Sudut bibir Aditya terangkat tipis, nyaris tak terlihat. "Saya pikir-pikir dulu," katanya sambil kembali menatap layar laptop, seolah percakapan sudah selesai. Ratu mengedikkan bahunya. "Iya, Pak. Nggak maksa, kok.” Lalu, langsung berbalik badan. Aditya hanya mengangguk, tak menatapnya. Tarikan napasnya berat, lalu dia menggeleng sambil bergumam pelan, "Anak itu memang nggak bisa ditebak." Saat Ratu baru mencapai pintu, Aditya kembali bersuara. "Tunggu!" Perempuan itu menoleh padanya seketika dengan tatapan bertanya. “Boleh. Saya kebetulan belum makan.” Entah kenapa, Aditya tiba-tiba saja mengiyakan tawaran perempuan itu. Ratu agak tak percaya mendengar kata-kata yang keluar dari mulut lelaki itu. Awalnya, dia hanya basa-basi berniat menawarkan saja sebagai tanda bentuk terima ka

