Siang yang hangat di rumah teater, Ryou mencuci truk Sastry. Dia juga membantu Sastry membersihkan teater, mencuci boneka dan kostum, serta membawakan Sastry makan siang.
Terheran-heran Sastry, langka Ryou berbuat baik padanya.
“Memangnya salah ya?” tanya Ryou yang sedang membersihkan langit-langit.
Sastry sebenarnya senang, namun dia belum tahu apa motivasi Ryou.
Hingga sore tiba, Sastry segera menyiapkan teaternya. Dia mulai menghias panggung. Santai Sastry menyinggung soal kejadian semalam jika Ryou membutuhkannya. “Jangan segan untuk meminta.”
Ryou langsung membantah, dia datang membantu Sastry bukan karena Sastry menyelamatkannya semalam.
“Ya apa pun alasanmu, aku hanya ingin dilibatkan,” Sastry tersenyum.
Ryou tak mau, terlalu berbahaya. Apalagi jika sampai sisi jahatnya muncul di depan Sastry. “Kau tahu aku pernah dirawat intensif karena gangguan mental kan?” tanya Ryou.
Sastry masih tersenyum, dia percaya Ryou yang saat ini berbeda dengan Ryou di masa perang sipil. “Aku ingin membantu menahan hasratmu,” kata Sastry.
Ryou tak suka membahas permasalahan ini. Dia tak mau tahu apa-apa lagi tentang dirinya. Ryou takut dirinya salah ketika mengetahui kenyataan.
Sastry selesai menyiapkan teater, lalu dia memilih boneka untuk disiapkan. Di depan Ryou dia memainkan sandiwara sederhana tentang burung camar angkuh yang sengsara untuk menunjukkan kalau Ryou tidak perlu takut dengan dirinya sendiri. “Siapa pun dirimu, kita tetaplah teman.”
Ryou menontonnya lalu langsung berkomentar ketika Sastry selesai. Dia ingin tahu apakah Sastry tetap menerimanya jika dia suatu saat berubah seperti yang terjadi dengan si burung camar.
Senyum hangat Sastry menenangkan hati, dia akan selalu percaya keluarga teater miliknya akan selalu menjadi keluarga bagi Sastry, dan juga Ryou.
Persiapan untuk pertunjukan jam delapan sudah selesai. Sekarang pukul enam lewat lima belas. Ryou memperhatikan Sastry sedang cemas menanti. Sastry selalu melihat arloji di tangannya sambil menoleh ke sana-kemari. Lima belas menit berlalu sikap Sastry masih tak berubah. Hingga waktu menunjukkan pukul tujuh dia masih sibuk dengan ponselnya.
Ryou membuka pintu dan memasang tanda buka di depan teater. Ketika Ryou kembali ke dalam, dia tak menemukan Sastry di sana. Ryou hendak pergi mencari namun pengunjung sudah mulai berdatangan. Dia harus menjaga teater selagi Sastry pergi.
Rombongan penjaga dari Chimera Tech sampai, Jumbo dan kawan-kawan datang membawa kostum yang Sastry pesan. Tetapi Sastry tidak di tempat. Ryou bertanya untuk apa kostum itu.
Jumbo tidak tahu, dia hanya menuruti permintaan Sastry saja.
Pengunjung semakin ramai dan Sastry masih belum kembali. “Siapa yang akan memainkan drama tanpa Sastry,” tanya Ryou.
Jumbo dan teman-temannya tak ada yang bisa, mereka tidak ada yang hafal naskah drama yang sudah lama tidak mereka mainkan.
Harold kemudian berkata bahwa Ryou yang harusnya menggantikan Sastry. “Kau kan yang membantunya hari ini, masa tidak tahu apa yang mau dipentaskan?”
Ryou mengingat sejenak, tadi Sastry bercerita tentang dirinya. Tentang pertanyaan apakah Sastry akan tetap berteman dengannya meski dia berubah. “Tapi aku tak mengerti. Aku tak bisa menerima kenapa seorang bisa tetap percaya meski telah dikecewakan,” ungkap Ryou.
Afdol tersenyum, “Itu alasan Sastry adalah seorang yang spesial di mata kami.”
Jumbo menambahkan meski mereka semua memiliki keraguan dengan Ryou, apalagi Tenacity, Sastry tetap percaya dengan Ryou seutuhnya. “Dia memang unik. Itulah mengapa aku tak kan pernah pergi darinya. Dia mengajarkanku apa itu kebaikan.”
Peter dan Asha tak ketinggalan untuk menyaksikan teater, mereka datang dengan pakaian serba putih. Peter dengan jas dan dasi putih, Asha dengan gaun putih tradisional berkilau khas kampung halamannya dengan garis dari lutut sampai pinggul. Mereka datang penuh pesona mencuri seluruh perhatian masyarakat yang menonton. “Wow dia pahlawan! Aku mau foto!” nama Peter akan terus diingat sebagai seorang yang berhasil menghentikan perang sipil. Teater Sastry menjadi semakin ramai hingga kursi habis tak tersisa. Anita juga datang di menit terakhir untuk menyaksikan satu acara spesial. Namun sang dalang masih belum muncul, sepuluh menit sebelum jam delapan. Ryou harus berimprovisasi dan melakukan apa pun yang dia bisa. Tenacity sebenarnya tak setuju, namun dia memberi kesempatan pada Ryou untuk menunjukkan bahwa dia punya hati dan bisa memberikan pertunjukan yang baik. “Jika kau sampai membunuh mimpi Sastry, kau akan-” Jumbo langsung menarik Tenacity, dia tak mau keduanya bertengkar.
Ryou sebenarnya tak tahu harus bagaimana, karena dia belum pernah memainkan teater boneka. Dia hanya pernah memainkan teater orang ketika dulu masih bersama Sastry berkeliling kota dengan truk. Ryou mengambil nafas dan mempersiapkan mental. Dia ingat baik-baik apa yang tadi Sastry peragakan di depannya dan mulai menggerakkan boneka. Peter kaget ketika mendengar suara Ryou, dia tak menyangka dalangnya adalah Ryou.
Ryou menceritakan bahwa dirinya sebagai boneka burung camar pergi meninggalkan keluarga untuk melawan raksasa yang bernama manusia. Pada awalnya burung camar hanya ingin melindungi keluarga dan wilayahnya, namun lambat laun dia merasakan perasaannya berubah. Di saat dia melihat manusia berlari ketika dia datang mematuk kepala, egonya naik dan merasa bahwa dirinya lebih besar dari manusia. Burung camar tak puas dengan itu. Dia mulai mengganggu manusia yang tidak mendekat ke sarangnya. Dia pergi menyusuri pantai untuk mencuri makan, lalu menjatuhkan kotoran ke kepala manusia sebagai bentuk ejekan karena manusia adalah makhluk lemah di mata burung camar. Dia lupa akan tujuan utamanya, sehingga suatu saat manusia balik melawan dan menangkapnya. Ego burung camar masih di puncak, dia berhasil kabur setelah mematuk tangan manusia yang menangkapnya. Merasa kalah oleh makhluk lemah, burung camar mulai menyimpan dendam. Dan untuk menjadi lebih kuat dia mengganggu burung lain. Hingga suatu ketika burung camar di racun oleh manusia. Burung camar tak mampu lagi terbang, dirinya tak lagi agresif. Dia kalah sehingga memutuskan untuk pulang bertemu keluarganya. Meski reputasi burung camar sudah rusak, keluarganya tetap menyambut hangat kedatangannya.
Penonton bengong, mereka bingung dengan alur cerita yang tidak jelas dimainkan oleh Ryou. “Mana dalang Sastry? Ceritanya biasanya menyeramkan!” mereka protes karena cerita yang dibawakan tidak menantang. Teater Sastry dikenal sebagai teater mimpi buruk karena tema ceritanya yang gelap penuh derita dan perjuangan. Mereka datang menyaksikan teater untuk mengingatkan diri mereka bahwa senyum itu diraih dengan penderitaan dan kerja keras, tidak datang begitu saja meski si burung camar gagal. “Biasanya teater ini realistis, sekarang malah jadi dongeng anak-anak.”
Ryou kebingungan, dia bisa saja menceritakan semua kisah buruknya namun dia tak bisa mengungkapkannya. Ketika kondisi mulai tidak kondusif, Sastry datang berlari bersama Karin saling berpegangan tangan. “Ayo Karin!” Penampilan Karin begitu menawan. Orang-orang sampai lupa bahwa dia adalah seorang legenda hidup, gadis psikopat brutal, si penyihir pasir dari dermaga Batul. “Cantiknya...” Tango, Panji, Afdol, dan Harold serentak mengaga melihat Karin mengenakan gaun mawar merah yang sebelumnya Sastry pesan. Sampai Peter terkesima, dia tak percaya penyihir yang dulu dihadapinya bisa disulap menjadi seorang gadis cantik yang mencuri hati para penonton. Asha langsung menghalangi pandangan Peter dengan wajah masam. Peter melepaskan pandangannya sejenak untuk kembali fokus supaya tidak mengacaukan malam Asha.
Bibir Karin bergetar, namun belum terbuka. Dia masih berusaha untuk melepas sepatah kata tetapi berat dirinya bicara. Menyapa saja dia tak sanggup, apalagi harus bersandiwara di depan banyak orang. Dia menggelengkan kepala menyerah. Namun Sastry menggenggam erat tangannya. “Ayo, jangan malu,” ajak Sastry. Karin melirik ke arah Sastry, dia mencoba untuk berubah tak mau terus menerus termenung seperti kemarin. Setelah hatinya mantap, Karin mengatakan sepatah kata. “Ryou...” Sastry melepas genggaman tangan Karin lalu pergi ke belakang panggung untuk menarik Ryou keluar. “Apa yang sebenarnya terjadi?” Ryou bingung. Sastry tak menjawab dan langsung menyeretnya keluar untuk bertemu dengan Karin. Ketika Ryou saling berhadapan dengan Karin, dirinya menjadi begitu gugup. Dalam ingatannya terlintas kenangan dirinya dengan Karin ketika masih remaja. Dia tahu kenangan itu sangat buruk, tetapi kenapa Sastry malah mempertemukan mereka kembali. Karin dahulu berkata, “Kau berubah...” Ryou langsung membatu. Dia memejamkan mata dan meminta Dark Ryou untuk membantunya karena dialah sebenarnya yang memiliki kenangan itu. Tetapi Dark Ryou menolak dan meminta Ryou untuk memilih jalan terbaik untuknya. Ryou membuka mata. Jawabnya, “Iya. Maafkan aku.” Karin tahu Ryou yang di depannya bukanlah Ryou yang dulu dia kenal. Tidak mungkin maaf terucap dari seorang Ryou berdarah dingin. “Aku juga ingin berubah...”
Sastry menarik Ryou dan Karin untuk saling mendekat. Dia berkata kalau Karin meminta dirinya untuk membimbingnya keluar dari kehancuran. Karin ingin seperti Ryou. Meski dulu Karin adalah seorang yang buruk, bukan berarti dia tak bisa berubah. Lalu Sastry meyakinkan Ryou bahwa Karin lebih menyukai Ryou yang saat ini. “Perubahan tidak selalu buruk. Sering perubahan malah membawa kita menjadi lebih baik.” Sastry ingin Ryou mengerti perubahannya bisa menginspirasi Karin.
Lalu tiba-tiba dari pintu belakang seorang dengan topeng api mirip dengan topeng Ryou menendang Sastry hingga kepalanya membentur lampu sorot dan pingsan. Ryou bingung apakah ini masih bagian dari teater atau bukan. Penonton mulai tegang, Peter bersiaga ketika melihat ekspresi Ryou yang kebingungan. Pria misterius itu berkata bahwa dia akan mengalahkan Karin. Tangan Karin bergetar, tinjunya mengeras ingin memukul pria misterius itu tepat di wajah. Pria misterius melontarkan tinju api ke arah Karin, persis seperti Ryou. Karin menangkisnya dengan kedua tangan lalu batu keluar menembus panggung menghantam d**a pria itu dengan kuat. Tenacity lekas memakai topeng birunya setelah melihat d**a sintetis pria misterius itu. Pikirnya dia adalah cyborg. Dengan tebasan air dia membekukan kedua tangan pria itu agar tak mampu mengeluarkan tinju api. Tinju keras yang disiapkan Karin melayang ke wajah pria itu hingga topengnya hancur. Tampak pria misterius itu tak memiliki wajah.
Penonton bersorak, penampilan ini yang selama ini mereka tunggu. Sastry sadar karena mendengar tepuk tangan. Dia kaget ada penyusup yang datang, tetapi Ryou membisikinya untuk tetap bersikap tenang agar tidak mengagetkan warga. Dengan pandai Sastry mengubah ekspresi wajahnya, dia tersenyum di hadapan penonton dengan sebuah penutup. “Semua orang berubah. Namun yang terpenting adalah bagaimana cara kita menerima perubahan itu.” Panggung ditutup, penonton mulai keluar satu persatu.
“Sumpah aku tidak tahu sama sekali!” Sastry meminta maaf karena dia tak tahu dirinya dibuntuti orang asing ketika menjemput Karin.
“Jadi tadi itu bukan drama?” Asha jadi takut, dia memeluk tangan Peter.
Anita langsung membuang pandangannya melihat Asha manja. Dia bertanya pada Tenacity ada berapa topeng yang berhasil ditiru oleh Chimera Tech. Tenacity hanya tahu dua, topeng api milik Ryou dan topeng air miliknya.
“Salah. Keempat topeng sudah berhasil di-copy.” Anita telah menyelidiki catatan tamu penjara para penyihir, penjara Steywa. Dia menemukan nama David Silva, mantan Menteri Ketertiban Umum dan Ilmuan Vanguard Label Society, Evriza Kinnikku di daftar tamu ketika Karin diperiksa.
Saat itu topeng tanah milik Karin dan topeng angin milik Teuron disita sebagai barang bukti. Kamera CCTV merekam David mengambil kedua topeng itu dan memberikannya pada Evriza. “Ada sindikat yang ditutup-tutupi oleh pemerintah, Tuan Silva sebelumnya menangkap basah diriku menyembunyikan bukti transaksi penjualan berlabel senjata antara Menteri Kementerian Ketertiban Umum, Tuan Etienne dan Evriza.” Dugaan Anita kenapa akhir-akhir ini banyak cyborg yang menyerang penyihir karena David menciptakan tim khusus untuk menyelesaikan ritual rite of passage. Untuk membongkar transaksi gelap Evriza, David merencanakan kematian palsu agar bisa menyelidiki konspirasi ini lebih dalam dengan bebas. “Tuan Silva adalah seorang mantan agen rahasia yang berhasil mengakhiri perang sipil di masa pemerintahan Batul, Presiden Astaman Rouza. Lalu dia juga berhasil mengakhiri perang sipil di masa pemerintahan Perdana Menteri Yajkob Walzikaey.”
Ryou tak setuju, menurutnya pandangan Anita berat sebelah karena dia adalah murid kesayangan David. Ryou memberikan opini kalau sebenarnya David adalah orang yang licik. Dia menjebak ayahnya sehingga keluarga dan penjaga istana presiden Batul dibantai lalu melabeli mereka sebagai penghianat negara. “Lagi pula, tidak ada yang tahu sehebat apa dirinya bisa memerintah The Apocalypse untuk membunuh keluargaku. Aku bahkan melihat cahaya Luoja kala itu. Dia adalah orang yang berbahaya, Anita.”
Tenacity lanjut menanggapi, “Begitu juga dengan Evriza. Sudah banyak manusia bergantung pada teknologi Chimera Tech. Ditambah lagi dia memiliki replika empat topeng legendaris yang kita miliki. Dia adalah mesin penghancur yang sesungguhnya.”
Anita kemudian mengambil langkah, “Ini tugasmu sebagai mata-mata, Ryou. Tidak, sebagai agen rahasia!”
Seketika Ryou marah mendengarnya, “Jangan lagi mengusik masa laluku! Aku sudah berubah.”
“... berubah...” sahut Karin mengikuti Ryou.
“Hmm... padahal kan pak tua itu sedang saki-“ Asha langsung menutup mulut dengan tangannya, dia keceplosan mengatakan kondisi David.