Kepala berputar-putar, dan sekujur tubuh rasanya lemas, rasa nyeri juga membuat otot dan urat-urat pada sekujur tubuhku berdenyut. Ini adalah rasa sakit berbeda yang tak pernah kurasakan sebelumnya. Aku sepertinya sedang berbaring di atas dedaunan kering, alas tempatku berbaring juga rasanya sangat kasar dan luar biasa keras, ini benar-benar tak membuatku nyaman. Apakah aku pingsan? Dan sekarang aku baru saja sadarkan diri? Oh, ya ampun, apa yang sebenarnya telah terjadi?
Aku berdesis tatkala merasakan rasa sakit pada sekujur tubuhku, meski itu tidak sesakit sebelumnya, tapi tetap saja yang namanya sakit adalah sesuatu yang tak nyaman untuk dirasakan. Secara perlahan aku membuka mataku, aku ingin melihat keadaan sekitar, aku ingin tahu saat ini aku sedang berada di mana.
Ketika kubuka kelopak mataku sepenuhnya, pemandangan pertama yang kujumpai adalah hutan, dan kupikir saat ini pasti malam hari. Seluruh tempat dipenuhi dengan pepohonan gelap dan horor, untunglah tempat ini tidak sampai gelap gulita dikarenakan aku masih dapat melihat pepohonan yang ada di sekelilingku. Oh, dan benar saja, semua pemandangan ditutupi kegelapan yang mencekam, suhu udara juga terasa dingin.
Aku meringis lalu berusaha membuat tubuhku bergerak, aku ingin duduk, tapi sebelum kulakukan, tiba-tiba saja kepalaku pusing dan aku segera muntah saat itu juga. Bagus, sepertinya perjalanan waktu ini membuatku mual. Untunglah aku sempat memutar kepala ke arah samping sehingga aku tak sampai muntah pada tubuhku sendiri, itu akan sangat menjijikkan.
Aku mengeluarkan apa saja yang ada di dalam perutku, bagusnya mataku tak dapat melihat apa-apa saja yang kumuntahkan. Selama beberapa detik lamanya, hanya suara aku yang sedang mujtahid saja yang kutangkap oleh indra pendengaranku.
Ketika aku selesai muntah, aku berusaha beranjak duduk lalu menyeka bibirku. Oh s****n, di sini benar-benar gelap. Jadi aku ada di mana? Apa mungkin aku berada di hutan belantara sendirian? Tanpa apa-apa, tanpa siapa-siapa? Yang benar saja?
Kuingat-ingat memori terakhirku sebelum berakhir di sini, sayangnya yang kuingat hanyalah kamarku didatangi orang-orang yang ternyata adalah para penyihir, lalu ada serangan gila-gilaan dari para makhluk hitam. Tak banyak yang kuingat, kepalaku juga masih sakit dan pusing. Ya sudahlah, jangan dipikirkan dulu, untuk saat ini aku harus memeriksa keadaan tubuhku.
Maka aku meraba-raba tubuhku setiap bagiannya kutelusuri untuk mencari bagian yang mungkin saja terasa sakit, tapi setelah kuperiksa selama beberapa detik, tak ada bagian dari tubuhku yang terasa sakit, sepertinya aku tak mengalami cedera apa-apa, bahkan rasa sakit yang menyerang sekujur tubuhku sebelumnya sudah berangsur lenyap. Oh, apa aku bisa mengatakan jika ini adalah kabar baik? Kuharap ya.
Maka setelah memastikan jika aku baik-baik saja, aku berusaha untuk berdiri. Perlu waktu beberapa detik sebelum pada akhirnya aku mampu berdiri, aku segera merapikan posisi kacamataku.
“Oh, s**l aku mabuk kendaraan.” Aku mengumpat pelan, tubuhku terasa berat dan aku linglung, aku susah untuk mempertahankan posisiku dalam keadaan berdiri. Sepertinya aku tak boleh bergerak selama beberapa menit, aku akan menunggu tubuhku lebih baik beberapa menit lagi.
Kuedarkan pandanganku ke sekeliling, tak ada siapa pun, tak ada apa pun, hanya pepohonan yang hitam dan suasana mencekam yang menemaniku di sini, daun-daun kering berserakan di tanah, tak ada udara yang berembus, suhu terasa dingin. Apakah saat ini malam hari? Meski di sini gelap, tapi ada ketenangan yang membuat keadaan tak gelap total, aku dapat melihat keadaan di sini meski tak terlalu jelas.
Ini benar-benar berita buruk. Tak ada siapa pun yang menemaniku, para penyihir itu pergi ke mana sih? Kenapa aku malah ditinggalkan sendirian di tempat entah-berantah yang menyeramkan seperti ini?
Pemandangan yang menyambutku benar-benar tak seperti yang kuperkirakan dan kuduga, semua ini tak sesuai dengan ekspektasiku. Kukira pemandangan yang menyambutku harusnya indah dan banyak bangunan megah zaman kuno. Jika aku tak mendarat di istana, setidaknya aku mendarat di taman atau lapangan dengan pemandangan menakjubkan di mana terdapat binatang unik dan cantik, banyak serangga mengemaskan atau semacamnya, banyak tanaman hias indah dan cantik juga.
Tapi yang kudapatkan saat ini adalah hal yang sebaliknya dari ekspektasi, hutan ini memiliki pemandangan dan suasana yang horor, banyak sekali pohon yang memiliki tinggi dan ukuran besar yang sangat-sangat, ini bisa disebut sebagai pohon raksasa.
Kulit-kulit-kulit pohon tampak berwarna hitam, entah itu warna alaminya atau memang terpengaruh oleh suasana yang memang gelap. Rumput-rumput liar dan semak tampak bergerak menakutkan, sepertinya itu berbahaya dan tajam, mungkin juga di dalam semak dan rumput menyembunyikan binatang yang membahayakan nyawaku.
Tak mungkin rasanya mereka menginginkan aku muncul di tempat semacam ini. Jika itu memang iya, apa bedanya aku berada di rumah dengan sekelompok monster yang mengincar nyawaku? Apa aku bisa menyimpulkan jika aku salah alamat? Harus iya.
“Oke, aku ditinggal sendirian di tempat ini. Apa mereka sedang bercanda? Atau mungkin sedang melakukan tes bodoh dan gila? Kenapa mereka begitu berengsek?” Aku bertanya-tanya, bergumam pelan.
“Pertama, mereka memaksaku untuk pergi karena ancaman. Jika bukan karena para makhluk hitam yang menyerangku, aku tak akan sudi ikut mereka. Dan sekarang setelah ikut, aku diterlantarkan begitu saja di tempat yang benar-benar seram. Kenapa harus di sini? Memangnya tak ada tempat lain apa?” Aku berbicara sendiri seperti orang tak waras, mengumpat dan menggerutu, melontarkan sumpah serapah.
Tempat ini sangat luar biasa, meski berkabut dan gelap, tapi tempat ini sangat gersang. Dengan tanah kering kerontang, pohon-pohon hitam yang meranggas, serta udara yang pengap. Sungguh tidak nyaman. Pantas saja tempat ini sangat sepi. Tidak ada tanda-tanda kehidupan, hanya ada bau busuk dan kematian saja yang ada di sini. Menyeramkan. Oh meski aku banyak mengatakan kata itu, aku tak akan bosan mengungkapkannya lagi, menyeramkan.
Ketika aku sedang berbicara sendirian sambil mengawasi keadaan sekitar, telingaku menangkap suara sesuatu yang jaraknya tak jauh di sini. Samar aku mendengar suara semak-semak yang berbunyi.
“Chadrish, dan Emm ... yang lainnya? Apa itu kalian?” tanyaku berharap salah satu dari merekalah yang menjadi pelaku dari sumber suara itu. Aku baru ingat, di antara mereka, aku hanya tahu nama Chadrish saja, pria yang merupakan perwujudan burung hantu salju di rumahku, sosok yang pastinya selalu diam-diam menertawakanku saat aku melakukan hal konyol.
Suara itu tak berubah, malah kedengarannya semakin mendekat saja. Jujur saja perasaanku mulai tak enak.
“Ayolah, ini sama sekali tak lucu, sebaiknya kalian keluar dan kita pergi dari tempat menyeramkan ini.” Sepertinya aku akan terbiasa mengatakan kata “Menyeramkan” karena bisa saja setiap saat aku akan menyaksikan sesuatu yang menyeramkan.
“Aku serius, ini benar-benar tak kusukai dan aku ketakutan!” kataku lagi ketika perkataanku tak dibalas oleh siapa-siapa. Ada bunyi suara semak-semakan lagi di sana, terdengar seperti langkah kaki yang menerobos ilalang atau rumput liar. Kupikir ada seseorang yang mendekat ke sini.
Saat aku akan melangkah dan menyambut mereka. “Chad ....” Aku berhenti bicara dan melangkah seketika saat mataku menangkap sosok makhluk yang berdiri di hadapanku. Itu bukan Chadrish atau teman-temannya, tapi seekor binatang yang mirip dengan katak yang memiliki empat tanduk kerbau dan kaki berjumlah enam yang menempel pada tubuh mirip bison. Tubuhku meremang seketika, bagaimana bisa di tempat ini ada makhluk semacam ini? Ini sangat menyeramkan.
“Aaahh!” Secara refleks, aku menjerit sekeras mungkin saat mendapati bahwa makhluk mengerikan itu benar-benar berwujud dan berada tepat di hadapanku.
Hewan macam apa itu? Aku segera berbalik kemudian melangkahkan kaki secepat mungkin untuk berlari menjauh dari sosok makhluk itu, dan sialnya, baru saja aku bergerak beberapa langkah, si monster melompat dan berhenti tepat di hadapanku. Oh s**l, tentu saja katak bisa melompat, dan lompatannya memiliki ketinggian lebih dari tiga meter dengan jarak tempuh sejauh hampir empat meter, gila.
Aku berhenti bergerak lalu segera menjatuhkan diri ke samping saat makhluk itu hendak menyerangku, aku berguling-guling beberapa kali di tanah, setelahnya langsung berdiri. Aku tak menyangka jika mampu melakukan gerakan sebelumnya. Itu keren dan luar biasa, menurutku.
Tanpa melihat ke arah si monster, aku langsung melarikan diri. s**l sekali, tas yang kukenakan terasa sakit ketika aku berguling sebelumnya. Aku baru sadar jika aku masih membawa tasku.
Kudengar langkah kakinya mengejarku, uh ini menyeramkan, aku berada dalam bahaya. Siapa saja tolong aku!
Meski aku tak yakin akan muncul pahlawan aneh yang bermain di dalam hutan dan menyelamatkan seseorang, tapi tetap saja aku berharap dengan sungguh-sungguh. Sangat berharap jika seseorang akan menyelamatkanku. Wanita di dalam diriku jelas tak mau keluar lagi sejak peristiwa yang terakhir. Meski begitu, aku tetap akan memanggilnya.
“Nona, apa kau mendengar? Aku berada dalam bahaya, apakah kau tak mau menolongku?” tanyaku.
“Aku tahu hidupku jadi sering berada dalam bahaya, tapi ayolah, saat ini aku bisa mati kapan saja.” Aku berbicara lagi padanya. Dan sudah dapat ditebak dengan baik, aku sama sekali tak mendapatkan respons apa-apa darinya.
Aku tahu jika dia mengatakan akan tidur dan beristirahat dalam waktu yang agak lama untuk memulihkan kekuatannya. Ini menyebalkan, karena aku hanya mampu mengandalkan kekuatan yang kumiliki. Kekuatan yang sama sekali tak berguna ketika berada dalam situasi seperti ini.
Aku berlari tak tentu arah. Selain gelap dan tak dapat melihat dengan jelas, aku juga tak tahu rute mana yang aman.
Saat aku kelelahan dan tak kuat untuk lari, tiba-tiba saja di belakangku ada suara debaman dan gemuruh angin yang cukup besar. Aku menghentikan langkahku lalu segera menoleh ke arah belakang untuk melihat apa yang menimbulkan suara sedemikian rupa.
Di sanalah, meski samar, tapi aku dapat melihat dengan baik jika monster mengerikan itu sudah tumbang, ada sesuatu yang menyebabkan makhluk menjijikkan itu tumbang, hanya selang sedetik saja aku dapat menemukan sumber penyebabnya.