"Sialan! Lagi-lagi dia sangat beruntung, padahal itu tadi sudah tepat." Umpat Felix yang marah-marah di kantornya, tadi pagi dia tidak sengaja melihat Lorenzo, musuh bebuyutannya dalam dunia bisnis. Bahkan sedari kuliah, dia tadinya berkesempatan untuk menabrak Lorenzo namun ada seseorang yang menyelamatkannya.
"Dia benar-benar beruntung! Bagaimana bisa aku kalah darinya dalam semua hal. Dia bahkan berkali-kali selamat dariku. Sial!" Felix sedari kuliah memang selalu kalah dari Lorenzo, apalagi dalam hal wanita.
Dia sudah berkali-kali mencoba menganggu Lorenzo dan bahkan ingin membunuhnya karena dia benar-benar tidak mengukai Lorenzo, namun dia sekalu saja bisa selamat dan tuhan pasti berpihak kepadanya, nakun dia cukup bangga karena dulu dia pernah merebut kekasihnya dan bahkan Felix bisa memilikinya.
"Suatu saat, aku pasti bisa membuatmu kehilangan apa yang seharusnya, Lorenzo." Gumamnya.
*****
Keesokkan paginya, Eliza benar-benar bersemangat, uangnya memang masih ada tapi tidak mungkin dia hanya mengandalkan uang dari jualan apartemennya sedangkan dia belum tau berapa lama dia akan di sini, namun dia sepertinya meyakini jika dirinya tidak akan kembali ke mansionnya karena dia sangat tau ayahnya jika dirinya pasti lebih memilih pekerjaannya dari pada mengurusnya.
"Lupakan semua, dan jalani harimu, kau sudah sangat beruntung karena bisa langsung mendapatkan pekerjaan, Eliza."
Eliza menghela nafas panjangnya dan langsung berangkat menggunakan taksi.
"Sepertinya aku harus punya mobil, atau minimal sepeda." Gumamnya karena dia tidak mungkin menggunakan taksi terus.
Setelah sampai, karyawan yang ada di sana, hampir semuanya meihat ke arah Eliza, di sana mereka tidak mengnal Eliza, namun mereka tau jika akan ada karyawan baru menjadi sekretaris bos mereka, dan ternyata Eliza orangnya.
Ada yang tersenyum dan ada juga yang memasang wajah tidak suka, tapi Eliza tidak peduli dengan semua itu.
Dia berjalan santai menuju ruangan bosnya, namun dia hanya menunggu di luar sesuai arahan dari HRD tadi.
Tak lama Lorenzo datang yang membuat Eliza langsung berdiri.
"Selamat pagi, Tuan." Sapa Eliza yang hanya di angguki oleh Lorenzo dan dia langsung masuk ke dalam.
"Nona Eliza." Sapa Rexi. Asisten pribadi Lorenzo.
Dia memberikan jadwal Lorenzo dan mengajari Eliza sebagai sekretaris, dia juga memberikan pekerjaan apa saja yang harus dia kerjakan. Eliza langsung mengerti meskipun ini pengalaman pertama baginya.
Setelah sudah, Rexi masuk kembali ke ruangan Lorenzo namun tentu saja dengan mengetuk pintu terlebih dahulu.
"Bagaimana? Kau sudah mendapatkan informasi tentang siapa yang mencoba menabrakku?" Tanya Lorenzo kepada asistennya yang di angguki olehnya.
"Sesuai dengan diling anda, Tuan." Jawabnya yang membuat Lorenzo mengepalkan tangannya.
"Aku sudah menduganya, dari mobilnya, memang sepertinya itu Felix." Ucap Lorenzo. Dia sangat geram dengan musuhnya sedari kuliah ini karena selalu saja ingin dia terluka dan hancur, dia selalu ingin lebih unggul darinya, pdahal sebenarnya dia memiliki kelebihan sendiri, namun dia beum puas dengan apa yang dia dapatkan.
Setelah mengetahuinya, Lorenzo harus semakin waspada. Felix melakukan apapun untuk membuat dia kalah darinya, hanya saja memang dia tidak bisa menjebloskannya ke penjara karena dia tidak memiliki buktinya.
Setelah mengobrol dengan Rexi sebentar, dia lamgsung keluar lagi, karena memang dia ada mering pagi ini.
"Kau ikut denganku." Ucap Lorenzo saat sudah keluar dan melihat Eliza yang seperti sibuk sendiri dengan pekerjaannya, dia tau jika Eliza sepertinya butuh beradaptasi, dia sama sekali tidak melihat data Eliza dan tidak tau Eliza memiliki kemampuan sebelumnya menjadi sekretaris atau tidak, tapi dia yakin jika Eliza adalah wanita yang pintar.
"Kau bisa menyetir?" Tanya Lorenzo yang di angguki oleh Eliza.
"Bagus, ini." Lorenzo melemparkan kunci kepada Eliza yang membuat dia terkejut.
"Tuan Rexi tidak ikut?" Tanya Eliza yang mencari Rexi dan ternyata baru sadar jika sudsh tidak ada bersama mereka.
"Tidak!" Lorenzo cukup kesal karena Eliza malah menanyakan asisten pribadinya, dan dia merasa tidak menyukai itu.
"Kenapa?" Tanya Eliza yang masih penasaran,
"Di mewakiliku meting dengan klien lain." Perkataan Lorenzo yang menjawab senagai alasan Rexi tidak ikut, membuat Eliza mengerti dan manggut-manggut.
Eliza terlebih dahulu membukakan pintu untuk bos-nya. Barulah dia masuk ke dalam kemudi.
Lorenzo melihat cara menyetir Eliza memang sepertinya dia sudah biasa menyetir sebelumnya dan membuat dia akhornya tersenyum tipis.
Setelah sampai di restoran di mana tempat meting Lorenzo, dia masuk mengajak Eliza.
Kali ini sebenarnya dia meting bersama kedua sahabatnya. Dan mereka memilih di restoran agar lebih santai.
Dari kejauhan, Keyra tersenyum melihat Lorenzo namun dia mengerutkan dahinya ketika menyadari jika ada wanita cantik di belakang Lorenzo dan mengikutinya.
"Siapa yang bersama Lorenzo?" Tanya Keyra kepada Orion yang memang sedari tadi menunggu Lorenzo.
"Aku tidak tau, tapi sepertinya dia sekretarisnya." Ucap Orion menduga karena dari jalannya yang mengikuti di belakang Lorenzo dan tangannya memegang berkas meting.
Keyra cukup lega jika ternyata wanita itu adalah sekretarismya, namun di juga menjadi tidak suka karena sekretaris Loren memiliki wajah yang cantik.
"Hai, Lorenzo." Sapa Keyra tersenyum dan bahkan langsung memeluk Lorenzo seperti biasa, Lorenzo juga berganti memeluk Orion, kedua orang ini adalah sahabat Lorenzo sedari kuliah dan mereka memutuskan untuk membuat bisnis baru bertiga.
"Kenapa kau membawa skeretaris? Ku rasa dia tidak dibutuhkan jika meting bersama kita." Ucap Keyra jujur. Dia dan Orion saja tidak pernah membawa sekretaris jika mereka bertemu meskipun itu untuk meting.
"Tidak apa, dia masih satu hari bekerja, dan aku ingin membuat dia menyimak meting kita hari ini agar dia bisa mempelajarinya." Ucap Lorenzo karena memang dia ingin membuat Eliza terbiasa nantinya dengan pembahasan kerja mereka.
"Tapi—
"Tidak perlu memperpanjangnya, Keyra. Akan lebih baik jika kita mulai saja metingnya, jika kau tidak menyukainya, kita bisa membatalkannya dan meting lain kali." Ucap Lorenzo yang tidak suka dengan Keyra seakan-akan tidak menyukai Eliza.
"Tidak! Bukan maksutku begitu, baiklah maafkan aku." Ucap Keyra yang akhirnya mengalah.
"Kau hanya perlu menyimaknya," ucap Lorenzo yang di mengerti ole Eliza.
"Ngomong-ngomong, siapa namamu?" Tanya Orion kepda Eliza.
"Eliza, Tuan." Jawab Eliza dengan senyuman.
Sejujurnya dia cukup canggung karena Lorenzo mengajaknya meting bersama sahabat-sahabatnya seperti ini, namun dia hanya bisa mematuhinya, karena sepertinya Lorenzo mengerti jika ini adalah pertama baginya, dan harus memiliki pengalaman, untuk itu dia memintanya hanha untuk menyimak mereka ketika mereka sedang membicarakan pekerjaan.