05 - Ciuman dan Tamparan - √

1625 Words
  Ting...   Lucas bergegas keluar lift, tat kala lift di hadapannya terbuka. Lucas melangkah menuju tempat di mana mobilnya terparkir dengan senyum mengembang.   Malam ini, Lucas sudah bisa menempati unit apartemen yang berada tepat di depan milik Victoria, dan itu cukup membuat moodnya membaik setelah seharian ini sibuk berkutat dengan pekerjaannya yang sangat menumpuk.   Tin... Tin...   Lucas membuka kunci mobil, lalu bergegas duduk di kursi kemudi. Lucas lantas membuka ponselnya, ia ingin tahu di mana posisi perempuannya berada.   Lucas bernafas lega saat melihat tanda merah di layar ponselnya ada di salah satu pusat perbelanjaan, itu artinya Victoria sedang berbelanja.   Tapi kini ada banyak sekalo pertanyaan yang bercokol dalam benak Lucas. Dengan siapa Victoria berbelanja? Apa perempuan itu pergi berbelanja sendiri? Atau bersama dengan orang lain? Jika perempuan itu pergi bersama orang lain, apa orang yang saat ini menemani Victoria berbelanja adalah laki-laki atau perempuan?   "Akh sial!" Lucas mengumpat seraya mengacak rambutnya, merasa frustrasi karena terus menerus memikirkan Victoria.   Hanya butuh waktu tak kurang dari 15 menit untuk Lucas sampai di Jhonson X.O.B atau kawasan di mana unit apartemennya dan Victoria berada. Cukup lama Lucas menunggu, menunggu Victoria pulang dari pusat perbelanjaan yang tadi di kunjungi perempuam itu.   Alih-alih menunggu Victoria dalam apartemen, Lucas memilih menunggu Victoria di tempat parkir.   Lucas terus memantau posisi Victoria dari layar ponselnya.   Sejak 2 hari yang lalu, Lucas meminta agar Andre memasang alat pelacak di ponsel Victoria dan itu berhasil. Victoria sama sekali tidak menyadarinya dan Lucas berharap kalau tidak akan ada orang lain yang menyadarinya. Itulah alasan kenapa Lucas bisa tahu di mana posisi Victoria, atau tempat mana saja yang sudah Victoria kunjungi.   Setelah 15 menit menunggu, akhirnya mobil yang Victoria kendarai memasuki kawasan tempat parkir yang berada di basement.   Victoria memarkirkan mobilnya tepat di samping mobil milik Lucas. Lucas memang sudah mengatur agar mobil miliknya dan Victoria bisa berdekatan.   Lucas segera keluar dari mobil, bersamaan dengan Victoria yang juga baru keluar dari mobil.   Victoria yang sadar ada orang lain selain dirinya di tempat parkir lantas menoleh saat mendengar suara pintu mobil tertutup. Terkejut, itulah yang Victoria rasakan saat melihat siapa orang yang saat ini tersenyum manis padanya.   Victoria memilih mengabaikan Lucas, lalu bergegas menuju lift yang berada tak jauh dari tempat parkir mobilnya.   Lucas menggeleng, tak percaya kalau perempuan itu baru saja mengabaikannya, sama sekali tidak membalas senyuman manis yang ia berikan.   Lucas segera mengikuti langkah Victoria, melangkah tepat di belakang Victoria. Keduanya memasuki lift yang sama.   Sama seperti sebelumnya, Lucas memilih untuk berdiri di belakang Victoria, tanpa menekan angka lantai tujuannya karena memang lantai tujuannya dengan Victoria sama.   Lucas menyandarkan punggungnya di dinding lift dengan kedua tangan bersedekap. Lucas terus menatap Victoria, memperhatikan dengan seksama penampilan perempuan tersebut.   Victoria sadar kalau ia sedang di perhatikan oleh Lucas, bahkan kini bulu kuduknya sampai berdiri. Victoria merasa kalau lift yang ia naiki terasa begitu lama untuk sampai di lantai tujuannya.   Suasana hening terjadi sampai lift yang mereka naiki sampai di tempat yang mereka tuju.   Victoria merasa lega, saat tahu kalau ia akan segera sampai di lantai tujuannya.   Ting...    Begitu lift terbuka, Victoria keluar terlebih dahulu, di ikuti Lucas yang  berjalan di belakang Victoria.   Victoria tiba-tiba menghentikan langkahnya, Lucaspun ikut menghentikan langkahnya.   "Anda mengikutin saya?" Victoria melirik ke arah pria yang sejak tadi terus membuntutinya, lebih tepatnya sejak ia keluar dari mobil dan memasuki lift.   Siapa lagi kalau bukan Lucas, pria menyebalkan yang entah bagaimana tiba-tiba ada di sekitarnya. Pria yang juga berstatus sebagai bosnya.   Victoria mulai meneliti penampilan Lucas, mulai dari ujung kaki sampai ujung kepala, takut kalau Lucas membawa sesuatu yang berbahaya dan berniat menyakitinya.   "Iya," jawab Lucas jujur. Lucas melangkahkah mendekati Victoria, dan hal itu tentu saja membuat Victoria sontak melangkah mundur dengan tingkat kewaspadaan yang meningkat berkali-kali lipat.   "Eh, jangan mendekat!" Peringat Victoria tegas. Victoria mulai panik saat jarak di antara dirinya dan Lucas semakin menipis, karena Lucas mengabaikan peringatan Victoria dan terus melangkah mendekati Victoria dengan langkah lebar.   Victoria memeluk tubuhnya sendiri saat Lucas mengungkungnya di tembok. Victoria mendongak, menatap Lucas dengan mata memicing penuh curiga. "Anda mau apa?" tanyanya gugup.   Victoria terus menatap manik mata hitam legam Lucas, terpana akan keindahan bola mata yang Lucas miliki.   Perlahan tapi pasti, Lucas memajukan wajahnya dan hal itu membuat Victoria semakin gugup.   Victoria bisa menghirup aroma tubuh dan nafas Lucas yang sangat wangi, membuat jantungnya semakin berdebar tak karuan. Bahkan Victoria merasa kalau kakinya lemas seperti jely di barengi dengan bulu kuduknya yang kembali berdiri.   Lucas membenamkan wajahnya di ceruk leher Victoria, menghirup dalam-dalam aroma tubuh Victoria. "Wangi," bisiknya serak.   Aroma tubuh Victoria benar-benar tidak baik untuk kesehatannya, karena setiap kali ia menghirup aroma tubuh Victoria, maka juniornya akan bereaksi dan darahnya serasa mendidih.   Deru nafas Lucas yang menerpa tengkuk Victoria sukses membuat bulu kuduk Victoria meremamg. Victoria bahkan merasakan gelenyar aneh yang mengalir dalam setiap sel tubuhnya. Rasa yang baru pertama kali ia rasakan dan ia tahu kalau ini sama sekali tidak baik.   Lucas menyatukan keningnya dan kening Victoria, mata Lucas terpejam tapi tidak dengan Victoria yang terus menatap intens Lucas. Sedikit saja Victoria bergerak, maka bibirnya dan bibir Lucas akan saling bersentuhan.   Kelopak mata Lucas terbuka dan tatapan mata keduanya pun beradu. Entah Victoria sengaja atau tidak, tapi saat ini Victoria sedang menggigit bibir bawahnya dan itu membuat akal sehat Lucas mulai hilang.   "Persetan dengan hal lainnya." batin Lucas. Lucas merangkum wajah Victoria, menempelkan bibirnya pada bibir merah merona Victoria, bibir yang sejak tadi siang sudah membuat fokusnya terganggu.   Victoria mencoba menghindar tapi apa daya, tenaganya kalah kuat dengan tenaga Lucas yang saat ini melumat bibir atas dan bawahnya dengan rakus.   Victoria meringis kesakitan saat Lucas menggigit gemas bibir bawahnya dan saat itulah lidah Lucas menerobos, memasuki rongga mulut Victoria, mengabsen deretan gigi Victoria sebelum akhirnya menautkan lidahnya dengan lidah Victoria.   Lucas dan Victoria sama-sama mendesah. Mata mereka terpejam dan entah Victoria sadar atau tidak, tapi Victoria mulai hanyut dalam ciuman memabukan yang Lucas mulai.   Victoria seolah lupa siapa Lucas sebenarnya, dan apa yang saat ini sedang terjadi.   Lucas tersenyum disela ciumannya, senang karena perempuan itu membalas ciumannya.   Dari cara Victoria membalas ciumannya, Lucas tahu kalau ini adalah pengalaman pertama Victoria berciuman.   Fakta tersebut tentu saja membuatnya merasa senang sekaligus bahagia. Bahagia karena ia adalah pria pertama yang menyentuh bibir seksi Victoria.   Lucas memegang tengkuk Victoria, membawa tubuh Victoria semakin menempel dan semakin memperdalam lumatannya.   Victoria tidak bisa berhenti mendesah. Desahan seksi yang Victoria keluarkan hampir saja membuat Lucas hilang kendali. Lucas melepaskan tautan bibirnya saat nasehat Andre tiba-tiba muncul dalam benaknya.   "Manis dan lembut," bisik Lucas dengan hidung yang mulai mengendusi aroma leher Victoria.   Seolah sadar dengan apa yang baru saja terjadi, dengan sekuat tenaga Victoria mendorong tubuh Lucas menjauh dari hadapannya dan langsung melayangkan sebuah tamparan pada pipi kanan Lucas.   Victoria baru saja menampar pipi kanan Lucas dengan sekuat tenaga, bahkan pipi Lucas memerah dan bekas tangan Victoria tercetak dengan jelas di sana. Tanpa berkata sepatah katapun, Victoria langsung berlari, menuju unit apartemennya.   Lucas mengerjap mencoba mencerna kejadian yang baru saja ia alami. Ia baru saja berciuman untuk yang pertama kalinya dan ia juga baru saja di tampar oleh seorang perempuan untuk yang pertama kalinya. Bukankah ini sangat luar biasa? Benar-benar luar biasa.   Lucas memegang wajahnya yang baru saja Victoria tampar, terasa sakit, tapi tidak sesakit saat Sein mencubit pinggang dan juga mencabut bulu kakinya dengan koyo.   Lucas meraba bibirnya, lalu terkekeh. "Manis," gumamnya dengan senyum mengembang.   Ternyata ini rasanya berciuman dengan seorang perempuan, perempuan yang sejak pertama kali bertemu sudah mencuri hatinya. Rasanya benar-benar nikmat, apalagi saat Victoria juga membalas ciumannya.   Apa yang baru saja terjadi antara dirinya dan Victoria sudah membuat gairahnya tersulut, bahkan kini ia merasakan nyeri di selangkangannya.   Damt! Sekarang ia harus segera menghilangkan rasa nyeri yang ia rasakan.   Ada banyak sekali perempuan yang mendekatinya, bahkan menggodanya secara terang-terangan, tapi ia tidak pernah tertarik ataupun tergoda pada perempuan-perempuan itu, sampai-sampai Andre berpikir kalau dirinya pria tidak normal karena tidak tertarik pada perempuan-perempuan tersebut. Tapi, saat berada di dekat Victoria, Lucas merasa benar-benar bisa merasakan apa itu gairah, sekaligus rasa ingin memiliki.   Tamparan yang di layangkan Victoria pada Lucas tidak sebanding dengan rasa bahagia yang baru saja Lucas rasakan. Lucas melangkah menuju unit apartemennya yang baru saja ia beli beberapa jam yang lalu. Dimana unit apartemennya tepat berhadapan dengan unit apartemen milik Victoria.   Lucas bahkan harus membayar mahal pemilik unit apartement sebelumnya demi mendapatkan tempat yang tepat berada di depan unit apartemen Victoria. Tapi demi Victoria, apapun akan Lucas lakukan dan selama ia mampu, kenapa tidak? Toh uangnya tidak akan habis kalau hanya ia gunakan untuk membeli satu unit apartemen.   Apartemen Victoria.   Ruang tamu.   "Dasar pria menyebalkan!" Jerit Victoria histeris. Victoria terus memukul bantal sofa yang sama sekali tidak bersalah guna menyalurkan emosi yang bercokol dihatinya.   "First kiss gue!" Teriak Victoria seraya memegang bibirnya yang sudah tidak lagi suci. Meskipun dirinya dan Lucas hanya melakukan adegan ciuman sebentar, tapi ia bisa merasakan kalau bibirnya membengkak.   Jujur saja Victoria merasa sedih, karena bibirnya yang selama 29 tahun ia jaga kini telah ternoda dan itu oleh pria yang baru saja mengambil ciuman pertamanya. Pria yang baru beberapa hari yang lalu ia temui.   "Akh!" Victoria kembali berteriak dan terus memukul-mukul bantal sofa dengan sekuat tenaga,   "Bodoh! Bodoh!" Victoria merutuki dirinya sendiri, merasa bodoh karena tadi dirinya sempat membalas dan menikmati ciuman Lucas yang memang Victoria akui terasa nikmat dan juga memabukan.    Victoria kembali berteriak dan mengacak-ngacak rambutnya, frustasi. Menyembunyikan wajah di tumpukan bantal sofa, masih dengan mulut yang terus bersumpah serapah.   Berbeda dengan Victoria yang terus berteriak dan bersumpah serapah, merutuki kejadian yang baru saja menimpanya, hal sebaliknya justru kini tengah di rasakan Lucas. Lucas yang kini sedang berbaring di sofa dengan senyum mengembang menghiasi wajahnya, terus meraba bibirnya yang baru saja bersentuhan dengan bibir ranum Victoria.   Sampai saat ini, Lucas masih bisa merasakan kelembutan bibir ranum Victoria, membuatnya ingin kembali merasakannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD