Kecelakaan

1119 Words
"Awas!" "Aw!" Terdengar suara pekikan dan secepat kilat sebuah mobil menyambar tubuh seorang wanita yang baru saja mendorong seorang pria yang hampir saja tertabrak. Kini tubuh wanita itu terkapar setelah menabrak mobil lain yang sedang terparkir. "Tuan, Anda tidak apa-apa?" tanya Sean mendekati bosnya. "Tidak apa-apa, hanya lecet sedikit. Siapa yang mendorongku tadi?" tanya Nick mengedarkan pandangannya. Mereka melihat seorang wanita terkapar sekitar lima meter dari mereka, Nick bergegas bangkit dan mendekati wanita itu. Nick melihat seorang wanita yang tertelungkup dengan kepala berdarah, dia pun langsung membalik tubuh wanita itu dan memangku kepalanya. "Sean cepat telpon ambulan!" teriak Nick panik. "Baik, Tuan." Sean langsung menelpon seperti perintah bosnya, Nick mencoba menyadarkan wanita itu tapi nihil. "Sayang ada apa ini?" tanya seorang wanita cantik yang berlarian mendekat. "Ada orang yang hendak menabrakku, tapi wanita ini menyelamatkanku." "Siapa yang berani melakukan hal itu padamu? Kamu kenapa juga mangku kepalanya, kan kamu jadi penuh darah. Sean gantikan tuanmu memangkunya," pinta wanita yang ternyata bernama Sahara itu. "Kamu apa-apaan sih, dia ini terluka sempat-sempatnya berpikir ini itu. Sudah diam saja," tukas Nick kesal. "Bukan begitu, Sayang. Tapi ...." "Tidak ada tapi-tapian, diam saja dan jangan berisik." Sahara pun diam, tapi dalam hatinya sangat kesal karena Nick begitu perhatian pada korban kecelakaan itu. Meskipun dia sadar, jika wanita itu telah menyelamatkan tunangannya. Tapi tetap saja, dia menganggap Nick berlebihan karena tidak meminta Sean melakukannya. Yang dia tau Nick adalah pria cuek, yang sangat pembersih. Tidak berapa lama sebuah mobil ambulan datang, petugas medis memberikan pertolongan pertama. Sebelum akhirnya mereka memindahkan Wanita itu ke dalam ambulan, dibantu Sean dan petugas keamanan. "Sayang, sebaiknya kita menyusul saja dengan mobil. Kenapa kamu malah naik ke ambulan?" tanya Sahara menahan Nick yang hendak naik ke dalam ambulan. "Tidak, aku ingin menemani dia. Kamu saja yang menyusul dengan mobil!" tukas Nick menepis tangan Sahara. Nick bergegas naik ke ambulan, Sahara hanya bisa diam saja dan menatap kepergian ambulan yang membawa tunangannya dan korban kecelakaan. Dia benar-benar tidak menyangka Nick mengabaikannya dan bahkan menepis tangannya. "Nona ayo kita menyusul!" ajak Sean. "Tidak, kamu saja yang menyusul. Aku mau pulang," sahut Sahara kesal dan berjalan menuju mobilnya sendiri. Sean hanya bisa mengangguk dan menuju mobilnya untuk menyusul sang bos, dia tidak sempat banyak berpikir terutama tentang Sahara yang kesal. Mereka akhirnya tiba di rumah sakit, petugas medis di rumah sakit langsung menyambut kedatangan mobil ambulan. Mereka mengeluarkan pasien dan membawanya masuk dengan terburu-buru, seorang perawat berjalan sambil bertanya pada petugas ambulan tentang kondisi pasien. "Sean kamu ke bagian administrasi, aku akan melihat kondisi wanita itu." Nick berpesan pada Sean dan berlalu menuju ke ruang tindakan. Setibanya di sana seorang petugas medis mendekati Nick dan memberikan tas milik perempuan itu yang bahkan belum sempat dilepas. Nick hanya menerima saja tanpa berpikir untuk memeriksanya, sampai akhirnya Sean datang menghampiri. "Tuan, saya butuh data-data korban. Apa ada identitasnya di sana?" tanya Sean sambil melihat ke arah tas yang dipegang Nick. "Oh iya, coba kamu periksa. Tadi perawat yang memberikannya padaku," jawab Nick memberikan tas di tangannya. Sean memeriksa isi tas, melihat sebuah dompet dan membukanya. Terlihat sebuah kartu identitas dia pun bergegas mengambil dan mengeceknya. "Bellova Emilia Jhonson, apa dia putri dari Robert Jhonson ya, Tuan?" tanya Sean. "Entah aku juga tidak tau, nanti kamu cari tau saja." "Baik, Tuan. Kalau begitu saya ke administrasi lagi," pamit Sean dan hendak berbalik. "Kemarikan tasnya, biar aku cek ponselnya. Oh ya, apa Sahara tidak ikut?" tanya Nick menghentikan langkah Sean, yang langsung menyerahkan tas itu kembali. "Tidak, Tuan. Sepertinya nona Sahara, jadi tidak ingin ikut." "Sudah biarkan saja, sana urus administrasinya." Sean berlalu dari tempat itu, sementara Nick memeriksa isi tas dan mengambil sebuah ponsel. Ada sedikit keretakan di layar ponsel, tapi masih bisa disentuh. Hanya saja ternyata ponsel itu memiliki kata sandi untuk membuka ponselnya. "Ternyata terkunci, bagaimana caraku menghubungi keluarganya. Kalau dia memang putri Robert Jhonson, Sean akan bisa menghubunginya. Karena kalau tidak salah dia salah satu kontraktor yang sering kerja sama dengan perusahaan," ucap Nick bicara sendiri. Nick terlihat gelisah dan berjalan mondar-mandir di depan ruang tindakan, apalagi dokter belum juga keluar dari ruangan itu. Meskipun dia bukan orang yang menabrak, tapi tetap saja dia merasa bertanggung jawab atas korban karena dia yang telah menyelamatkan nyawanya. Apalagi saat dia ingat bagaimana kencangnya mobil itu saat melewatinya, seolah memang sengaja hendak melenyapkan nyawanya. Jika tidak karena wanita itu, mungkin dia tidak akan selamat. "Sebenarnya siapa yang sudah melakukan itu, aku yakin tujuannya adalah melenyapkan nyawaku. Aku berhutang nyawa pada wanita itu, kalau tidak dia selamatkan aku yakin aku akan tewas. Mengingat betapa mobil itu melaju sangat kencang," gumam Nick bicara sendiri. "Ada apa, Tuan?" tanya Sean yang sudah kembali dari administrasi. "Tidak bukan apa-apa, aku hanya berpikir siapa yang hendak mencelakaiku. Aku yakin sekali tujuan mobil itu adalah menabrakku," jelas Nick. "Saya akan selidiki, Tuan. Kita pasti akan menemukan pelakunya, saya juga sudah meminta security untuk melaporkan kejadian ini ke polisi. Dengan memberikan rekaman cctv di tempat kejadian, jadi pasti kita akan mengetahui siapa pelakunya." Sean menyahuti dengan yakin meskipun ada sedikit keraguan di hatinya. "Kalau memang tujuannya adalah aku, berani sekali orang itu. Di area parkir gedung perusahaanku dia berani melancarkan aksinya. Aku mau besok-besok area kantor diperketat lagi penjagaannya, jika sampai orang itu tau aku selamat pasti dia akan melancarkan aksinya lagi entah kapan. Mereka pasti salah satu musuh bisnisku," ucap Nick yakin. "Baik, Tuan. Bagaimana dengan ponselnya, apakah ada yang bisa dihubungi?" tanya Sean. "Tidak bisa dibuka, karena memakai kata sandi. Coba kamu telepon tuan Robert, siapa tau ini memang putrinya. Dengan begitu kita bisa segera tau siapa dia," jawab Nick. "Baik, Tuan." Sean mengeluarkan ponselnya untuk menelpon tuan Robert yang di duga adalah ayah dari korban kecelakaan, tidak lama panggilan Sean diangkat dengan sopan Sean menyapa tuan Robert. Lalu dia menanyakan apakah tuan Robert memiliki seorang putri bernama Bellova Emilia Jhonson. "Darimana kamu tau nama putri saya? Padahal saya tidak pernah memberitahunya ke publik karena anak itu tidak terlalu suka dikenal orang sebagai putriku," sahut tuan Robert. Sean pun menceritakan apa yang terjadi, tentu saja tuan Robert sangat terkejut. Meskipun Bellova bukan putri kesayangannya, karena memang gadis itu sedikit tertutup. Tetap saja sebagai orang tua beliau khawatir pada salah satu putrinya itu. "Jadi sekarang dia di mana? Saya akan ke sana sekarang," ucap tuan Robert begitu Sean Selesai bercerita. Sean pun langsung memberitahu di rumah sakit mana mereka berada, tuan Robert langsung mematikan panggilan tanpa basa-basi. Sean menatap bosnya, yang menunggu Sean selesai menelepon. "Bagaimana, Sean?" tanya Nick dengan wajah khawatir. "Tuan Robert akan kemari, Tuan. Bagaimana kalau beliau malah menyalahkan Anda tentang apa yang terjadi?" tanya Sean sedikit khawatir. "Kamu harus tenang, lagipula bukan aku pelakunya. Jadi tidak ada alasan kita harus takut dia menyalahkanku," jawab Nick dengan santainya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD