85, Mencari Om Erwin Awal

1054 Words
"Saya berhasil mencapai cita-cita menjadi TNI. Sementara Erwin dan Suriadi, meneruskan bisnis hotel kakek kalian. Sampai akhirnya om dan om suriadi mendapat kabar bahwa kedua orang tua Irfan meninggal karena kecelakaan. Om juga sudah mencoba menghubungi mu untuk pulang, karena saat itu posisi mu sedang marah pada kedua orang tuamu, akhirnya om dan suriadi setuju untuk langsung menguburkan kedua jasad orang tua mu." Jelas Hartono pada Irfan. "Jadi, selama ini kita tidak ada hubungan darah?" tanya Irfan yang sempat diam sejak tadi mendengar penjelasan Hartono. Qisya benar-benar tidak menyangka akan hal itu, begitu pula dengan Irfan. Terlalu sulit dicerna, tetapi itulah kenyataannya. Mereka tidak sedarah, tidak ada ikatan keluarga. "Om harap walaupun kalian tidak ada hubungan darah atau ikatan kelurga kalian tetap menjadi saudara." Hartono berharap agar anaknya Qisya bisa menganggap Irfan seperti saudaranya sendiri. "Sebenarnya saya kecewa om. Tapi bagaimana pun juga kita ini tetap keluarga." ucap Irfan pada Hartono dan juga Qisya. Qisya terharu mendengar kalimat yang keluar dari mulut abang sepupunya. Bagaimana pun juga, Irfan tetaplah saudara baginya. "Maafin om ya fan, om baru bisa cerita sekarang. Tetapi soal jasad ayahmu, om sendiri tidak tahu apa-apa. Karena saat itu memang keadaan keduanya sudah parah dan dinyatakan tewas ditempat. Jadinya om dan om suriadi setuju untuk langsung menguburkan keduanya." Jelas dari Hartono sekali lagi. Qisya senang karena ayahnya sudah mau jujur menceritakan semua rahasia masa lalu mereka pada Qisya dan juga Irfan. Saat ini yang sedang Irfan pikirkan adalah tentang ayahnya. "Kalau itu bukan papa, berarti kemungkinan dia memang masih hidup. Apa yang dikatakan oleh Emran adalah benar!" ucap Irfan pada mereka yang ada di sana. Emran sendiri bingung, bagaimana caranya dia bisa membantu Irfan untuk mencari ayahnya itu. Tidak ada petunjuk yang diberikan oleh ibunya Irfan. Ya, saat ini Irfan percaya pada Emran. "Kamu tahu dari mana fan?" Tanya Hartono bingung. * Semenjak ayahnya Qisya pensiun dari TNI, mereka memang sangat jarang untuk datang ke rumah putrinya. Karena memang Hartono yang sudah tidak bisa duduk terlalu lama di dalam mobil juga. "Dari mana Emran tahu bahwa ayah Irfan masih hidup?" Setelah sekian lama diam akhirnya sukma, ibunya Qisya berbicara. "Jadi begini tante, Emran tadi pagi didatangi oleh arwah mama dan kata mama, papa masih hidup tan." Irfan mencoba menjelaskan semuanya pada kedua orang tua Qisya. Mereka sempat tidak percaya apa yang dikatakan oleh Irfan. Tetapi karena Qisya yang menjelaskan dan meyakinkan kedua orang tuanya bahwa Emran memang bisa melihat dan merasakan hal-hal mistis, akhirnya Hartono dan Sukma percaya. "Saya akan mencari ayah kemana pun ia berada!" ucap Irfan geram. "Mas,lebih baik sabar dulu mas" ucap Emran yang melihat Irfan yang tampaknya sedang emosi. Irfan semakin emosi pada ayahnya setelah tahu bahwa ayahnya memang masih hidup tetapi tidak mempunyai niat untuk menemuinya. Ditambah lagi kesalahan yang dilakukan oleh ayahnya pada Melia dan Aura. Karena ayahnya juga ia harus kehilangan Aura anaknya. Hartono dan Sukma yang terlalu lelah di perjalanan seharian memutuskan untuk pamit ke kamar tamu yang sudah disiapkan oleh Qisya dan Emran. Untuk sementara kedua orang tua Qisya akan nginap dirumahnya. "Om istirahat saja sama tante. Biar masalah papa, Irfan yang akan menyelesaikannya," ucap Irfan pada Hartono dan Sukma. "Baiklah. Om hanya meminta agar kamu tidak menyelesaikan suatu hal dengan emosi ya fan." Jawab Hartono sebelum pergi meninggalkan mereka diruang tamu. Kini tinggallah Emran, Qisya dan juga Irfan. Emran mencoba menenangkan emosi abang iparnya. Menurut Irfan, ayahnya terlalu pengecut hingga melarikan diri dan bersembunyi. Apalagi setelah tahu kalau orang yang a selama bertahun-tahun sedang hamil dan melahirkan cucu-cucunya. Irfan benar-benar kecewa pada ayahnya. "Jika yang dikubur itu bukan om Erwin lalu siapa lelaki itu?" tanya Emran bingung. Sejak tadi ia memang ingin menanyakan hal ini. "Iya ya, siapa mas?" Tanya Qisya yang kini ikut-ikutan penasaran. "Mas, mau kita cek gak siapa jasad yang dikubur disebelah makam ibunya mas?" tanya Emran. Menurut Emran hal ini memang harus diselesaikan satu persatu. Mungkin saja dengan cara seperti itu mereka bisa menemukan jalan keluarnya. "Oke! Sekarang juga kita pergi untuk periksa siapa pemilik jasad tersebut." Jawab Irfan. Qisya yang awalnya ingin ikut bersama mereka berdua akhirnya mengurungkan niat. Karena Zidan yang menangis ingin ikutan. Akhirnya, Qisya memutuskan untuk berdiam di rumah saja dan menunggu informasi lebih lanjut dari suaminya. "Ayo mas, kita pergi ajak Emran yang sudah siap. Walaupun Irfan bukan saudara sedarah dari istrinya, Emran tetap menghormati Irfan. Bagaimana pun juga, Irfan pernah baik padanya dan juga memperlakukan Qisya seperti adik kandungnya sendiri. Irfan sempat terharu, walaupun Qisya dan Emran sudah tahu bahwa mereka tidak ada hubungan darah tetapi Emran dan Qisya masih mau membantunya. *** Irfan mengikuti saran dari Emran. Untuk menemui Iptu Haris Gunandar untuk memeriksa siapa jasad tersebut. "Menurut data yang didapat, itu adalah jasad dari Pak Isnandar, pak." ucapnya pada Irfan dan juga Emran. "Oh begitu, baik terima kasih pak atas informasinya." Irfan dan Emran keluar menuju parkiran mobil. Irfan mencoba mengingat siapa Isnandar. "Mas, mas kenal siapa Isnandar?" tanya Emran yang sudah duduk di kursi penumpang disebelah Irfan. "Ya! gue ingat sekarang!" gumamnya. Irfan ingat bahwa Isnandar adalah orang kepercayaan ayahnya saat itu. "Kita mau kemana sekarang mas?" tanya Emran pada Irfan. "Ke rumah Isnandar." Jawab Irfan. Ditengah jalan yang dipenuhi banyak kendaraan membuat Irfan kesal karena harus terjebak macet. Irfan mencoba menahan emosinya. Ia ingin masalah ini cepat tuntas dan ia ingin cepat mencari dimana ayahnya berada. Hampir setengah jam terjebak macet, akhirnya mobil Irfan berhenti disebuah rumah. Dengan segera Irfan turun dari mobil yang di ikuti oleh Emran dari belakang. Tok..tok.. Irfan mengetuk pelan pintu rumah Isnandar. Berharap ada keluarganya yang masih tinggal di sana. "Siapa yah?" tanya seorang wanita yang muncul dari balik pintu bersama seorang anak lelaki. "Saya Irfan bu," ucapnya. Wanita itu mempersilahkan Irfan dan juga Emran untuk masuk terlebih dahulu. "Silakan duduk," Wanita itu mempersilakan Irfan dan juga Emran untuk duduk. Mata Irfan tertuju pada sebuah foto yang ada terpampang di sana. Seperti sebuah foto keluarga. Ada Isnandar juga di sana bersama wanita yang saat ini ada dihadapannya. "Saya tahu kamu anaknya Mira kan?" Tanpa basa basi, wanita itu menebak dan menunjuk Irfan. Emran sempat bingung ada apa sebenarnya yang terjadi. "Ibu kenal dengan mama saya?" tanya Irfan yang juga sudah penasaran dan akhirnya bertanya. "Ya! tentu saya kenal. Perkenalkan sebelumnya saya adalah istri Isnandar. Kamu mau tahu mengapa saya mengenal ibu mu?" tanya seorang wanita itu yang katanya adalah istri dari Isnandar.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD