LANJUTAN 3

2162 Words
Alarm berdering tepat di saat fajar tiba, tepat jam 5 pagi, begitu semangatnya Krisna untuk menjalani hari ini, bergegaslah Krisna ke kamar mandi bersiap untuk sembahyang dan mempersiapkan keperluan yang di butuh kan untuk melamar pekerjaan.  Cerah, itulah suasana pagi hari di kosan Krisna, semua keperluan sudah siap, bekal hingga do’a pun sudah di panjatkan sembari sembahyang subuh.   “ Mudah – mudahan hari ini semuanya lancar .” Ujar Krisna dengan penuh harap.   Semua kejadian semalam coba untuk Krisna lupakan, Krisna berusaha seperti kejadian itu tidak pernah terjadi, Krisna melihat ke arah jendela luar kamarnya matahari seperti lebih cepat naik saking cerahnya hari itu, padahal waktu masih sekitar pukul 6 pagi.   “ Luar biasa hari ini mendukung Ku.” Ujar Krisna. “ tapi kenapa Pak Yaya, belum kedengeran ya .” Tanya Krisna. Dengan penuh semangat Krisna keluar dari kamarnya, saat turun dari tangga terlihat Pak Yaya sedang duduk diam di teras rumah, sambil menikmati segelas kopi hitam dan di temani koran harian.   “ Pagi sekali Mas, dari jauh jadi bukan kaya Mas Krisna .” Ujar Pak Yaya bercanda.   “ Lalu seperti siapa Pak ?” Tanya Krisna sambil duduk di kursi teras yang berhadapan dengan Pak Yaya. “ Seperti itu lohh, Bos – bos besar, pakaian rapi, rambut kelimis, sepatu bagus, sudah cocok jadi Bos besar .” Ujar Pak Yaya. “ Bapak bisa aja nih, saya baru juga mau melamar pekerjaan Pak, kalau Bos itu mereka punya usaha sendiri, punya karyawan sendiri, dan mereka gaji diri mereka sendiri sedangkan saya kerja pun baru mau itu pun belum tentu di terima .” Ujar Krisna.   “ Nah justru jangan ada kata – kata seperti itu, motivasi diri sendiri itu harus, jangan biarkan kita terbawa arus, jadikan pengalaman guru terbaik, dan jangan pernah nyaman di zona aman, tuh kan Bapak malah jadi seorang motivator di pagi hari, maaf Mas jadi menggurui .” Ujar Pak Yaya.   “ Jangan kapok Pak, buat ngasih wejangan – wejangan buat saya, saya justru merasa senang Pak .” Ujar Krisna.   “ Ya sudah , sekarang Mas sarapan dulu, sebelum berangkat, di meja sudah ada sarapan tinggal makan saja .” Ujar Pak Yaya.   “ Ga papa Pak, Saya sarapan di jalan saja, saya ngejar pagi soalnya saya belum tau jalan di sini sekalian saya jalan – jalan , dan biar dapat jadwal interview paling awal .” Ujar Krisna.   “ Ohh , ya sudah, hati – hati ya mas di jalannya .” Jawab Pak Yaya.   Krisna melangkah berjalan keluar, kaki nya setapak demi setapak menyusuri g**g sempit hingga menuju jalan besar, Krisna sengaja memilih berjalan kaki untuk menghemat pengeluaran, satu persatu orang di tanyai alamat kantor yang sedang membuka lowongan itu.   Ditunjuknya gedung 20 lantai, dan memang tidak terlalu jauh dari rumah kos Krisna, hanya perlu waktu 15 menit berjalan kaki untuk menuju kantor itu, tepat waktu juga sudah menunjuk kan jam 7 pagi.   Nafas Krisna sontak semakin cepat, canggung dan gugup itu yang Krisna rasakan, arah pandangan Krisna melihat dari atas hingga ke bawah gedung, langkahnya mulai bergetar, sesampainya bertemu dengan pihak keamanan kantor, gugup itu pun semakin memburuk.   “ Permisi Pak, Saya mau melamar pekerjaan untuk posisi Marketing.” Ujar Krisna kepada pihak keamanan kantor.   Tangan Krisna mulai berkeringat dingin. “ sebelumnya sudah ada janji Mas ?” Tanya pihak Keamanan kantor. “ Belum Pak, saya baru mau melamar .” Jawab Krisna. “ Boleh di titip saja Mas lamarannya, nanti biar saya kasih ke bagian HRD .” Pungkas pihak keamanan kantor.   Sedikit kecewa Krisna menitipkan surat lamaran pekerjaan itu, perlahan Krisna pergi meninggalkan kantor itu dengan sesekali menarik nafas panjang.   “ Sudah rapih, wangi, ternyata belum sempat di interview.” Ujar Krisna gusar.   Dari dalam kantor, pihak keamanan itu tiba – tiba memanggil Krisna, dan menyuruhnya untuk masuk dan langsung bertemu dengan staff HRD.   “ Mas, Mas tunggu sebentar, Mas di suruh langsung interview.” Ujar pihak keamanan itu. “ Yang betul Pak.” Jawab Krisna dengan wajah tersenyum. “ Ia Mas, mari saya antar." Ujarnya.   Langkahnya semakin bersemangat, do’a tidak henti – hentinya ia panjatkan, masuk ke area kantor udara dingin dari AC mulai terasa, wangi harum ruangan pun semerbak di mana – mana, lantai yang sangat bersih, mungkin ini lah salah satu kantor bonafid di kota ini.   “ Mas, silahkan lurus saja ikuti koridor ini nanti di depan, mentok belok kiri, di situ ada ruangan staff HRD ketuk saja , sudah di tunggu staff nya di sana.” Ujar pihak keamanan kantor. “ Ohh ia Pak, terima kasih.” Jawab Krisna bahagia.   Sambil berjalan melewati koridor kantor itu, pandangannya tidak pernah berpaling dari ornamen – ornamen yang mewah, kagum dan bangga bisa bekerja di kantor itu, dan terlihat pintu bertuliskan STAFF HRD , Krisna bergegas dan mengetuk pintu.   “ Permisi Pak.” Sambil di bukanya pintu itu. “ Saya mau interview.” Ujar Krisna. Krisna tidak menyangka, kalau HRD di kantor ini masih muda, sebab rata – rata staff HRD biasanya usia sangat matang, begitu mencerminkannya perusahaan ini memiliki semangat anak muda.   “ Silahkan duduk.” Ujar HRD. “ Perkenalkan saya Yuda, HRD di kantor ini, saya sudah baca surat lamaran kamu, saya juga sudah bertemu dengan Mas Krisna langsung, jadi apa yang bisa Mas Krisna lakukan untuk kantor ini .” Tanya Yuda dengan nada tegas. “ Saya akan belajar sebaik mungkin, agar perusahaan ini sukses.” Jawab Krisna.   “ Belajar?, ini bukan sekolahan tempat belajar, dan ingin perusahaan ini sukses, tanpa Kamu perusahaan ini sudah sukses, Kamu ingin melamar jadi marketing tapi kamu sendiri tidak tau apa yang saya maksud, dan tidak tau arah pembicaraan ini.” Pungkas Yuda.   Krisna hanya tertunduk, dan merasa bingung dengan perkataan Yuda, dan merasa jawaban yang Ia berikan tidak ada salahnya, hingga Krisna mencoba menjawab lagi.   “ Saya akan berjuang dengan perusahaan ini Pak, dan saya akan berikan seluruh waktu saya dan dedikasi saya untuk perusahaan ini.” Jawab Krisna.   “ Perusahaan ini bukan perusahaan baru, tidak butuh seorang pejuang, perusahaan ini punya modal yang besar jadi waktu dan dedikasi Kamu tidak di butuh kan di kantor ini.” Pungkas Yuda.   “ Lantas Saya harus seperti apa Pak.” Tanya Krisna.   “ Maaf sepertinya Anda tidak cocok untuk mengisi lowongan ini, sebab yang Kami cari itu orang yang bisa beradu argumen atau beradu pendapat, Saya tadi hanya menguji Mas, dan ternyata Mas sudah menyerah, seorang marketing itu harus mampu meyakinkan orang lain, berani menyampaikan pendapat, dan memiliki pemikiran yang berbeda dengan orang umum, itu lah yang saat ini perusahaan cari.” Ujar yuda.   “ Jadi Saya tidak di terima Pak?” Tanya Kisna.   “ Dengan berat hati kita belum Berjodoh .” Jawab Yuda.   “ Tapi sebenarnya selain marketing, kita juga sedang mencari seorang office boy, tapi di lihat dari latar pendidikan Mas yang sarjana , sepertinya kurang cocok juga, tapi kembali lagi ke Mas Krisna beminat atau tidak untuk mengisi lowongan yang lain sebagai office boy .” Ujar Yuda.   Termenung Krisna hanya bisa terdiam, raut wajah kecewa tergambar jelas, matanya pun sedikit sayup menahan kekecewaan.   “ Bukan maksud hati Saya ingin merendahkan, tapi perusahaan ini bukan sembarang perusahaan yang asal memilih staff, tapi semua kembali lagi ke Mas Krisna, jika berminat untuk menjadi office boy, Mas bisa langsung kita terima, dan mulai besok sudah bisa bekerja.” Ujar Yuda.   Tanpa berpikir panjang Krisna tidak menolak tawaran dari Yuda, meskipun sedikit kecewa tapi Krisna merasa jalan ini di anggap sebagai batu loncatan saja.   “ Saya bersedia Pak .” Ujar Krisna.   “ Sekali lagi Saya bertanya, apa sudah di pikirkan matang – matang.” Tanya Yuda.   “ Saya sudah yakin Pak, sekarang ini mencari pekerjaan sangat sulit, jadi Saya juga tidak mau melewatkan sedikit pun peluang untuk bekerja, sembari Saya belajar lagi bagai mana menjadi seorang marketing yang baik dan sukses .” Ujar Krisna.   “ Syukur lah, Kalau Mas sudah yakin untuk posisi ini, besok Mas bisa langsung bekerja jam 6 pagi .” Jawab Yuda.   “ Tapi ada satu yang wajib saya tanyakan Pak ?” Tanya Krisna.   “ Apa itu Mas, silahkan jika ada pertanyaan sebaiknya di tanyakan sekarang .” Jawab Yuda.   “ Duh gimana ya, soal gaji yang saya dapat perbulan kira – kira dapat berapa ?” Tanya Krisna.   “ Ohh ia maaf Saya lupa, untuk gaji pokok office boy itu di angka satu poin lima, di tambah uang makan dan transport kurang lebih di angka dua poin lima .” Ujar Yuda.   “ Lalu untuk jam kerja seperti apa Pak ?” Tanya Krisna.   “ Untuk jam kerja di mulai dari jam 6 pagi hingga jam 3 sore, jika sedang ada meeting di sore hari wajib lembur, dan jika ada kerusakan seperti barang pecah atau alat pendukung kerja rusak, itu menjadi tanggung jawab Mas, maka dari itu bekerjalah dengan hati – hati dan juga cepat .” Jawab Yuda.   “ Tapi maaf pak sebelumnya, Saya belum ada pengalaman kerja, apa ada pelatihan dulu sebelum nya?” Tanya Krisna.   “ Untuk pelatihan , nanti ada senior yang mengarahkan Mas Krisna, ikuti saja alur kerjanya, dan saya berharap Mas nyaman dan bekerja dengan penuh dedikasi, dan tidak memandang jabatan Mas, pesan saya jalankan sepenuh hati .” Jawab Yuda.   “ Terima kasih Pak, untuk kesempatannya, Saya akan bekerja dengan sepenuh hati Pak .” Ujar Krisna.   “ Sama – sama Mas, besok di tunggu jam 6 pagi, bertemu dengan Pak Bram, nanti segala keperluan seperti seragam dan yang lainnya, bisa Mas Krisna tanyakan ke Pak Bram langsung.” Ujar yuda.   “ Baik Pak, terima kasih .” Ujar Krisna. “ Sebelum pulang, Mas Krisna bisa isi dulu biodata,” sambil memberikan pena dan kertas biodata “ Di isi sesuai Ktp ya Mas, lalu nomber telpon yang bisa di hubungi .” Ujar Yuda. “ Ohh baik Pak .” Jawab Krisna.   Perasaan Krisna yang awalnya kecewa kini perlahan mulai tenang, senyum kecil mulai tergambar di wajahnya, sambil mengisi biodata di pikirannya sudah membayangkan betapa senangnya keluarga Krisna mendapat kabar jika Krisna telah mendapatkan pekerjaan di perusahaan ini.   “ Ini Pak ,” sambil memberikan kertas biodata “ sudah saya isi lengkap.” Ujar Krisna.   “ sekarang Mas Krisna bisa pulang, Besok di tunggu jam 6 pagi . “ Ujar Yuda.   “ Baik Pak, terima kasih sekali lagi .” pungkas Krisna.   Krisna bergegas kembali pulang, tepat waktu itu sudah jam 11 siang, gerak langkah kaki Krisna begitu semangat, dan Dia memutuskan untuk mencari masjid, sambil menunggu tiba waktu adzan tiba.   Baru saja niatan itu dilakukan, sebelum masuk masjid perut Krisna tiba – tiba mual, leher Krisna terasa seperti terbakar, kejadian itu mirip seperti apa yang Dia rasakan ketika datang dan turun dari Bis.   Pikirannya langsung menuju pada bungkusan putih itu, terdiam sejenak sambil memegangi perut bagian bawah, dan sesekali mengusap leher bagian belakang yang terasa terbakar , rasa penasaran akan arti dari isi kertas itu menjadi semakin kuat, semakin Krisna memaksakan masuk ke area masjid, semakin hatinya tidak nyaman, tiba – tiba gelisah tanpa ada sebab.   Krisna semakin meyakini bahwa ada yang tidak beres dengan dirinya, ketika Krisna menjauh dari area masjid, seketika pula hilang rasa gelisah, bahkan mual – mual dan sakit leher pun menghilang tanpa sebab, Krisna langsung berlari menuju rumah kos , setibanya di rumah kos, tanpa salam Dia langsung masuk dan berlari ke atas dan masuk ke kamar.   “ Mana Barang Itu ?” sambil Krisna membuka semua pakaian di lemari. “ Aku lupa di mana barang Itu Ku simpan.” Ujar Krisna sangat kesal.   Teringat semalam Krisna menyimpan benda itu di bawah kasur tepat Ia tidur, dan sekali lagi hal aneh akan benda itu nyata adanya, barang itu lenyap seperti di telan bumi, terkejut Krisna , Karna Dia sangat yakin Bahwa semalam benda itu dia simpan di bawah kasur.   “ Gak mungkin, aku yakin semalam ,Aku simpan di bawah kasur .” sambil memegangi kepala, dan Krisna menendang kasur sebagai ungkapan kekesalan.   “ Lama – lama seperti ini , Aku bisa gila, bisa mati berdiri kalau gini .” Ujar Krisna sangat kesal.   Lalu Pak Yaya datang menghampiri kamar Krisna.   “ Kenapa Mas kamarnya di acak – acak seperti ini ?” Tanya Pak Yaya.   “ Ohh engga Pak, Saya Cuma cari barang saja, Saya lupa simpan .” jawab Krisna.   “ Kamarnya tadi di kunci kan?” tanya Pak Yaya.   “ Di kunci Pak, Cuma saya sepertinya lupa simpan saja.” Jawab Krisna.   “ Barang seperti apa Mas yang hilang, siapa tau Bapak bisa bantu .” Ujar Pak Yaya.   “ Tidak usah repot Pak, bukan barang penting Ko.” Jawab Krisna.   “ Ya sudah, Bapak ke bawah dulu .” Pungkas Pak Yaya. Krisna berusaha menenangkan dirinya, nafasnya Ia tarik sangat dalam, Krisna duduk di atas kasur sambil bertanya kepada dirinya sendiri, ada apa yang terjadi sebenarnya, apa semua ini ada hubungannya dengan benda pemberian Pak Sugeng.   Di mana benda itu berada, dan kenapa bisa benda mati seakan hidup, bisa berpindah dari satu tempat ke tempat lain, kejadian – kejadian aneh ini belum bisa Krisna terima sepenuhnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD