"Memang kau yakin bisa menang dariku? Kau?" ia mendengus jijik, tatapannya menghina Misaki dari ujung kaki ke ujung kepala, menyeringai jahat. "Siapa, ya, kira-kira yang mengajukan kontrak selama tiga puluh hari? Oi! Jangan-jangan, kau amnesia beneran? Aku tak butuh uangmu. Memang kau bakal dapat uang banyak dari mana? Jual diri? Jadi piaraan om-om?" "Jangan bicara sembarangan, ya!" tangan Misaki melayang ke arah pipi lelaki itu, tapi ditangkap secepat mungkin. "Masih juga sok suci. Daripada 'main' sama orang lain, bagaimana kalau denganku? Meski jelek dan bukan tipeku, kalau sekali saja, kurasa tak masalah. Mungkin di balik pakaian ini, tubuhmu...." Ia menimbang-nimbang, kedua bola matanya terlihat lapar, menjilat bibir mengamati tubuh Misaki, "... bolehlah. Kalau belum dicoba, mana kit

