya untuk melihat Sora dan Alshad menjadi akrab akan segera terwujud. Untuk saat ini masih sebatas mendengar. Belum bisa melihat. Sementara Dana terlihat tidak terima. Bisa - bisanya Sora malah akrab dengan Alshad. Padahal hanya sebentar saja mereka ditinggal. Dana sudah khawatir jika saja Sora jari beralih jatuh cinta pada Alshad. Fajar dan Kiki yang sudah duluan berusaha mengintip ke dalam, melalui celah pintu. Sayangnya tidak berhasil, karena uang kelihatan hanya sedikit sekali. "Langsung buka aja deh, Jar!" pinta Kiki. "Oke, deh." Fajar langsung setuju. Ia menarik penguncinya, lalu memutar knop pintu. Pemandangan yang pertama mereka lihat adalah ... ya benar dugaan mereka, Sora dan Alshad sedang terlibat obrolan santai yang terlihat akrab dan menyenangkan. Sayangnya fokus mereka kemudian berpindah pada hal lain yang Alshad dan Sora lakukan di luar mengobrol akrab. Tentu saja ... makan mie. "Astaga ... Shad kamu nggak tahu diuntung, ya. Udah dibantuin deket sama gebetan. Malah mie kita kalian Embay duluan!" Kiki langsung mengomeli Alshad. "Iya, Shad. Tega bener, kamu sama Sora. Mana makannya udah banyak banget. Kami hampir nggak kebagian, tuh." Fajar nampak menelan ludah saking lapar dan sudah ingin makannya. "Yah ... kok malah kalian yang protes? Apa nggak kebalik?" tanya Alshad. "Aku dan Sora yang kalian kunci di dalam sini. Harusnya kami dong yang protes!" Alshad menjawab masih dengan terus makan mie. Sora malah sejak tadi tetap fokus makan mie tanpa terganggu sedikit pun oleh kedatangan teman - temannya. "Sora, kamu kok bisa - bisanya malah ngobrol akrab banget sama Alshad, sih? Terus si Samran gimana? Kamu jangan menciptakan bibit - bibit perselingkuhan, dong!" Dana langsung protes besar - besaran pada Sora. "Lhah ... kan kalian sendiri yang ngunci aku sama Alshad di dalam sini. Ya kali di saat kami terjebak, terus kami tetep berantem nggak jelas. Ya kami harus berjuang saling akrab untuk saling menyelamatkan, kan. Mana kami tahu kalian masih di sini. Kami pikir udah pulang duluan ninggalin kami." Sora menjawab masih dengan asyik makan. "Itu mie - nya jangan dihabisin, woy!" Dana memperingatkan. "Bukan aku yang ngunci. Tapi mereka bertiga, tuh!" Dana langsung menunjuk ketiga temannya. Sementara Wenda belum berkata apa - apa. Karena ia masih terkesima dalam kebahagiaan, cita - citanya melihat Alshad dan Sora menjadi akrab, kini telah menjadi nyata. Kiki yang panik karena takut mie instan mereka akan benar - benar habis, segera merebut wadah mie itu dari tangan Alshad. Ia membawa wadah mie - nya pergi. Yang membuat Kiki seketika menjadi seorang tersangka buron. Semua orang langsung mengejarnya, termasuk Wenda yang kini mulai sadar jika dirinya terancam tidak akan makan mie yang sudah ia tunggu - tunggu. Hanya tersisa Alshad dan Sora yang tidak mengejar Kiki. Tentu saja karena mereka sudah kenyang. Mereka hanya tertawa saja melihat tingkah konyol dan kocak teman - teman mereka itu. Alshad diam - diam menatap Sora. Mengagumi betapa indah ciptaan Tuhan di hadapannya. Terlebih ketika Sora tertawa renyah dan riang seperti itu. Alshad melihat ada satu potong mie berukuran pendek yang tertinggal di sudut bibir Sora. Alshad yang masih terpesona pada Sora, sama sekali tak sadar kala tangannya dengan sendirinya terulur untuk menghilangkan potongan mie kecil itu. Hal yang seketika membuat Sora berhenti tertawa. Ia kaget tentu saja. Untuk sekejap bahkan tidak mengerti kenapa Alshad tiba - tiba sekali menyentvh bibirnya. Sora bahkan sempat berpikir bahwa Alshad sedang mengajaknya berciuman. Tapi ternyata tidak. Dan hal itu membuat Sora malu. Ternyata Alshad hanya membersihkan potongan mie di sudut bibirnya. Tatapan Sora dan Alshad beberapa saat bertemu. Sama - sama membayangkan apa jadinya jika mereka benar - benar sudah Sekaran ini sejak awal KKN. Apakah mereka akan saling jatuh Cinta? Kemudian Sora membayangkan jika sejak awal ia dekat dengan Alshad, mungkin ia juga akan menolak dikenalkan pada Samran. Sayangnya ... kenyataan tidak seperti itu. Alshad menatap Sora begitu dalam. Tak rela menghentikan keindahan sesaat ini berlalu. Ia ingin menikmati hal ini lebih lama. Meski tahu rasanya tak mungkin. Bahkan entah ... mulai besok ia masih akan bisa bertemu lagi dengan Sora atau tidak. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD