Delapan ? - Tempat Masa Lalu

1312 Words
Restoran Korea, Wincanberra “Kau tidak mau menuangkan minuman untuk Ku, Nona Lea?” Tampak Tuan Kim mengulang pertanyaannya pada Lea. Lea hanya tersenyum tipis dan menuangkan segelas whiskey untuk Tuan Kim. Pria itu tampak tersenyum lembut pada Lea. “Kau kepala pemasaran HC Group? Bisa kau jelaskan proposal untuk proyek baru kalian?” Tuan Kim yang bertanya itu tampak masih saja menatap Lea dengan intens. Lea tidak peduli dengan tatapan itu atau lebih tepatnya dia sudah terbiasa dengan tatapan para pria. Lea meminta Bone mengeluarkan proyektor mininya dan memantulkannya pada dinding putih di ruangan itu. Lampu di tutup dan Lea dengan cekatan menjelaskan proyek baru itu. Tuan Kim tampak tersenyum dan semakin menyukai Lea. Dia merasa gadis di hadapannya sangat berbeda. Awalnya dia mengira HC Group hanya akan membawakan dia wanita bayaran. Tuan Kim sudah terbiasa di jamu seperti itu oleh perusahaan tempatnya berinvestasi. Namun dia tidak pernah tertarik dengan wanita-wanita itu. Hanya bermodalkan wajah cantik dan tubuh seksi. Namun Lea ini berbeda. Tuan Kim bisa melihat gadis itu sangat luar biasa. Meskipun sudah tau niat awal Arman Hudson menyuruh Lea duduk di sampingnya, tapi ternyata Lea yang dia kira sama seperti wanita penghibur lainnya sangat lah berbeda. Gadis itu bukan hanya cantik dan menarik. Dia juga sangat pintar. Tuan Kim kini bahkan berniat mempersunting Lea menjadi istrinya dan membawanya ke negara asalnya. “Aku akan berinvestasi” Tuan Kim tanpa banyak mempertanyakan keuntungan dan hal lainnya langsung ingin berinvestasi di perusahaan Hudson. Tentu semua orang di sana termasuk Arman Hudson terkejut. Arman Hudson tidak menyangka akan semudah itu mendapatkan dana dari Tuan Kim. “Terima kasih Tuan. Kalau begitu saya permisi. Silakan berbincang dengan Direktur pemasaran kami untuk hal yang lebih detail atau hal yang ingin Tuan ketahui lebih banyak” Arman Hudson tampak tersenyum berarti dan di pastikan Tuan Kim paham maksud ucapan Arman Hudson. Arman Hudson berdiri mendekati Lea yang masih berdiri di samping proyektor dan membereskan barang-barangnya. “Temani dia. Aku tidak sangka dia semudah itu mau berinvestasi. Sepertinya kau sangat menarik perhatiannya. Ingat jangan membuat kesalahan” Mendengar perkataan Arman Hudson membuat Lea hanya mengangguk kecil. Presdir HC Group itu langsung pergi dari tempat itu bersama investor lainnya. Tampak di ruangan restoran itu kini hanya tersisa Tuan Kim, Lea dan Bone. Lea kembali duduk di sebelah Tuan Kim dan menikmati makanan yang ada. Dia belum sempat mencicipinya tadi. “Katakan, apa yang Kau butuh kan? Atau Kau sudah memiliki kekasih?” Tuan Kim tampak semakin mendekat untuk berbicara pada Lea. Aroma tubuh Lea begitu harum membuatnya semakin terpikat. “Tidak ada. Terima kasih” Lea menjawab dengan nada yang datar dan dingin. Hal itu tentu membuat Tuan Kim semakin tertantang untuk mendekati Lea. “Kau bisa menemani Ku untuk minum malam ini?” Tanya Tuan Kim penuh harap. Belum pernah dia semurah itu menghadapi seorang wanita. “Maaf Tuan. Saya tidak bisa. Mungkin lain kali. Dan terima kasih sudah mau menjadi investor di proyek baru kami. Saya permisi” Lea langsung pamit dan pergi dari sana. Melihat hal itu orang-orang Tuan Kim merasa Lea sangat merendahkan Tuan mereka. Orang-orang itu hendak mengejar Lea dan memberinya pelajaran namun di tahan oleh Tuan Kim. “Jangan. Biarkan dia pergi. Dia bukan wanita yang akan bisa kalian seret semaunya” Ucap Tuan Kim sambil tersenyum. Dia sangat menyukai karakter Lea. . . Di dalam mobil Lea~ Bone tampak khawatir dengan penolakan Lea tadi terhadap investor baru mereka. Bone takut Lea mendapat masalah nantinya. Namun Lea malah terlihat santai menyesap rokoknya sambil membuka setengah kaca jendela mobil. “Nona apa tidak berlaku terlalu kasar tadi?” Tanya Bone khawatir. Dia takut Tuan Kim akan marah dan mencabut investasinya. Karena Bone juga bisa dengan jelas melihat niat Tuan Kim yang mau mendapatkan Lea hari itu. “Biarkan saja. Dia tidak akan berani. Dia bukan orang bodoh. Pria kaya itu tau jika dia mencabut investasinya maka dia akan semakin kesulitan mendapatkan ranjangku” Jelas Lea dengan santai. Lea memandang keluar jendela. Gadis itu menyesap nikotin sebanyak mungkin. Dia merasa mulai relax karena berhasil menghindar malam itu. Beruntung dia membaca profile Kim Sok Heo sesaat sebelum tiba di restoran tadi, dan Lea tau tipikal manusia seperti apa pria yang akan dia hadapi itu. Dengan mudah Lea bisa membaca pergerakan dan mencegah pria Korea itu membawanya ke ranjang. Lea terlalu lelah. Dia sangat tidak ingin melakukan apa pun. Khusus malam itu saja. “Kita ke taman ujung kota. Aku mau bersantai sebentar” Ucap Lea pada Bone. “Baik Nona” Bone langsung mengarahkan mobil ke ujung kota yang ingin di tuju Lea. Sejam kemudian mereka tiba di tempat itu. Tempat yang sunyi dan sepi. Banyak apartemen kumuh yang tak jauh dari taman umum yang tidak begitu terawat. Tempat itu merupakan sisi selatan negara itu. Sebuah kota kecil di selatan yang dulunya sempat menjadi tempat tinggal lama Lea bersama wanita yang sudah melahirkannya. “Aku akan berjalan-jalan sebentar” Ucap Lea langsung turun dari mobil. Dengan sigap Bone langsung ikut turun bersama Lea. Meskipun Nona Direkturnya itu tidak membutuhkan Bone untuk melindunginya, namun tetap saja sudah menjadi tugas Bone menjaga Lea dengan baik. Lea berjalan menyusuri setiap sudut di taman itu. Tampak ayunan yang sudah berkarat. Kayu pijakan pada perosotan yang sudah mulai lapuk. Terowongan pipa yang tampak sudah di penuhi sarang laba-laba. Seperti tidak ada kehidupan lagi di sana, padahal apartemen kumuh di sekitar sana masih banyak penghuninya. Ah apartemen? Tidak, Lea merasa tempat itu lebih mirip rumah susun yang kumuh. Lea berjalan menyusuri daerah apartemen di sana. Dia melihat satu persatu bangunan apartemen termasuk bangunan apartemen yang pernah dia tinggali dulu. Lea berjalan menaiki tangga bangunan apartemen itu. Di sana terdapat sebuah lift kecil namun Lea tidak berniat menaiki lift. Lift itu hanya muat untuk 3 orang dan juga sangat lambat. “Nona mau ke mana?” Tanya Bone bingung. Lea tidak menjawab dan hanya terus berjalan menuju lantai 5 gedung itu. Lea berdiri di depan pintu salah satu unit apartemen bekas tempat tinggalnya dulu. Lea menatap pintu itu dengan ekspresi yang sangat sulit di pahami. Bone yang melihat sikap sang Nona Direktur hanya diam tidak berani mencela. Dia yakin sang Nona sedang tidak ingin di ganggu. Setelah setengah jam berdiri dan hanya menatap pintu itu. Lea kemudian turun menyusuri tangga bangunan. Dia berjalan perlahan hingga saat tiba di lantai 3, Lea mendengar suara permintaan tolong. Tampak beberapa orang berdiri di luar sebuah unit dan hanya berdiri dan bergunjing. Tidak ada yang berani masuk ke unit apartemen yang pintunya terbuka lebar itu. “Ampun. Maafkan saya. Saya janji lusa akan saya bayar hutang suami saya” Seorang wanita paruh baya tampak di seret keluar dari unit itu dengan kasar. “Heh! Bayar pakai apa? Sudah berapa kali kalian bicara begitu?! Sudah jangan banyak omong. Hari ini anak mu harus melayani kami dan menjadi koleksi bar kami!” Teriak seorang pria yang penuh tattoo di sekujur tubuhnya. Tak ada orang di sana yang mau membantu wanita itu. Lebih tepatnya tidak berani. Mereka tidak ingin terseret masalah dengan preman-preman di sana. Lea berjalan mendekati kerumunan. Terlihat wanita paruh baya itu terus memohon bahkan memegang kaki pria bertato itu dengan erat. “Saya mohon. Jangan sentuh putri saya. Tolong. Saya saja jadi gantinya. Saya mohon” Wanita itu terus memohon dan menangis lirih. Pria itu tidak peduli malah menendang dan meludahi wanita itu. Melihat perlakuan preman itu tentu membuat Lea geram. Dia yang biasanya tidak peduli dan tidak mau ikut campur urusan orang lain ikut terusik. Sedikitnya Lea melihat bayangannya dulu saat akan di seret oleh preman - preman suruhan Wendi. Tiba-tiba Lea langsung menerjang dan menendang pria bertato itu hingga jatuh tersungkur. “Akh!!! Siapa kau?!!” Pria itu mengumpat kesal pada Lea. Lea tersenyum menyeringai dan mengeluarkan pisaunya. Dia menancapkan pisau itu berulang kali pada perut pria itu seraya berbisik, “Aku? Lea – Kupu-kupu pembunuh” . . Next ep 9 ?

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD