Awal Baru

1917 Words
Kesalahan di masa lalu membuat trauma hebat dalam dirinya. Bertemu dengan lelaki yang salah dan terjerat dalam sebuah hubungan pernikahan siri membuatnya semakin menjadi takut untuk melangkah mencari kebahagiaan sendiri. Hinaan, cacian dan makian dari seseorang berhasil mengubah dirinya menjadi sosok yang selalu waspada dan curiga akan sesuatu yang dianggapnya tidak masuk akal. Aina Larasati, berusaha untuk bangkit dan menerima semua kejadian yang menerpa hidupnya dengan sabar dan ikhlas. Menatap masa depan dengan keyakinan bahwa semuanya pasti akan baik-baik saja di kemudian hari bahkan Gusti Allah akan membayar semua rasa sabar dan ikhlasnya secara kontan pada masa yang akan datang. Hidup yang sudah hancur berkeping-keping mulai kembali di ukir dengan sedemikian rupa agar terlihat indah juga bahagia. Keyakinan hati untuk hidup lebih baik membuatnya harus bisa kuat berdiri di kaki sendiri dengan tegak, menatap ke depan dengan tatapan yakin dan menguar senyum agar membuat mereka semua yang menyayanginya semakin yakin bahwa Ai bisa dan mampu menerobos masa depan dengan lebih baik dari sebelumnya. Hancurnya hidup, memilih suami yang salah dan kehilangan buah hati sebenarnya cukup membuatnya terpukul bahkan hampir gila karena keadaan. Namun kedua sahabatnya, Rahma dan Rahmi selalu berada disampingnya untuk selalu menguatkan dirinya juga menyakinkan dirinya bahwa hidup tak berhenti saat kehilangan semuanya. Tetapi, kehidupan baru saja dimulai saat Ai kehilangan semuanya. *** Cahaya matahari bersinar terang dan masuk melalui ventilasi kamar hotel, tiba-tiba ruangan merasa sangat dingin sekali. Ai menggeliat dan menarik kembali selimutnya berniat untuk tertidur kembali namun ia merasa terkejut sebab melihat ruangan yang sekarang ia tiduri ternyata bukan kamarnya. Ai pun menoleh-kan kepalanya dan melihat ke samping, ternyata ada lelaki tampan yang sedang tertidur pulas dengan wajah damai. Sesaat Ai terkekeh dan mencoba mengingat, ia lupa bahwa sekarang sudah resmi menjadi istri Angga Atmaja. Istri dari seorang Dokter Muda yang tampan, baik hati dan luar biasa cintanya. Ai memandang suaminya yang tampan itu dengan sangat lekat, ia tidak menyangka akan mendapatkan kebahagiaan luar biasa ini dalam waktu yang cepat. Kesakitan, kesedihan, air mata dan juga kekecewaan di masa lalu terbayar dengan sebuah kebahagiaan yang luar biasa. Mereka ada di fase seperti ini tidaklah mudah karena terlalu banyak waktu yang terbuang untuk mengukir sebuah cinta sejati. Kesakitan, kekecewaan, air mata dan segala kesakitan di masa lalu mereka rengkuh dan rebut dengan kebahagiaan dalam sebuah ikatan pernikahan. Setelah puas memandang wajah tampan suaminya itu, Ai mencoba mengingat kembali kejadian tadi malam, seharusnya ia tak bersikap histeris seperti itu. Trauma akan masa lalu membuatnya hilang kendali semalam. Takut bahkan histeris juga enggan untuk disentuh oleh suaminya sendiri. Tak bisa dipungkiri, Ai memang merasa dari dalam lubuk hatinya ada ketakutan yang luar biasa, semua terlihat saat tubuhnya yang menegang dan bergetar hebat. Menangis dan menjerit saat disentuh oleh suaminya-Angga Atmaja-. Tanpa terasa bulir kristal jatuh setetes membasahi pipi merahnya, ia perlahan menghapusnya dengan lembut. Menarik nafas panjang, menenangkan hati dan pikirannya kembali. Ai merasa harus membuang semua luka masa lalu, jika ia masih berlarut-larut dalam ketakutan di masa lalu maka masa depannya akan hancur dalam seketika. Ai tak ingin kebahagiaan yang dirasakan sekarang olehnya hancur karena trauma yang dengan tegas memang harus dibuang. Hari ini adalah hari bahagianya, oh bukan tetapi sejak dimana suaminya mengucapkan ijab kemarin adalah hari kebahagiaannya dimulai secara perlahan dan ia yakin kedepannya akan semakin banyak kebahagiaan-kebahagiaan yang akan hadir. Harapannya hanya bisa bahagia bersama orang-orang tersayang dan terkasih agar kesakitan di masa lalu dapat terhapus dengan cepat, ya walaupun masa lalu itu tidak bisa terhapus dengan sangat permanen namun setidaknya tertutup oleh rasa bahagia. Aina kembali memandang wajah lelaki di depannya yang penuh dengan kelembutan itu, wajah tampannya akan membuat siapapun terpana olehnya. Alis tebal, mata sipit dengan kacamata yang gagah bertengger di pangkal hidungnya yang mancung, bibir tebal merah merona yang berhasil memikat wanita mana saja yang ini mengecup buas bibirnya. Sial, pikiran macam apa ini, bisa-bisanya aku berpikir konyol, ucap Ai terkekeh dalam hatinya. Tangan lembutnya perlahan mulai membelai suaminya. Membelai rambut, turun ke wajah tampan, membelai mata sipitnya secara bergantian, mencubit lembut hidung mancungnya dan membelai mesra bibir tebalnya. Aima mendekatkan wajahnya pada wajah tampan suaminya dan membuatnya semakin dekat, mencium kening dan mengecup lembut bibir suaminya. Membuat Angga menggeliat karena ulah Aina dan terbangun dari tidur pulasnya. Angga mengerjapkan matanya beberapa kali, membuat Aina semakin terpana dan tersenyum lembut. Terkekeh melihat wajah suaminya yang sangat menggelikan. Maka nikmat Tuhan mana lagi yang ingin kau dusta-kan, pagi hari disuguhkan oleh senyum indah dari sang suami, ucapnya kagum dalam hati. Angga tersenyum mendapati wajah istrinya yang hanya berjarak beberapa senti dari wajahnya. Ia mendapatkan morning kiss untuk yang pertama kali dari sang istri. Tubuhnya sempat menegang karena ulah Aina, aliran darahnya mulai naik ke ubun-ubun. Namun, ia menahannya dan tak ingin memulai jika sang istri enggan melayani, ia khawatir akan menyakiti hati Aina nantinya. Angga merasa tak sanggup jika melihat pemandangan menyakitkan kembali seperti semalam dan ia berjanji pada diri sendiri tak akan menyentuh isterinya jika tanpa izin darinya. Semua ini Angga lakukan semata-mata agar istrinya merasa tenang, aman dan nyaman. Angga sungguh sangat berharap, istrinya bisa cepat melupakan masalalu yang menyakitkan. "Pagi suamiku, Sayang," sapa Aina lembut mengecup kembali bibir Angga. "Selamat pagi istriku sayang," balasnya mengecup bibir Aina tak kalah mesra. "Sayang, aku tau kok kalau sangat tampan sekali tetapi bisakah kau tidak memandangku seperti itu?" "Memang kenapa, Sayang?" tanya Aina dengan nada suara menantang. "Pandangan matamu sangat menggoda, Sayang. Bahkan pandangan mata itu bisa-bisa membuatku tak sanggup menahan diri untuk tidak menerjangmu," goda Angga terkekeh. "Terjang saja, Sayang, aku ini 'kan sudah menjadi istrimu," lanjutnya tulus mengusap lembut wajah suaminya. "Tapi--" ucapnya lemah terpotong oleh Aina yang tersenyum padanya. "Tapi apa, Sayang?" "Tapi, aku tak ingin melakukannya karena sebuah paksaan. Aku … aku takut kau histeris lagi sayang." "Kenapa kau berbicara seperti itu?" "Aku takut melukai hatimu, Sayang. Aku ingin kita melakukannya dengan rasa nyaman tanpa harus membuatmu mengingat trauma itu." "Aku ... Aku ... Aku tidak apa-apa, Sayang. Kau sama sekali tidak melukai hatiku. Justru, kau adalah kebahagiaanku dan berhasil membuatku merasa menjadi wanita yang sangat beruntung. Aku sungguh sangat mencintaimu." "Tapi ... Aku takut kau histeris lagi seperti semalam." "Sayang, tolong maafkan sikapku yang semalam. Sungguh, aku tak bermaksud seperti itu padamu, Mas. Semalam aku hanya --," ucapan Aina terpotong. Angga mengecup kembali bibir Aina dengan sangat buas seakan tak membiarkan istrinya untuk membahas kejadian semalam. Ciuman ganas Angga membuat istrinya kehabisan nafas, dan Aina berusaha mendorong pelan suaminya. "Maaf, maafkan Mas, Sayang ...," ucapnya lirih. Aina tersenyum dan menggelengkan kepala lemah. Entah kenapa, ia merasa tak bisa marah pada lelaki dihadapannya ini. Cinta dan sikapnya yang luar biasa, mampu membuatnya menjatuhkan pilihan pada lelaki tampan di hadapannya itu. Jika mengingat awal perkenalan mereka itu membuat siapapun tak menyangka akan berakhir bahagia seperti ini. "Tolong ... Jangan pernah bicara apa-apa lagi mengenai semalam dan masalalumu. Sekarang, ada Mas yang akan menggenggam tangan-mu dengan erat dan menjagamu di setiap waktu. Kita mulai semuanya dari awal ya Sayang. Bangun kebahagiaan kita cara kita sendiri, tutup masa lalu dan buat pikiranmu menjadi amnesia mengenai masa lalu," jelasnya lembut, menangkupkan kedua tangannya di wajah Aina. "Tidak ada yang perlu ditakutkan lagi sekarang, karena ada aku-suamimu- akan selalu berada disampingmu, Sayang. Kita rebut kembali hak dan kebahagiaanmu yang sempat hilang bahkan terinjak-injak oleh orang-orang tak bertanggung jawab. Aku akan mencintaimu sepenuh hatiku, kamu percaya itu, 'kan?" jelasnya dengan lembut, Aina mengangguk patuh dan percaya. Angga kembali mencium dan melumat bibir tipis Aina. Mereka saling menatap satu sama lain, diam tanpa kata hanya menatap namun tatapannya sangat dalam. Perlahan wajah mereka maju dan menempelkan juga menautkan bibir kembali satu sama lain. Kecupan yang lembut selembut sutra, itu yang Aina rasakan ketika bibir mereka beradu. Kecupan mereka semakin dalam, nafasnya semakin memburu. Keduanya seakan enggan melepaskan kecupan mesra dan kehilangan momen luar biasa ini. Kegiatan mereka semakin dalam dan juga semakin intens. Angga, melucuti satu persatu kancing piyama yang dipakai istrinya. Matanya berbinar melihat segumpal daging indah yang berhasil membuatnya menjadi buas. Angga masih bermain area yang menurutnya sangat menggoda. Permainan mereka semakin jauh, atmosfer dalam kamar hotel berubah menjadi panas. Keringat mereka berdua bercucuran karena nafsu yang sangat membara. Gelombang cinta yang semakin besar membuat Angga melakukan yang lebih, ia mulai memainkan milik istrinya. Angga menarikan jari-jemarinya dengan sangat lembut benar-benar lembut seakan sesuatu tersebut akan rusak jika tidak diperlakukan dengan lembut. Aina terbuai dan melayang karena ulah permainan Angga. Sengatan luar biasa langsung naik ke ubun-ubun membuatnya merasakan nikmat yang luar biasa. Tubuh Aina menegang, ia tak tau apa yang sebenarnya terjadi pada tubuhnya saat ini, yang jelas dalam pikirannya sungguh menginginkan lebih. Angga rupanya sangat paham apa yang diinginkan oleh istrinya itu, ia semakin menggila dan melancarkan aksinya membuat istrinya lebih semakin menggila karena belaian yang berhasil membuat geli di banyak area inti. Keduanya semakin mengalirkan gelombang cinta membuat panas di sekujur tubuh dengan sensasi berbeda. Peluh di antaranya semakin mengalir layaknya air hujan yang terus-menerus turun membasahi bumi namun bedanya ini membasahi tubuh. Angga merasa tak kuat lagi menahan gejolak cinta yang semakin besar, ia harus segera menuntaskan kegiatannya. Angga mengecup kening Aina dan berbisik untuk menuntaskan bersama-sama. "Sayang, apakah boleh?" bisiknya dengan suara lembut dan serak seakan-akan tak mampu lagi menahan semuanya. Aina tanpa berpikir panjang karena sudah merasa nikmat, ia tersenyum dan mengangguk patuh. Angga dengan gagah langsung mulai memasuki tubuh inti istrinya dengan kegagahan yang luar biasa membuat istrinya mengerang, bukan mengerang kesakitan melainkan kenikmatan, lalu dalam beberapa detik kemudian keduanya sudah tak sanggup lagi menahan gejolak cinta yang semakin lama semakin membesar, mereka bersama-sama menyemburkan lahar panas pada tubuh inti pasangannya. Sekian detik, gerakan mereka mulai melemah. Mereka terhempas dari udara melayang-layang berdua dengan fantasi yang luar biasa. Sepasang pengantin baru itu merasakan seluruh badan mereka linu karena permainan panas tadi. Tulang mereka satu persatu terasa lepas dari tubuh yang semakin lemah, perlahan mereka merebahkan tubuh sambil berpelukan. Semalam mereka tak punya waktu untuk saling bermesraan dan seintens ini. Semuanya dibayar saat pagi hari, mereka mendapatkan hal yang luar biasa. Aina merasa menjadi wanita yang sangat istimewa, sebab diperlakukan oleh Angga lembut dan penuh kasih sayang. Dan harapannya adalah selalu diperlakukan istimewa seperti ini oleh suaminya esok, dan seterusnya. Ya Allah, sungguh bahagia sekali diriku saat ini, semoga selalu seperti ini selamanya hingga maut memisahkan kita berdua, doa Aina dalam hati. Mereka beristirahat sebentar untuk menstabilkan detak jantung yang seperti habis lari marathon. Angga mengecup kening istrinya, kedua mata istrinya dan bibir istrinya. "Terimakasih, Sayang," ucap Angga tulus menatap manik mata istrinya. "Sudah seharusnya, Sayang. Ini adalah tugasku." "Aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk selalu membahagiakanmu hingga akhir hayatku, Sayang." "Aku pegang ucapanmu dan buktikan dengan perbuatan ya, Mas." "Pasti dan kamu jangan khawatirkan semua ini." "Hm ... Sayang. Apakah aku boleh minta lagi?" Aina tersenyum dan mengangguk. "Apakah masih kurang?" ledek Aina membuat Angga merona. "Boleh, ya?" tanyanya lagi dengan mata berbinar. Mereka kembali melanjutkan kegiatan panas tersebut berkali-kali dan setelah menyelesaikan kegiatan panas tersebut membuat mereka lelah. Dan, mereka pun beristirahat kembali tertidur. Sebelum tertidur, Angga mengelus lembut perut Aina yang rata dan berkata, "Semoga cepat menjadi janin ya sayang, nanti bertemu Amih dan Apih. Tenang sayang, Apih akan selalu menjagamu dan Amihmu." Pipi Aina merona mendapatkan perlakuan luar biasa seperti itu dan mereka tertidur berpelukan. Aina masih belum bisa tertidur kembali, tetapi suaminya sudah tertidur dengan damai. Ia memandang suaminya dan terlintas kegiatan mereka tadi membuat Aina merona malu. Ia mengingat kejadian luar biasa tadi sambil mengelus perutnya dan bergumam, "Semoga cepat tumbuh di dalam perut Amih ya, Nak. Sesuai permintaan Apihmu tadi, berikan kebahagiaan dalam keluarga ini, Nak."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD