And the adventures begins.
Pertemuan Kimmy dengan Tante Aya berlangsung lancar meskipun beribu pertanyaan masih mengganggu pikiran Kimmy. Ia seperti harus berjalan di atas tali yang Kimmy sendiri tidak tau kuat atau tidak tali itu. Ragu-ragu. Pernah terbesit dalam pikirannya untuk kabur, seperti cerita novel atau film di televisi. Namun ketika Kimmy ingin memasukkan baju ke dalam kopernya, wajah Papa dan Mama yang tersenyum bahagia membuat Kimmy mengurungkan niatnya untuk kabur.
Kimmy tau, ia harus balas budi kepada Papa dan Mamanya yang yang telah membesarkan Kimmy sampai sekarang, bekerja untuk Kimmy, merawat Kimmy ketika ia sakit, dan hal-hal lainnya. Yang Kimmy tidak bisa terima sampai sekarang adalah, kenapa untuk membuat Papa dan Mamanya bahagia hanya dengan pernikahan itu? Bahkan ketika Ingka masuk Universitas Indonesia saja Papa dan Mama tidak sebahagia ini.
Papa dan Mamanya jelas tau laki-laki yang bernama Aby itu sudah memiliki istri, tapi kenapa Mama dan Papa tetep kekeh menikahkan Kimmy? Semua pertanyaan yang berada di otak Kimmy membuatnya merasa ingin meledak. Belum ada satu pun yang terjawab sampai sekarang.
***
Kimmy masuk ke dalam rumahnya. Ini sudah hampir jam sepuluh malam. Kimmy harus menyelesaikan beberapa urusan pekerjaan yang akan ia tinggal minggu depan. Pernikahannya hanya tinggal seminggu dan hari ini Kimmy lembur untuk menyelesaikan pekerjaannya. Menyedihkan memang, tetap mengurus pernikahan orang lain sedangkan pernikahannya sendiri diurus oleh Mama dan Tante Aya.
"Kamu baru pulang, Kim?” tanya Papa.
"Iya, Pa," ucap Kimmy sambil melepas sepatunya.
"Tadi Nak Aby ke sini. Dia memberikan ini." Papa menyerahkan kotak yang cukup besar bagi Kimmy.
"Apaan nih? Bom ya?"
"Ngarang aja, Papa juga belum buka. Coba aja kamu buka."
Kimmy membuka kotak itu dengan hati-hati sekaligus penuh rasa penasaran. Sepatu dan satu set perhiasan?
"Wah, ternyata si Aby perhatian juga sama kamu."
Kimmy memutar pandang matanya. “Ini sih bukan perhatian tapi kewajiban,” batinnya.
"Pa, kok kita nggak ada acara lamaran gitu sih? Sampai sekarang Kimmy belum pernah ketemu sama lelaki itu."
"Ha? Masa sih? Pas fitting baju bukannya ketemu? Tadi Nak Aby udah mau nunggu kamu, tapi jam sembilan dia harus pulang. Nggak ada lamaran karena waktunya mepet."
Kimmy mengembuskan napas panjangnya, "Pas fitting baju nggak ketemu. Aby gendut nggak?"
"Nggak tuh."
"Mukanya tua nggak? Nyambung diajak ngomong nggak? Matanya dua? Kakinya dua? Tangannya dua? Jarinya sepuluh? Telinganya nempel, kan? Lobang hidungnya ada berapa?"
"Kim, kamu coba deh jangan kebanyakan nonton film alien. Papa sampe pusing sama kamu. Ingka lusa pulang ke sini. Papa sengaja suruh dia pulang lusa aja, tadinya mau hari ini cuma biarin deh, dia lusa aja. Biar dia nggak ikut pusing. Kan hampir akhir tahun, auditor suka banyak kerjaan."
Ingka memang bekerja di kota yang sama dengannya tapi Ingka lebih memilih tinggal sendiri di apartemen karena letaknya tidak jauh dari kantornya. Menjadi auditor membuatnya sering pulang larut.
***
Hari ini hari pernikahan Kimmy. Semua orang berkumpul dan memberikan senyum kebahagian kecuali Kimmy tentunya. Kimmy sudah berada di kamar hotelnya, sedang menunggu untuk dipanggil. Di dalam hati kembali terbesit untuk kabur sekarang. Ia merasa masih memiliki cukup waktu, apalagi hanya Ika yang menjaganya.
"Ka, apa gue kabur aja ya?” tanya Kimmy asal.
"Ngaco lo! Ini udah tinggal dipanggil ke luar aja, jangan aneh-aneh deh. Eh, tapi suami lo ganteng loh."
Kimmy saja belum bertemu, tapi justru Ika sudah lebih dulu melihat calon suaminya itu. Ika membuyarkan lamunan Kimmy karena ia menarik tangan Kimmy masuk ke dalam ruang hall untuk pemberkataan. Pernikahannya tidak bisa dibilang biasa saja tapi tidak bisa dibilang megah. Ya setidaknya sesuai dengan kemauan Kimmy.
Hiasan bunga berwarna putih dan keemasan terajut rapi di sekitar hall. Desain dan semua hal yang terbaik Ika berikan untuknya. Ika memang mengerti kemauan Kimmy. Awalnya Ika sempat heran akan pernikahan Kimmy yang begitu terburu-buru, yang ia tau Yefta sedang mendekati Kimmy beberapa bulan ini namun tiba-tiba Kimmy bilang akan menikah.
Kimmy memasuki ballroom dengan Papa yang menggandeng tangannya. Papa yang merasakan dinginnya tangan Kimmy semakin mengeratkan genggaman tangannya.
"Pa, this is for you and Mmm. I love you, Pa."
Kimmy langsung merasakan ciuman Papanya mendarat di keningnya. Dengan pelan dan penuh wibawa, Papa kembali menuntunnya masuk ke dalam ballroom. Meskipun sebelumnya Papa mengomeli Kimmy karena diam-diam ia menato punggunya tanpa sepengetahuan Papa dan Mamanya. Semua mata terpana melihat kecantikan Kimmy, apalagi dipadukan dengan gaun pengantin yang kontras dengan warna kulitnya.
Tanpa perlawanan, Kimmy mengikuti uluran tangan Papa yang terasa ia serahkan pada seseorang. Terasa uluran tangan besar nan hangat itu menyambut tangan Kimmy.
"Papa serahkan putri Papa ya, Nak. Jaga baik-baik."
Kimmy merasa air matanya akan menetes, untung saja niatan kabur ia lupakan, jika tidak, ia akan membuat Papanya kecewa. Kimmy merasa Papanya menaruh harapan besar pada pernikahan ini. Untuk pertama kalinya Kimmy melihat Aby. Laki-laki ini tidak seperti yang Kimmy bayangkan. Tidak gendut, memiliki dua kaki, dua tangan, sepuluh jari, dua lubang hidung dan sepasang bola mata tentu saja. Semua lengkap. Bahkan wajah tampannya itu terlalu sempurna untuk dinikmati. Rahangnya terlihat kokoh dan potongan rambutnya rapi, memunculkan kesan Aby adalah laki-laki pecinta kebersihan. Wangi parfumnya bahkan tercium oleh Kimmy.
Janji pernikahan sudah Kimmy lafalkan dengan baik. Sekarang ia sah menjadi istri Aby, lebih tepatnya istri kedua Aby. Mudah-mudahan Kimmy tidak dihujat seperti artis yang menikah dengan suami satu kawan satu grupnya.
Setelah semua selesai, mereka langsung melakukan resepsi dimana orang-orang akan memberikan selamat dan hal-hal basa-basi lainnya. Kimmy memang biasa menggunakan heels yang cukup tinggi, tapi ia tidak biasa membawa gaun yang berat ini. Sekarang ia merasakan keluhan yang biasa klien pengantinnya keluhkan. Berat gaun, bulu mata yang membuat kelopak matanya seolah ingin terpejam dan terasa mengantuk, dan hal-hal merepotkan lainnya.
Kimmy melihat ke arah Aby yang tersenyum datar pada tamu-tamunya. Ya, tamu-tamu Aby-lah yang kebanyakan datang. Kimmy sendiri tidak mengundang banyak orang. Kimmy tau jika pernikahan mendadaknya itu akan membuatnya jadi bahan gosip yang memalukan. Jadi, ia lebih memilih digosipkan sombong karena menikah tidak berkabar dibanding menikah tiba-tiba.
Kimmy masih berusaha tersenyum dan menerima jabat tangan selamat dari para tamu. Semua berjalan sesuai kehendaknya. Tidak ada wedding kiss, tidak ada pemotongan kue, hanya ada wedding toss. Hari ini ia sangat mensyukuri dirinya sebagai wedding organizer. Ia bisa mengatur seluruh acara sesuai yang ia mau.
Setelah acara resepsi selesai, Kimmy memang diatur untuk menginap di hotel bersama Aby. Apa mereka akan ke kamar bertiga dengan istri pertamanya? Tapi, sampai sejauh ini pun Kimmy tidak melihat Wulan, bahkan ia tidak tau bagaimana wujud Wulan, siapa Wulan, dan siapa saja keluarga Aby. Kimmy merasa dirinya terlalu cuek dan egois, yang hanya memikirkan dirinya sendiri sampai ia tidak tau keluarga Aby.
***