SPERM 8
°
°
SUARA kecipak air, tawa dan canda. Bitha sampai sana langsung main air, nyelupin kedua kakinya sambil duduk. Bitha nyipratin air ke arah Qilla dan yang lainnya juga.
"Ngapain lo duduk? Sini nyebur." Andi menghampiri.
"Pemanasan dulu. Ntar juga gue nyebur. Eh Bang, pepet tuh Qillanya. Mumpung lagi sendiri," sahut Bitha.
Andi menoleh ke arah Qilla diujung sana. Dia nurut nyamperin Qilla. Bitha tersenyum, berharap yang terbaik.
Bitha liat yang lain naik perosotan air. Macem anak kecil... Yoko dijorokin Farid, hingga nyebur. Anak itu bukannya marah malah ketawa. Dasar...
Sedang kedua ponakannya bersama Maudy main air dikolam hangat. Bitha berlari menuju mereka.
"Jagoan aunty lagi maen aer yaa? Seneng yaa? Mana giginya...?"
Kedua bayi kembar sembilan bulan itu nyengir, liatin giginya yang emang baru tumbuh sambil nyipak-nyipak air kolam dengan tangan dan kakinya yang mungil.
"Aaa...pinter! Mmuah! Muachh!" Bitha mengecup pipi gembil Dylan dan Delon.
"Ceu, emang gak ada nama yang rada oke gitu? Kok Dylan sama Delon si?"
"Pengennya siapa? Raffa Raffi gitu? Ah udah biasa." cebik Maudy.
Padahal menurut Bitha, Dylan-Delon itu yang terlalu biasa.
"Cowo lo keliatan badboy tapi alim, Nyil." cetus Maudy.
"Siapa? Gue belom ada cowo kok," elak Bitha.
"Tapi dia care banget ya sama lo?"
"Ah, provokator lo." Bitha beranjak.
Terdengar Maudy terbahak. Bibir Bitha udah manyun karena sebal. Qilla nyambar tangannya dan mengajaknya naik perosotan.
"Ayo Tha, lo duluan."
Swing. Swing. Swing.
Tubuhnya terayun mengikuti arus air sambil ketawa-tawa heboh.
Kedua tangannya diangkat ke atas sambil teriak.
"Aaaaaa!!"
BYUURRR!!
Ternyata Joe udah nangkap tubuh Bitha dan mengangkat tubuh Bitha sedemikian rupa. Kayak digendong gitu.
"Kaget, ego!" Bitha mukul Joe.
Cowo itu cuma nyengir. Lalu nurunin tubuh sama kepala mereka hingga terendam air kolam. Bitha berontak. Dan Joe menyembulkan kembali tubuh mereka ke permukaan kolam dengan ngangkat tubuh Bitha.
"Dasar semprul!" Bitha ketawa.
Bitha nyibak poni Joe dan sebaliknya Joe nyibak poni Bitha.
"Bangsul! Jangan mesra-mesraan disitu! Banyak anak dibawah 17, woyyy!" Andi menyeru dari luncuran perosotan.
Kontan keduanya menoleh, tampak awkward si. Joe nurunin Bitha dan mereka berenang ke tepian. Disusul Andi dan Qilla.
Andi nyengir,"Modus ae, lo Joe."
Joe cuma senyum-senyum. Beda sama Bitha yang udah salting gegara kejadian tadi.
"Adek gue udah gede rupanya," Andi nyenggol lengan Bitha.
Qilla ikutan senyum-senyum sambil menyeru, cie...cie...
"Apaan dih?"
"Ndi!" itu Eksa, nyamperin dengan kondisi shirtless.
"O my God!" Qilla sama Bitha bergumam bersamaan.
Joe dan Andi langsung noleh ke arah Eksa.
"Pamer deh, mentang-mentang nyik-pek lo." seru Andi.
"Apaan si. Body gue aja yang emang bagus,"sahutnya.
"Bangsul lo, gak liat ada perawan sini. Aurat, tau?!" pelotot Andi.
Eksa terkikik.
"Ah, coba bang mana liatin roti sobek lo." kompor Bitha.
"Haram pamerin roti sobek gue. Ntar aja buat istri malem pertama gue," kilah Andi.
"Halahh...palingan lo takut keliatan lebih buncit," ledek Bitha.
Yeuu...dasar si tabi nyari ribut aja. Andi mendelik gak suka. Apalagi atensi Qilla jadi terarah sama Eksa.
"Joe! Telpon damkar yuk, kayaknya ada yang kebakaran tuh." seru Bitha sambil narik tangan Joe, ketawa-ketawa.

Joe sama Bitha duduk liatin yang lain. Eksa juga akhirnya nyerah ikutan main air disana, yang tadinya mo ngajak Bitha.
Bitha sadar banget.
"Lo mo minum?" tawar Joe.
"Pengen ngopi gue. Yuk," Bitha udah berdiri.
"Ntar, nih pake. Daleman lo sampe keliatan," Joe ngasih kimono handuk.
Bitha terperangah, cepet-cepet ngebalut badannya pake kimono. Lalu mereka jalan beriringan ke sebuah kafe.
"Mama lo gak berendem?" tanya Joe.
"Gak. Sekarang mama suka tremor kalo kedinginan. Faktor u juga kali ya," jawab Bitha.
"Mama tinggal di Cali bukan semata pengen nemenin si kembar aja Joe, tapi sambilan berobat. Mama ke gue sama sekali gak pernah cerita soal sakitnya itu. Mungkin gak mo gue kepikiran," imbuhnya.
“Ya itu karena beliau sayang lo, Bi.”
Joe pesen mochacino sama americano, yang lalu dikasihin ke Bitha.
"Andi ada ngomong sesuatu ke lo gak?" tanya Bitha.
"Sesuatu? Apaan? Dia mah banyak omong si kalo ke gue. Banyak protes, ngasih rules tepatnya."
"Soal gue,"
Joe natap Bitha, lalu ngibasin rambutnya yang semi basah.
Anj--.... Sejak kapan si dia jadi ganteng?
"Yaa...palingan nyuruh gue jagain lo." jawabnya.
"Gitu doang?"
Joe ngangguk,"Emangnya lo ngarep Andi ngomong apaan?"
"Gak, cuma dia kayak yang sok misterius gitu Joe. Parno gue,"
Joe senyum,"Dia pernah nanya, apa gue suka lo?"
Terdengar nada suara Joe enteng dirungu Bitha.
"Eoh? Trus, lo jawab apa?"
"Gue--"
"Tha! Dipanggil tante," Qilla melambai.
"Yuk,"
Bitha masih penasaran si, kira-kira Joe jawab apa. Walau pikirannya masih berkecamuk, tapi Bitha nyoba buat biasa aja.
Ternyata sang mama manggil, buat ngajak foto. Dan tentu aja, si fotografer yang ketiban tugas moto. Siapa lagi kalo bukan Joe?
"Yang bagus, Joe! Gue harus keliatan ganteng ya?" racau Andi.
"Itu mah gimana muke lo, bukan kameranya." cetus Joe.
Klik. Klik.
Hasilnya emang bagus, Joe gapek ngambil posisi yang oke.
Seudah sesi foto-foto selesai, mereka makan. Yoko paling antusias. Semua kena jepret Joe waktu sesi makan ini. Ada yang lagi lucu, yang lagi jelek. Si kembar yang lagi digendong bapaknya. Gak terkecuali pose Bitha yang lagi nyuapin sang mama. Joe sengaja mengabadikan momen itu. Humanis sekali. Nyentuh, gitu pikirnya.
"Udin, jangan moto mulu, makan Joe!" Bitha nyodorin piring isi ayam bakar.
"Hm ntar, tanggung." Sahutnya masih anteng sama kameranya.
Bitha geleng kepala,"No, makan dulu."
"Suapin," cetus Joe.
"Eoh?" Bitha dan beberapa orang yang sadar situasi, memandang ke arah Joe.
Joe senyum,"Becanda..."
Tapi dasar Bitha suka becanda, ayam bakar itu dijejelin ke mulut Joe. Bitha ngakak.. Dan dapet jeweran dari sang mama.
"Joenya kan minta suapin, Maaa...." bela dirinya.
"Ih, kamu masih kayak anak kecil dek." dumel sang mama.
"Gak pa-pa Tan, Tabi emang gitu kok. Udah biasa," sahut Joe, bermaksud melerai.
"Ya karena biasa itu, Bitha jadi gede kepala. Dek, siapa yang mau sama kamu, coba? Petakilan gini," mamanya mendelik.
"Ada, Maaa... Tapi masih nyari duit doi, di Koriyah sono...hehe..."
Mama jadinya cuma geleng kepala.
Joe lalu memakan nasi plus ayam bakar itu. Bitha ngeliatin cowo disebelahnya itu sambil senyum-senyum.
Ponsel Bitha berdering. Nomor asing. Makanya gak diangkat. Ponselnya berdering lagi.
"Siapa si, Bi?" tanya Joe.
Bitha ngegeleng,"Gak kenal. Biarin aja deh,"
Tapi orang disebrang sana gak peduli, tetap nyoba nelpon dan nelpon lagi.
"Tolong matiin, Joe." ujar Bitha.
Tapi Joe malah nerima panggilan itu.
"Bitha? Bisa kita ketemu?"
"Siapa lo?"
Orang disebrang mendadak diem.
Pip!
"Gak sopan banget nih orang, main matiin aja." dengus Joe.
"Siapa Joe?"
"Cowo. Tau siapa. Dia pengen ketemu lo." sahut Joe
Bitha diem. Siapa? Gak mungkin temen-temen gue ngerjain kan?
"Ada apa Joe?" Andi kayaknya sadar ada yang gak beres.
"Nih, coba lo telpon nomor ini." Joe ngasihin ponsel Bitha ke Andi.
Andi nurut. Beberapa percobaan. None. Gak ada jawaban. Yang terakhir malah di reject.
"Cowo? Pacar lo?" tanya Yoko.
"Aish! Pacar dari Korea, iya!" sembur Bitha.
"Apa mereka?"
Andi dan Joe saling pandang.
°°°
Hi, readers!
Baru dimulai ya teror-terornya.
Jadi gak manis-manis mulu
Ada tegangnya, illfeelnya, nyeseknya dan paitnya.
Komplit
So
Gomaweo & Saranghae
hanjeraa
[]tbc