Usai merasa lega karena telah dimaafkan oleh adik iparnya, Irfan melepas pelukannya dan mengajak Emran untuk duduk bersama. "Em, aku ingin mencari putriku. Kalau pun memang benar dia sudah tidak ada di dunia ini, setidaknya aku ingin memberinya pemakaman yang layak," ucap Irfan dengan sorot mata serius. Mendengar itu, d**a Emran terasa hangat. Ada haru yang menyeruak. Terbayang olehnya wajah Aufa yang pasti bersinar bahagia, karena kini ayahnya tak hanya menyadari keberadaannya, tapi juga mengakuinya—dan bahkan ingin mencarinya. "Alhamdulillah, Mas. Aku senang sekali mendengarnya. Aku yakin, Aufa juga akan senang kalau tahu Mas akan mencarinya," ujar Emran, senyumnya tulus, meski matanya terasa berkaca. Sayangnya, hingga saat ini, Aufa masih belum menunjukkan diri. Emran bertanya-tanya

