Irfan memang merasa tak perlu mengingat apa pun atau siapa pun yang berhubungan dengan kedua orang tuanya. Masa kecilnya terlalu pekat dengan kesepian, penuh dinding-dinding tinggi dan ruangan yang terasa kosong meski dipenuhi barang mahal. Namun, ada satu nama yang tak bisa ia hapus dari ingatannya: Pak Diman. Sosok tukang kebun yang sudah sangat lama bekerja untuk keluarga mereka itu sebenarnya adalah orang yang baik. Irfan menyukainya dan cukup akrab dengannya, karena sejak kecil, hanya Pak Diman yang mau menemaninya ke mana saja. Bukan hanya tukang kebun, lelaki itu juga merangkap sebagai sopir, pengasuh, bahkan teman bermain. Ia yang pertama kali mengajarkan Irfan menanam bunga, mengenalkan nama-nama pohon, juga menyetir sepeda. Sesuatu yang bahkan ayah dan ibunya tak pernah lakukan.

