Faisya mendapatkan telepon dari rumah, tepatnya bundanya yang menelepon. Katanya ada seseorang yang tengah bertamu di rumah dan orang itu adalah seorang pria. Faisya mengernyit dan berpikir siapakah orang yang akan datang menghadap kedua orang tuanya? Tiba-tiba saja kilasan kejadian beberapa hari yang lalu membayang di pikirannya, di mana ketika ia khilaf mengatakan pada Akbar kalau pria itu serius, maka temuilah orang tuanya. Jangan-jangan orang itu memang Akbar, Faisya merutuki kebodohan mulutnya yang dengan sesuka hatinya berbicara hal seperti itu. Jujur saja, setelah mengatakan itu pada Akbar, Faisya langsung menyesal beberapa menit kemudian. Waktu itu ia hanya refleks saja menjawab, tak menyangka kalau Akbar adalah orang yang nekat. Sekarang, ia tidak bisa lagi mundur karena pria it

