32 – Membaca di Perpustakaan

1179 Words
“Akan kulakukan sekarang.” Dia maju lagi dan menekanku. Oh tidak, aku tak mau melakukannya. Aku mundur lagi sambil bergidik. “Ahhh tidak, tidak. Oke akan kukatakan!” Aku berteriak dengan cepat-cepat menjauhkan diri, dia tersenyum puas dengan kemenangan. Dasar tukang ancam! Aku mendengus sebal dengan itu, maka segera saja aku menenangkan diri. Aku berharap ekspresi wajahku saat ini tidak konyol, juga jangan sampai wajahku bersemu merah―meski aku tak yakin mengenai yang satu ini, soalnya aku merasakan jika wajahku panas. “Aku siap mendengarkan.” Dia tampak memintaku agar segera bicaranya, jelas dari nadanya bahwa dia ingin aku buru-buru bercerita. “Sebentar.” Aku menenangkan diri dan menarik napas dalam-dalam. “Mereka coba membalas perbuatanku pada mereka tempo hari. Meski sebenarnya saat itu aku tak melakukannya dengan sengaja, tetap saja mereka dendam padaku.” Kujeda sesaat, ia tampak tak mengomentari apa-apa. Aku yakin jika dia tahu apa yang terjadi tempo hari dan tahu apa-apa saja yang kualami di mana Meghan dan teman-temannya menjadi pelaku dari semua itu. “Maka dari itu, kemarin mereka memutuskan memberiku perhitungan, tentu saja aku tak diam saja menerima penindasan, aku melakukan perlawanan,” kataku memberikan penjelasan yang terdengar masuk akal, bukan suatu rahasia lagi jika aku adalah orang yang paling sering mendapatkan penindasan. Dia tak menyela dan mendengarkan dengan baik-baik. Tak memberi tanggapan apa-apa juga. “Saat melakukan perlawanan itulah beberapa ketidaksengajaan terjadi. Itulah yang membuat akhirnya seperti itu semua.” Aku mengakhiri cerita dengan masih banyak hal yang kubiarkan tersembunyi, sama sekali tak mengatakannya secara rinci dan jelas. “Serius? Sesingkat itu?” tanyanya dengan ketidakpuasan atas apa yang kukatakan, aku mengangguk-angguk saja mengiyakan. “Ya, memangnya kenapa aku bisa sampai mencuri pakaian Aldrea kemarin?” tanyaku. “Tunggu, jadi itu memang miliknya? Kukira hanya mirip saja.” Oh astaga, kenapa aku malah mengakuinya. Dasar mulut lancang. Akui saja, tak ada gunanya bagiku untuk menyangkal. “Memang.” “Tapi, tapi bagaimana bisa kau melakukannya?” tanyanya dengan tak percaya dan benar-benar terkejut dengan pernyataanku. “Aldrea pingsan, mudah saja mengambil apa yang dia pakai.” Aku menjawab dengan enteng dan sama sekali tak merasa malu telah melakukan perbuatan itu. Rasanya aku menjadi orang jahat saja. “Bukan soal itu, tapi membuat semuanya pingsan. Kupikir mustahil bagi dirimu untuk melakukan semuanya.” “Lihat, aku sudah bilang jika kau tak akan percaya.” Aku membalas ucapannya tanpa memberikan jawaban apa-apa. “Aku percaya padamu, Ely. Tapi kau tak mengatakan semuanya secara rinci.” Aku tahu dengan itu, aku memang sengaja tak mengatakannya. “Aku ada kelas hari ini, dah.” Kuputuskan untuk mengakhiri percakapan ini, apalagi aku bebas dan memiliki celah untuk melarikan diri. “Tunggu dulu.” Dia tak sempat menahanku dan aku sukses untuk melarikan diri darinya. Rasanya aku sudah melakukan hal yang sama seperti ini untuk yang ke sekian kalinya. Uh, apa jadinya jika aku sampai dicium sungguhan olehnya? Pastinya aku tak akan mampu untuk menghadapinya setiap hari di sini, ah kenapa aku malah membayangkan hal yang tidak-tidak? Maka sepanjang pagi itu aku fokuskan untuk memahami materi yang disampaikan, tak mungkin aku berpikir hal yang tak perlu lagi. Meski sebenarnya memang banyak sekali hal yang harus kupikirkan. *** Di perpustakaan, aku menghabiskan sisa waktuku di universitas ini. Tak ada tempat yang ingin kukunjungi, tepatnya tak banyak tempat yang ingin kukunjungi, hanya perpustakaan dan tempat makan saja tempat yang paling sering kudatangi, bahkan aku bisa mengetahui apa-apa saja yang ada di dalam ruangan itu jika ada yang mengajukan pertanyaan. Membaca banyak buku rasanya menyenangkan, hal itu membantu menghilangkan segala hal yang terbayang dalam pikiranku. Meski itu agak sedikit membantu, tapi tetap saja ada beberapa hal yang masih saja kupikirkan. Aku membaca sebuah buku tentang makhluk-makhluk mitologi yang sangat terkenal. Kebetulan sekali perpustakaan ini memiliki sangat banyak jenis buku yang beraneka ragam, buku tentang hal-hal semacam ini biasanya jarang diminati dan dibiarkan berdebu tertutupi buku-buku lain. Budaya membaca manusia zaman sekarang sudah sangat berkurang, apalagi di negara ini. Hal-hal yang telah k****a adalah keterangan tentang makhluk-makhluk seperti troll, goblin, cyclops, ogre, orc, lalu beralih ke makhluk bersayap seperti griffin, hippogriff, nymph, fairy. Aku membuka lagi halaman tentang hippogriff. Hippogriff adalah bangsa makhluk legendaris sejenis Griffin, yang dilukiskan berwujud setengah burung rajawali setengah kuda. Kepala dan badan depannya menyerupai rajawali, memiliki sayap, cakar dan paruh layaknya burung pemangsa, sedangkan tubuh bagian belakangnya berupa kuda, badan, ekor dan kaki belakang berupa kuda. Menurut legenda, hippogriff merupakan makhluk hasil perkawinan antara kuda dengan griffin. Hippogriff bisa menjadi kejam, memiliki paruh baja dan besar, bermata oranye cemerlang, cakar depan panjang dan sangat mematikan, bagaikan belati yang sangat mengilap. Hippogriff seperti griffin, tetapi ia lebih jinak sehingga lebih mudah untuk dikendalikan. Dalam dongeng-dongeng dan kisah fiksi fantasi, hippogriff sering berperan sebagai hewan peliharaan atau kendaraan bagi ksatria dan tukang sihir. Hal itu membuat hippogriff menjadi pilihan yang tepat untuk menjangkau tempat-tempat jauh, nyaman ditunggangi, dan secepat kilat. Hippogriff adalah karnivora, memakan burung, dan mamalia kecil. Ketika berkembang biak, mereka membangun sarang di tanah dan akan mengerami satu telur saja. Hippogriff hanya mengeluarkan satu telur dalam satu masa berkembang biak. Biasanya telur akan cepat menetas tergantung lingkungan dan si induk. Itu adalah penjelasan yang k****a dari buku itu, aku menyelesaikan bacaanku dan membayangkan juga berandai-andai apabila aku memiliki binatang peliharaan seperti hippogriff. “Wah, sepertinya sangat menyenangkan jika memiliki peliharaan seperti hippogriff. Itu akan menjadi mimpi yang sangat luar biasa, tak seperti mimpi aneh dan kejadian gila yang kualami.” Aku menutup buku dan beranjak dari tempat duduk. Berjalan menuju rak tempatnya berada, menaruh buku tersebut ke tempat sebelumnya. Kemudian, aku kembali ke tempat dudukku yang memang lokasinya berada di dekat jendela. Kunyalakan layar ponsel yang ditaruh sembarangan di dekat tas. “Pukul tiga sore, tapi di luar tampak sudah senja, gelap sekali awannya.” Aku mengalihkan pandangan ke luar jendela, awan kembali mendung, tampak sudah gelap dan mungkin akan turun hujan kapan saja. Padahal kemarin sudah hujan turun dengan derasnya, apakah hari ini akan turun hujan lagi? Sepertinya musim panas kali ini gagal total, selain karena terlalu sering udara yang terasa dingin, kemarin pun hujan turun satu kali. Cuaca pada tahun-tahun saat iniーdan mungkin juga pada tahun mendatangーpasti tak akan stabil seperti seharusnya. “Apa akan turun hujan, lagi?” Aku bertanya-tanya pada diriku sendiri, sekelilingku tak ada banyak orang yang berada di dalam perpustakaan ini, tak ada objek khusus yang kuajak bicara. Salah satu alasan aku suka dengan perpustakaan adalah ini, suasana yang sepi, tak banyak orang dan tak banyak tatapan menyeramkan yang mengintimidasiku, aku merasa tenang. “Cuaca yang buruk, bukan. Siapa yang tahu jika memasuki musim panas malah masih turun hujan.” Aku menoleh pada sumber suara, dan aku mendapati sosok wanita tua yang sedang membalik halaman buku, dia adalah penjaga perpustakaan ini. Dia sesekali menoleh ke arahku, segera saja aku tersenyum padanya. “Ya, dan itu tanda bagiku jika aku harus segera pulang. Mungkin saja hujan akan turun lebih deras dari kemarin, aku tak mau jika harus sampai terjebak di sini terlalu lama tanpa makanan.” Aku menyahut dengan ramah dan sopan. “Tentu saja. Segeralah pulang.” “Terima kasih, aku pergi.” Maka aku segera pulang, kelas sudah berakhir, aku juga tak mau mendapat masalah baru dengan menemui Xendar yang jelas banyak penggemarnya. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD