59 – Mendarat di Tempat yang Salah part 1

1339 Words
Arc Nervorouxs. Bagian ini adalah menceritakan kejadian di mana Elysse berada di Norvoruxs *** Dunia lain, Wilayah para penyihir. Sebuah bangunan dengan gaya kuno tampak sepi, tempat itu terlihat memiliki desain yang estetik dan elegan, ukiran-ukiran aneh yang dibuat pada sepanjang dinding dan pilar menjadi penanda khusus yang secara tak langsung menerangkan jika tempat tersebut bukan tempat yang umum digunakan. Bangunan itu tampak megah dan benar-benar luas, warna yang mendominasi pada bangunan tersebut adalah putih, seluruh pelosok bangunan diwarnai dengan cat putih. Di sisi lain, terdapat sebuah aula dengan diameter sekitar dua puluh meter. Aula itu tampak terbuka, tak ada dinding di sekelilingnya, di sana tampak hanya ada pilar-pilar raksasa dengan jumlah sepuluh pilar menopang langit-langit yang tinggi terbuat dari kaca. Pilar tersebut memiliki diameter sekitar dua meter dengan ketinggian hampir mencapai sepuluh meter. Di bawahnya berupa lantai yang terbuat dari marmer yang licin dan mengilap. Pada lantai itu terdapat ukiran-ukiran rune aneh yang membentuk lingkaran. Di sana ada sebuah rune lingkaran sihir berdiameter hampir enam meter. Siapa saja yang memahatnya, makhluk itu melakukannya dengan sangat baik dan memiliki keahlian yang luar biasa. Pada tempat itulah, Chadrish dan yang lainnya seharunya mendarat. Itu adalah tempat tujuan yang dibuat berdasarkan mantra sihir yang mereka berempat ciptakan. Selama beberapa detik lamanya, keadaan di sana tampak sepi, tak ada makhluk hidup yang berlalu lalang di sana, serangga dan binatang kecil pun hanya bergerak dan beraktivitas di taman, tempat yang lokasinya tepat berada di luar wilayah aula luas tersebut. Tak lama kemudian pemandangan dan situasi mulai berubah. Udara berderu, kilapan-kilapan cahaya berpendar tepat di tengah aula itu. Lingkaran sihir yang diukir pada lantai mulai memancarkan cahaya yang terang. Sihir memenuhi daerah itu, di mana hal tersebut menjadi pertanda bahwa lingkaran sihir mulai aktif, ada yang sedang menggunakannya. Cahaya semakin terang setiap detiknya, pada saat itulah tiba-tiba saja tercipta suara dentuman sihir yang diikuti dengan muncul dua sosok tepat di tengah lingkaran sihir tersebut. Seketika saja cahaya pada lingkaran sihir perlahan meredup setelah kedatangan keduanya di sana, keadaan sekitar berangsur kembali pada keadaan yang normal seperti biasanya. Xeraine dan Smmera mendarat dengan keadaan berlutut. Mereka terengah-engah seolah sudah berlari dalam waktu yang lama, setelahnya mereka segera saja muntah-muntah seperti mengalami mabuk kendaraan. Perjalanan melintasi dimensi jelas sangat membuat kepala sakit dan berputar-putar. Ada beberapa efek samping yang akan didapat, jika pada tubuh manusia biasa, maka di tengah perjalanan saja, tubuh itu akan remuk dan gepeng karena tekanan massa yang berubah, kecepatan tinggi dan perpindahan ruang waktu akan merusak tubuh manusia biasa dikarenakan mereka terlalu lemah. Bagi para penyihir, itu akan memengaruhi otak dan fisik mereka, tapi tak sampai memberikan cedera yang serius. Biasanya mereka akan lemas dan seolah telah menjadi pakaian basah yang diperas, kepala sakit seperti dihantam godam. Lalu diputar-putar sehingga kepala akan terasa pusing yang membuat perut melilit dan berakhir dengan muntah. Perjalanan dimensi sama sekali tak nyaman dan enak, apalagi hal itu dilakukan dengan jarak luar biasa jauh atau memasuki dimensi lain yang memiliki waktu dan masa berbeda. Selama beberapa detik lamanya, Xeraine dan Smmera muntah-muntah di tempat itu, keduanya tak sempat dan tak memiliki kekuatan yang cukup untuk bergerak pergi ke luar aula. Kedua gadis itu cukup mengeluarkan semua isi perut mereka. Suasana di sini sangat tenang dan tenteram, matahari bersinar terang menandakan jika ini adalah siang hari, berbeda dengan dunia lain yang berada di keadaan malam hari, di sini siang. “Oh, astaga, sepertinya aku mengeluarkan semua isi perutku di sini.” Xeraine bergumam sambil menyeka bibirnya. Ia seperti menderita dalam keadaan yang seperti itu. “Baiklah, sepertinya aku akan membersihkan ini, kita bisa kena omel jika kepergok mengotori aula.” Smmera bergumam. Dia dan Xeraine memandang lingkungan sekitar, hanya perlu waktu sekejap mata untuk keduanya dapat mengenali dengan semuanya, ini adalah tempat pendaratan yang tepat. Tak ada yang hilang dari anggota tubuh mereka, keduanya juga tak mendapatkan cedera, efek samping yang didapat dari perjalanan lintas dimensi ini juga bisa dianggap cukup ringan, ini bisa dikatakan jika mereka benar-benar melakukan perjalanan dengan selamat. Berhasil berangkat dan pulang dalam keadaan yang utuh. “Kau saja yang memberishkannya. Aku malas,” balas Xeraine, ia menggeleng-gelengkan kepalanya untuk membuat rasa pusingnya lenyap. “Enak saja, bersihkan muntahmu sendiri, jangan menyuruhku.” Smmera langsung memprotes. Siapa yang mau memberishkan muntahan orang lain tanpa dibayar? Betapa mulia sekali jika ada yang mau melakukannya. “Cih, terserahlah, itu urusan nanti.” “Ah, s**l, aku sangat lemas, kepalaku juga masih pusing luar biasa, aku benar-benar tak menyukai perjalanan semacam ini.” Xeraine lanjut menggerutu akibat efek samping yang dirinya rasakan sama sekali tak berangsur lenyap, sensasinya masih sama saja dari waktu ke waktu. “Sebenarnya tak ada yang benar-benar menyukai perjalanan dimensi jika mendapatkan efek samping seperti ini.” “Sudahlah, lupakan omong kosong ini. Kupikir keadaan kita baik-baik saja dan mendarat di tempat yang tepat. Itu yang terpenting.” “Rasanya senang kita kembali ke dunia yang seharusnya adalah tempat kita berada. Sepertinya kita tiba dengan selamat tanpa kekurangan, hanya ada beberapa pusing kepala saja.” Xeraine terdengar sangat lega meski tampak dia pucat pasi dan kelelahan. Tubuhnya pasti sangat lemas. “Ya, aku kira aku tak akan dapat kembali.” Smmera menyahut. “Dunia itu menyenangkan, tapi tak ada yang lebih indah lagi dari tanah kelahiran sendiri.” Ia menambahkan membuat Xeraine mengangguk setuju dengan apa yang dirinya katakan. “Hum, bagaimana dengan kalian?” tanya Xeraine, tentu saja arah pertanyaannya ditujukan pada teman-temannya yang seharusnya mendarat bersama mereka di sana. Sayangnya setelah beberapa detik menunggu jawaban, di belakang mereka tak ada yang menyahut pertanyaannya. “Kenapa kalian diam saja?” tanya Xeraine dengan perasaan yang mulai takut. Keadaan yang hening dan perasaan di sekitar sana tak ada orang lain membuat mereka segera merinding. “Entah mengapa perasaanku jadi tak nyaman.” Smmera bergumam. Xeraine mengangguk pelan, dan tanpa kesepakatan yang terucap, keduanya menggerakkan tubuh untuk memutar pandangan agar bisa melihat keadaan di belakang mereka. Ketika keduanya melihat ke arah ke belakang, seketika wajah mereka memucat, karena di belakang mereka sama sekali tak ada siapa-siapa. Tampaknya hanya mereka saja yang sampai pada titik yang ditentukan, yang lain muncul secara terpisah di tempat lain. Hanya mereka saja yang berhasil mendarat dengan selamat dan berada di tempat yang tepat, sementara Le'theo, Chadrish dan Elysse entah mendarat di mana. Ini buruk, situasinya buruk. “Astaga, kita dalam masalah.” Smmera sangat panik. Mereka saling bertatapan. “Mereka jatuh di mana? Aku harap semua baik-baik saja.” “Ini gara-gara Le'theo, dia terus-menerus salah menulis lingkaran sihirnya.” Xeraine langsung menyalahkan pria itu atas apa yang terjadi. “Ya, dia juga yang terakhir kali memeriksa runenya.” Keduanya langsung menyalahkan Le’theo, pria berambut biru itu sejak awal agak keliru membuat runenya, sepertinya ada sedikit kesalahan lain yang pria itu buat, kesalahan yang luput dari perhatian semua orang sehingga menyebabkan sesuatu semacam ini terjadi. Tak semua orang mendarat di tempat yang semestinya. “Kesampingkan itu, kita harus segera melapor jika kita gagal mendarat dengan baik. Bisa saja mereka mendarat di tempat yang teramat sangat berbahaya.” Smmera segera mengendalikan diri. Ia berinisiatif untuk melapor karena bisa saja keadaan ketiga orang itu terancam dikarenakan pendaratan yang tidak sesuai, pendaratan yang mungkin saja di tempat yang sangat berbahaya. “Kau benar. Ayo kita berangkat.” Saat mereka akan berdiri, kaki mereka yang amat lemas tak dapat digerakkan sesuai keinginan. Alhasil mereka tumbang, untung saja keduanya tak jatuh ke atas muntahan masing-masing. “Aku Kehabisan mana dan tenaga.” Xeraine mendesah pelan, dia tampak sangat rapuh dan tak berdaya, sama halnya yang terjadi pada Smmera. “Aku hampir mati.” Smmera menyahut. “Ya ampun, dalam keadaan seperti ini?” “Sepertinya kita harus menunggu beberapa lama sampai mana kita pulih.” Dikarenakan ramuan dan segala hal yang membantu mereka untuk pulih sudah diberikan pada Elysse sebelumnya, saat ini mereka tak memiliki suatu cadangan apa-apa yang bisa digunakan. Hanya berdiam diri dan menunggu selama beberapa waktu saja yang bisa mereka lakukan. Keduanya berharap jika ada penyihir lain yang menyadari jika mereka sudah kembali sehingga bantuan bisa dilakukan secepatnya. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD