Dia memang benar, aku tak merasakan sakit apa-apa pada tubuhku saat aku bangun, hanya merasa pusing dan perut yang terasa diaduk-aduk, berarti aku mendarat dengan mulus dan tertidur di tanah. Membayangkan itu, sepertinya aku agak beruntung. Siapa yang tahu ketika aku pingsan di sini, ada makhluk yang bisa saja memakanku, aku bisa mati tanpa kusadari jika itu yang terjadi. Tapi kenyataannya, aku tak seperti itu. Meski tempat ini menyeramkan, sepertinya aku cukup beruntung karena tak langsung terbunuh ketika muncul di sini, meski tetap saja nyawaku terancam.
“Kau benar.” Aku membalas, lalu hening lagi setelahnya.
“Sepertinya Nona Xhellvana benar-benar tertidur, aku memanggilnya saat monster itu menyerangku, tapi bukannya muncul, menyahut pun tidak.” Aku mengganti topik percakapan dan membahas hal baru.
“Seperti itulah, mungkin saja Nyonya Xhellvana tak akan bangkit dalam waktu yang dekat.”
“Eh?”
“Setelah melindungi kita semua, kekuatan Nona Xhellvana habis dan dia menyegel diri sendiri agar rohnya tak menghilang.” Tanpa kuminta, Chadrish segera menjelaskan apa yang tak kuketahui, sepertinya setelah dirasuki, banyak hal yang telah Xhellvana lakukan untuk semua orang. Dia tampak murung dan sedih saat bicara seperti itu, sepertinya ada perasaan lebih dan sesuatu yang dia rasakan dan miliki tapi aku tak tahu apa itu.
“Sepertinya yang paling terluka adalah dia. Andaikan saja aku lebih dari ini.” Aku bergumam menanggapi ucapannya. Kupikir ini adalah berita yang sangat buruk, dunia ini adalah dunia yang jauh lebih berbahaya dari duniaku, aku memerlukan kekuatan atau tempat untuk bergantung.
“Yah, itu salah satu berita buruk yang kita miliki, sebenarnya ada berita buruk lainnya.” Dia kembali ceria dan tentang saat berbicara.
“Oh, yang benar saja?” Aku mengeluh lemas atas apa yang dia katakan.
“Ya, tentu saja.”
“Kalau begitu aku tak mau mendengarnya, lebih baik tak tahu sama sekali berita buruk seperti itu. Aku benci dengan yang namanya ‘berita buruk’ jadi jangan dikatakan.” Aku menolak apa pun yang mungkin tak akan kusukai saat mendengarnya.
“Sebenarnya Nona harus tahu situasi kita, seberapa buruk berita yang akan kusampaikan.” Dia tampak serius, dan aku tak suka dengan itu. Jelas jika ada hal yang menyeramkan dan aku pasti harus lari atau melakukan sesuatu yang melelahkan.
“Untuk apa? Kenapa juga aku harus tahu?” tanyaku dengan sewot.
“Entah, mungkin untuk menambah sensasi saat kau berpindah ke dunia lain.” Jawaban tersebut sontak saja membuatku memukul tempurungnya. Dasar anak ini, dia membuatku kesal saja.
“Itu tak berguna dan aku sama sekali tak memerlukannya!” tegasku padanya.
“Aku bercanda. Jika kita tahu situasi, setidaknya kita bisa melakukan persiapan diri.” Dia mengelus-elus bekas pukulanku sambil bibirnya yang menyengir tersungging.
“Yang kutahu, kita terpisah dari yang lainnya karena salah tulis mantra aneh itu, lalu kita berada pada koordinat yang salah dan mendarat di tempat antah-berantah. Apa yang lebih buruk lagi?” tanyaku setelah mengatakan segala yang kutangkap dari segala yang terjadi.
“Apa itu koordinat?” tanyanya dengan bingung, sepertinya beberapa frasa tak dia pahami. Bahasa yang kugunakan mungkin terlalu modern. Oh ya ampun, benar-benar merepotkan, aku lupa jika dia bukan berasal dari duniaku.
“Lokasi yang ditandai, tempat yang dituju, posisi yang ditentukan oleh suatu perhitungan garis. Itulah yang dimaksud dengan koordinat.” Kujelaskan apa yang kumaksud dari kata yang sebelumnya kukatakan.
“Aku mengerti,” balasnya sambil mengangguk. “sebenarnya kita mengalami situasi yang lebih buruk dari itu.”
“Kau tak tahu di mana kita berada saat ini, dan kita benar-benar tersesat tak dapat menemukan jalan pulang?” tebakku. Dia menggeleng lemah dan kepala yang agak menunduk, sepertinya tebakanku salah atau mungkin situasi jauh lebih buruk dari dugaanku.
“Aku berharap situasi kami saat ini seperti yang kau katakan, karena itu jauh lebih baik daripada kenyataan sebenarnya.” Ia membalas lagi. Jujur saja, aku merasa tak nyaman dengan kalimatnya, entah kenapa.
“Jauh lebih baik katamu? Oke, mari dengar seberapa buruk keadaan kita saat ini.” Karena saat ini saja sudah buruk, apa yang membuat situasi yang saat ini kualami menjadi lebih buruk lagi? Untuk sejenak, Chadrish tak memberikan jawaban, dia berdiri, memandang sekitar sambil bertolak pinggang. Saat ini posisinya sedang membelakangiku.
“Kita berada di sisi barat dari kerajaan dengan jarak sekitar 800 km dari posisi yang seharusnya merupakan tempat kita mendarat.” Dia berbicara dengan helaan napas yang berat. Aku terkejut, jika di duniaku, 800 km sudah bisa melewati sekitar empat kota besar sekaligus. Sangat jauh.
“Jauh sekali. Oke, lalu?” kataku meminta ia melanjutkan. Sejenak ia tak berbicara, dia tak langsung mengatakan apa yang akan ia katakan.
“Sebenarnya aku tak mau mengatakan ini, tapi agar Nona tahu ini. Sebenarnya saat ini kita berada di wilayah dan sarang para makhluk yang ingin membunuhmu.” Dia menoleh ke arahku.
“Sarang makhluk semacam monster betina tadi?” tanyaku, memastikan. Ingin tahu makhluk yang dia maksud itu apa monster berkepala kodok itu atau bukan.
“Bukan, maksudku makhluk yang selalu melakukan p*********n terhadapmu di dunia tempatmu tinggal.” Dia menggeleng. Makhluk yang menyerang? Oh tentu saja.
“Para fey?” tebakku. Chadrish mengangguk tanda mengiyakan. Dia memutar tubuh dan kembali mendekat ke arahku.
“Ini memang sangat buruk,” gumamku dengan sangat pelan, aku mengambil napas berat.
“Ini adalah wilayah Nervorouxs, tempatnya makhluk-makhluk menyeramkan tinggal. Setiap langkah yang kau ambil adalah taruhan nyawa, sebagai tambahan seberapa buruk situasi kita, saat ini Nona Xhellvana sedang beristirahat dan aku kehabisan mana. Kita tak bisa melakukan apa-apa andaikan ada bahaya yang datang.” Ia menerangkan seberapa beratnya situasi yang saat ini tengah kami hadapi. Setiap langkah adalah taruhan nyawa, berarti 100% tempat ini penuh dengan bahaya, sementara tak satu pun dari kami mampu mempertahankan diri. Ini bagus, sangat bagus, apa ada cara lain yang lebih kejam lagi untuk menyiksaku?
“Oh ya ampun, Ini benar-benar berita buruk. s****n, bagaimana bisa ini malah terjadi padaku, kupikir setelah rumahku hancur, bahayanya tak lagi mengikutiku.” Aku bergumam dengan kesal dan geram.
Lalu kutolehkan tatapanku ke arahnya. “Apa ada hal lain yang jauh lebih buruk lagi?” tanyaku dengan frustrasi.
“Ya, ada lagi berita buruknya.” Dia menyahut dengan kalimat yang tak ingin kudengar. Aku menyesal telah menanyakan pertanyaan s****n itu.
“Ahhhh! Yang benar saja? Ini benar-benar menyebalkan, kenapa kau tak bilang tidak dan mengatakan jika ada berita bagus?” tanyaku dengan sebal dan kesal karena hanya berita buruk saja yang bisa kudengar.
“Karena saat ini kita memang sedang menghadapi situasi sulit.”
“Apa itu?” tanyaku, perasaanku sudah tak nyaman, apalagi aku mendengar suara-suara yang bergerak dari balik semak-semak. Ada makhluk yang sedang mengintai keberadaan dan pergerakan kami.
“Saat ini kita dikepung banyak monster, tampaknya bau darah dari betina itu memancing monster lain ke sini.” Penjelasan Chadrish menegaskan semuanya. Oke, aku dikutuk.
“Apa pilihan kita?” tanyaku, tubuhku sudah meremang dan aku yakin jika bisa melihat wajahku sendiri, maka aku bisa melihat jika saat ini wajahku tampak pucat pasi. Aku ketakutan.
“Hanya satu, Lari!” Chadrish segera memegang tanganku dan menyeretku lari. Bahkan dia tak memberi aba-aba, langsung lari begitu saja. Aku bahkan belum bersiap-siap untuk diseret dan disiksa.
“Apa? Pengecut sekali!” Aku menjerit dengan ejekan yang jelas ditujukan pada Chadrish. Kami berlari dengan kecepatan maksimalku. Tentu saja secepat yang kubisa, karena Chadrish mampu lebih kencang lagi, hanya saja pastinya dia tak mau menyeretku.
“Terkadang pengecut lebih baik daripada sok berani. Melarikan diri terdengar jauh lebih cerdas dari pada sok ingin melawan lalu berakhir mati.” Ia membalas dengan nada yang panik.
Seketika setelah kami melarikan diri, banyak monster yang mengejar. Tak perlu kutengok untuk memastikan, dari langkah-langkah kakinya saja aku sudah dapat mengira dan memperkirakan jika jumlahnya pasti lebih dari sepuluh, banyak pokoknya.
“Setelah kupikir-pikir, lari adalah ide terbaik, aku setuju denganmu!” Aku menyahut dengan nada yang kencang, uh s**l. Bahkan napasku sudah terengah.
“Oh, terima kasih.” Chadrish membalas dengan senyum karena kalimatnya kusetujui. Aku berlari secepat yang kubisa, beberapa kali hampir terseret oleh Chadrish. Langkah bocah ini sangat besar, aku tak bisa mengimbanginya.