Penemuan kocheng

1527 Words
Hari ini, Yura telah kembali ke apartemennya. Gadis itu sedang memasukkan beberapa cemilan ringan untuk stok di kulkas. "Huhh, semua udah. Apalagi yang belum ya?" pikir Yura. Ia memang suka sekali dengan yang namanya makan. Jika sudah disuguhkan makanan banyak, ia tak segan-segan menghabiskan makanan itu. Tak peduli jika di depan Dylan atau pria tampan lainnya. Menurut Yura, makan adalah kenikmatan dunia yang tidak bisa di lewatkan. Krucuk Tuh kan, dia jadi lapar. 'Kalo gue masak sekarang, nanti kuliahnya telat dong. Makan di luar aja deh,' batin Yura lalu keluar dari kamarnya. Setelah menaiki bus menuju kampus, Yura turun dulu di salah satu kedai dekat sana. Itu adalah kedai langganannya yang menjual aneka masakan lezat. Membuat siapa saja tergiur hanya dengan mencium aromanya. "Bu, porsi kayak biasa ya!" pesan Yura pada penjualnya. Mereka memang sudah akrab. Jadi sang ibu penjual tau apa yang akan di makan Yura. Setelah pesanan datang, Yura langsung melahap makanannya dengan tidak santuy. Ia memang lapar. Kini, mulutnya dipenuhi dengan makanan. Saat ia tak sengaja menoleh ke samping, kebetulan disana ada Dylan dan kawannya yang sedang berbincang. "DYLAN!" panggil Yura lalu melambaikan tangannya. Namun yang di lambaikan malah membuang mukanya ke arah lain. "Yura!" sahut saah satu teman Dylan yang bernama Samuel. "Dih, sok akrab lo Sam," cibir Zico sambil melirik Yura juga. "Biarin. Kayak gak tau gue aja." Pria yang terkenal playboy itu menyingkap rambutnya dengan santai. Memamerkan pesona ketampanannya di depan kaum hawa yang ada di kedai itu. Ya, hampir semuanya terpesona padanya. Namun tidak dengan Yura. Seperti yang kita ketahui, gadis itu malah melanjutkan makannya. "Cih, cewek rakus kayak gitu bisa suka sama gue?" gumam Dylan sambil menatap remeh Yura. Namun rupanya Samuel dan Zico mendengar gumaman itu. "Dia tuh gak rakus. Tapi perfect!" sahut Samuel yang tengah memandangi Yura. "Cihh," Dylan mendecih. Sementara Yura yang sedang asik makan, dikejutkan oleh seorang pria yang sangat kenalnya. Pria itu duduk di depannya lalu mengucapkan kata-kata yang membuat Yura kesal. "Ngapain lo kesini?" tanya Yura ketus. "Um, gue mau minta maaf," ucap pria itu. "Hm." "Lo maafin gue?" "Hm." Pria itu memegang lengan Yura. Tentu saja gadis itu merasa risih dan kesal. "Lepas gak?!"  "Yura, gue mau kita balikan kayak dulu lagi. Gue nyesel udah milih dia." "Apaansi ah! Gue udah tenang tanpa lo. Udah sana! Ganggu aja!" "Tapi gue beneran nyesel, Yur. Kita mulai dari awal ya." "Ck, gak mau! Lagian tuh kejadian udah dua tahun yang lalu. Gue udah maafin lu dan lupain semuanya. Gue juga gak ada perasaan apa-apa sama lo. Lepas!" Bukannya melepas tangan Yura, pria itu semakin mempererat cekalannya. Hal itu membuat napsu makan Yura hilang. "Lo tau kan gue pernah bikin preman masuk UGD. lo mau gue bikin gitu, hah?!" ancam Yura. Namun pria itu tak menghiraukan ucapannya. "Gue gak takut." "Lepas gak?!" "Gak mau!" "Dih, kok maksa?!" "Iya, gue maksa, kenapa?" "Lepas!" Tiba-tiba sebuah tangan kekar melepas paksa cekalan pria yang memaksa Yura tadi. "Berisik!" ketus orang itu lalu keluar kedai. "Dylan?" Gumam Yura. Diam-diam ia tersenyum senang karena secara tak langsung ia merasa telah diselamatkan oleh pria itu. "Pi, Ingat, Jauhin gue! Kalo enggak, gue bakal laporin lo ke kantor polisi!" Ancam Yura lagi lalu ikut pergi menyusul Dylan. Gadis itu berlari dengan semangatnya mengejar pria yang barusan melakukan hal kecil namun sangat berharga baginya. "Dylan!" Hap Yura berhasil memegang lengan Dylan. "Dylan, makasih ya udah nolongin gue. Ah, jadi baper," ucap Jee dengan pipi memerah. Dylan tak menjawab. Ia hanya mendesah kasar lalu melepas tangan Yura dari lengannya. "Dylan," panggil Yura kembali menggapai lengan Dylan. "APALAGI?!" Dylan membentak Yura. Pria dengan tempramen buruk itu juga membuat kedua temannya terkejut. Bukannya takut, justru Yura tersenyum manis. "Intinya makasih hehe ... semangat kelasnya!" balas Yura sambil mengepalkan tangannya tanda memberi semangat. Dylan mendekati wajah Yura dengan tatapan tajam. "Gue gak butuh semangat lo!" ucap Dylan lalu pergi dari hadapan Yura. Yura sedang asik berjalan menuju fakultas Dea yang terletak lumayan jauh dari fakultas nya. Sambil bersenandung kecil, gadis itu membayangkan bagaimana dekatnya wajah Dylan dengan wajahnya tadi. Pria itu terlihat berlipat-lipat kali lebih tampan dari biasanya. 'Ckck, emaknya Dylan ngidam apa sih bisa punya anak seganteng dia?' Batin sang bucin. Tak lama, ia sampai di fakultas Dea. Sahabatnya itu sedang memasukkan peralatan menjahitnya ke dalam tas. "Dea!" panggil Yura sambil melambaikan tangan. "Yura, bentar!" sahut Dea lalu mempercepat kegiatannya. "Udah selesai?" "Udah. Ayo! Kita kemana?" "Stadion aja gimana? Udah lama gak main bulu ketek." "Bulu tangkis, ogeb!" "Ehe iya itu." Mereka berdua berjalan menuju depan kampus. Mencari bus untuk pergi pergi ke stadion olahraga. "Eh Ra, besok gue mau ke Hongkong," ucap Dea saat mereka memasuki stadion. Yura menoleh ke arah Dea. "Lah? Kok mendadak sih?" "Ya urusannya emang mendadak. Nenek gue kritis. Gue harus kesana," balas Dea dengan raut sedih. "Ya ampun, yaudah deh gakpapa. Baik-baik disana ya. Btw berapa hari?" "Sekitar dua minggu," "Hahhh? Kenapa gak sebulan aja sekalian?" "Ehe, sekalian jagain nenek disana,". "Huhh, lama banget. Tau sendiri kan gue gak punya temen selain lo dikampus?" Memang, Yura tidak akrab dengan temannya selain Dea. Hal itu karena mereka menjauhi Yura dengan alasan gadis itu terlalu kaya. Entah apa yang dipikirkan teman-temannya, yang jelas, bergaul dengan Yura membuat mereka tidak nyaman. Padahal, Yura itu anaknya asik dan baik. "Ya sorry hehe," ucap Dea cengengesan. Ketika sedang asik berjalan di halaman belakang stadion, Yura dan Dea di hentikan oleh sebuah suara. "De, denger ada suara gak?" tanya Yura dengan hati-hati. "Ah, lo jangan nakut-nakutin gue ah," elak Dea. Gadis itu memang penakut. "Eh gue seriusan. Ada suara ..." Meoww ... Meoww ... "SUARA KUCING DE! BUKAN DEMIT!" seru Yura yang membuat Dea terlonjak kaget. "YOUR VOICE RA!" teriak Dea kesal karena suara Yura mengagetkannya. "Dimana kucingnya ya? Suaranya kayak orang minta tolong gitu. Ah, gue gak tega," ucap Yura sambil mencari keberadaan kucing tersebut. "Ya mana gue tau. Lo kan satu spesies tuh sama anjing, tinggal endus aja apa susahnya?" Yura menabok pipi Dea. Enak saja dirinya dikatai seperti anjing. "Bacot anda! Bantuin cari kek!" Setelah beberapa menit mereka mencari, akhirnya kucing itu ditemukan. Posisinya terjebak di dalam selokan yang ada di halaman belakang. Meskipun selokan itu kotor dan bau, Yura tetap mengangkat kucing lucu itu dan membawanya ke kran air terdekat. "Iyuew! Ra, lo jorok banget sumpah. Itu kan dari got ish!" ucap Fea menjauh dari Yura yang kotor dengan air selokan. "Gapapa De, vitamin buat kulit haha," balas Yura sambil mencuci bulu kucing tadi. "Vitamin your ndas!" Dea semakin menjauh saat Yura menggodanya dnegan mencipratkan air ke arahnya. "Stop gak Je?! Stop!" seru Dea Yang sama sekali tidak ingin kena air. "Yaelah, lagian kalo kena air lo gak bakal berubah jadi mermed. Sini lah main air! Jangan takut kotor. Ada lepboy di rumah!" goda Yura sambil menirukan gaya iklan sabun mandi. "Gue pulang duluan ah!" ucap Dea sambil terus menjauh. "Yaudah gih! Gws buat nenek lu ya!" sahut Yura tersenyum melihat kepergian Dea. Yura mengalihkan pandangannya pada kucing yang sedang dimandikan. Warna bulunya putih dengan bercak hitam rapi yang membuat kucing tersebut sangat bagus. "Kamu lucu banget sih Cing ... jenis kelaminnya apa ya?" Yura langsung melihat ke s**********n sang kucing lalu memegang area intim. "Ohh jantan," ucap Yura lalu membersihkan kelamin kucing tersebut dengan jari telunjuknya. Gadis itu tertawa saat melihat reaksi kucing yang seakan menolak sentuhan tangannya. Meoww ... Meoww ... Meoww ... "Hahahaha ngakak gue!" tawa Yura geli. Meowwwwwww!! Meowww! Yura semakin tertawa keras. Melihat ekspresi kucing tersebut membuatnya geli karena lucu. "Dah ah, maapin gue ya Cing. Udah nyiksa lo haha ... Eh, nyiksa apa ngasih kenikmatan ya? Hahaha ukhuk ukhuk! " Saking ngakaknya, Yura sampai batuk-batuk gitu. Ukhuk ukhuk ukhuk! 'Kayaknya gue kualat nih,' batin Yura lalu menaruh sang kucing. Gadis itu berdiri dan mulai meninggalkan halaman belakang. "Huhh, gak jadi main buluketek deh," keluh Yura sambil berjalan keluar. Meoww ... Yura melihat ke bawah. Kucing tadi mengikutinya. "Kenapa? Gue gak bawa ikan asin," ucap Yura berbicara dengan kucing. "Kalo mau, nyolong aja di warung depan. Ikan asinnya enak. Gih, orangnya rabun kok. Gak bakal liat lo nyolong ikannya," lanjutnya. Namun kucing tersebut malah menggapai celana levisnya seakan ingin digendong. Detik berikutnya, Yura kembali berjalan. Namun lagi-lagi kucing berbulu putih itu mengikutinya. Setelah mempertimbangkan lagi, akhirnya gadis itu memutuskan untuk membawa sang kucing ke apartemennya. . Saat tiba di halaman depan stadion, Yura melihat Dylan yang baru saja memarkirkan motornya. Dengan kecepatan kilat, ia meluncur ke arah pria itu. "Dylan!" panggil Yura yang membuat pria itu mendesah jenuh. Melihat Yura yang kotor dan bau, Dylan menghentikan gadis itu saat jarak mereka sudah beberapa sentimeter. "Jangan deket-deket! Bau!" ucap Dylan sambil menutup hidungnya. Mendengar itu, Yura langsung mencium tubuhnya sendiri. Iya juga, dirinya lumayan bau karena selokan tadi. "Ehe, besok gue bakal wangi lagi pas deketin lo," balas Yura lalu menyodorkan kucing yang digendongnya ke depan Dylan. "Lucu gak? Gue nemu di halaman belakang!" Dylan menepis kucing itu dengan kasar. "Gak! Minggir!" usir Dylan yang membuat Yura menggeser tubuhnya agar Dylan bisa lewat. "Iya deh. Lucunya kan ada di lo. Iya kan Lan." #Next Panjang kan part ini ... Jangan bosen bacanya ya ... . . Jee  Dylan 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD