46 – kidn*pped part 2

1284 Words
Aku membuka mata dengan pelan, rasanya sangat pusing dan kelopak mataku sangat berat. Uh, apa yang terjadi padaku? Kenapa aku bisa ada di sini? Kuedarkan pandangan ke sekeliling tempat ini, hanya ada satu lampu dan itu tepat berada di atas kepalaku. Ini adalah ruangan yang kosong dan tak ada apa-apa lagi selain sebuah sofa besar dan kursi yang saat ini kududuki. Aku sendiri duduk di sini dalam keadaan terikat dan mulut yang disumpal, sama persis seperti sandera-sandera yang ada pada banyak film yang ditonton, hanya saja perbedaannya kali ini posisiku sebagai sandera itu, bukan sebagai penonton yang menikmati suguhan yang menarik dalam film. Tempat ini kotor dan bau, seluruh dinding berwarna kuning coklat dan lapuk,gamvar-gambar jelek berupa coretan dari cat semprot adalah hiasan dinding ruangan ini, lantainya tampak sangat kotor karena jelas tak terurus, kuasumsikan jika aku berada di dalam bangunan kosong yang sudah tak digunakan lagi, sama persis seperti yang ada pada film-film. Dan aku merasa takut dengan keadaan yang seperti ini. Ah ya, aku baru ingat dengan rincian yang terjadi. Sebelumnya, aku sedang menunggu bus setelah membesuk Liza di rumah sakit, aku membeli mie instan untuk mengisi perutku yang kosong dan duduk di halte dengan tak sabaran. Sayangnya, tak lama aku menunggu di sana, karena tiba-tiba saja datang sekelompok orang menakutkan dengan pakaian hitam, oh dan entah apa yang mereka lakukan hingga aku hilang kesadaran. Kemudian aku berada di sini, tampaknya aku benar-benar diculik. Aaaaahhhh, tidak! Bagaimana bisa aku diculik? Untuk apa ada orang yang repot-repot menculikku? Aku bahkan tak akan memiliki seseorang untuk menebusku, benar-benar tak ada manfaatnya menculikku, kecuali jika mereka adalah penjual organ tubuh manusia. Apa mungkin aku diculik untuk diambil organ dalamku? Oh tidak, Elysse, jangan membayangkan hal-hal mengerikan, sudah cukup mengerikan mengingat dirimu diculik sungguhan oleh orang-orang yang berpenampilan aneh dan terkesan mengerikan. Aku harus bagaimana? Apa yang harus kuperbuat dalam keadaan seperti ini? Astaga,ikatan pada tubuhku juga benar-benar kuat, mana bisa aku melarikan diri. Ini benar-benar gawat, apa pun yang akan mereka lakukan padaku, jelas itu bukan sesuatu yang bagus, aku tak perlu menunggu untuk mengetahui apa yang akan mereka lakukan. Lagi pula aku sama sekali tak penasaran. Kucoba menggerakkan tubuhku untuk melepaskan ikatan pada tubuhku, tapi itu tak membuahkan hasil apa-apa selain memberikan tubuhku rasa sakit akibat talinya jadi mengencang. s**l, apa yang harus kuperbuat dalam keadaan seperti ini? Mana mungkin aku hanya menunggu selama mereka tak ada? Andai orang-orang itu akan melakukan hal buruk padaku, aku tak boleh memberikan kemudahan pada mereka, harus ada usaha dan perlawanan yang harus kuberikan pada mereka. Beberapa lama aku menunggu, tak ada orang yang datang, bahkan sama sekali tak ada suara yang kutangkap, apa yang mereka lakukan sih? Bagaimana aku ditinggalkan di sini sendirian. Sebenarnya lebihan baik sendirian sih, daripada bersama orang-orang menakutkan itu. Tali yang mengikatku sangat kuat, jujur saja ini sangat sakit dan pastinya sudah bengkak, oh sampai kapan aku akan diikat seperti ini? Yah, setidaknya aku tak diikat sambil digantung. Tapi tetap saja, keadaan seperti ini tak bisa membuatku lega sama sekali. Samar kudengar suara langkah kaki, aku pura-pura pingsan saja, tak sanggup menghadapi orang-orang yang menakutkan itu, mungkin saja aku bisa mendapat sesuatu dengan percakapan mereka, semoga saja. Pintu segera dibuka, aku mendengarnya, beberapa langkah kaki mendekat padaku, kuusahakan agar tak bergerak sebagai respons ketakutan, aku tak mau sampai diketahui jika aku sudah sadar. Semoga saja sandiwara yang kulakukan bisa menipu mereka. “Tampaknya obat itu cukup ampuh, kukira dia sudah bangun, ternyata belum.” Kudengar suara seorang pria berbicara, suara jelek dan serak, sepertinya dia tukang minum dan sering sekali marah-marah, suara yang benar-benar mencemari telinga. “Bagaimana kalau kita bangunkan saja dia.” Suara pria lain langsung memberi usulan pada suara pria yang pertama, untuk apa membangunkanku? Omong-omong, suara yang satu ini juga tak kalah jeleknya dari yang pertama. “Kita harus menunggu dia ke sini,” kata suara pertama. Oke, lalu siapa yang mereka tunggu? Apakah dia yang menculikku? Tuan yang memerintah mereka untuk melakukan semua ini. “Tak ada salahnya jika sedikit bermain-main dengannya. Toh pada akhirnya dia akan mengizinkan kita menyentuhnya.” Pria satunya langsung menyetujui, jujur saja dari pernyataan dan suara itu sudah membuatku menggigil dan ketakutan. Apa yang akan mereka lakukan padaku? “Kau benar, kalau begitu kau bangunkan saja dia.” Aku merasa merinding dengan percakapan mereka, apa maksudnya ini? Aku harus melakukan sesuatu, tapi apa? Tak ada yang bisa kulakukan dalam keadaan terikat. Pada saat aku sedang mencari rencana, tiba-tiba terbesit dalam ingatanku mengenai wanita yang sudah dua kali merasuki tubuhku. Ya, mungkin saja dengan memanggilnya, aku bisa terbebas dari situasi ini, dia sangat kuat. “Nona, jika kau memang benar-benar ada di dalam tubuhku, aku mohon bantu aku. Aku akan dicelakai oleh mereka.” Aku meminta bantuan pada wanita yang menurut dugaan yang kuat berada di dalam tubuhku. Segera berkomunikasi dengannya, ini keadaan yang darurat. “Aku mohon, Anda ada di sana bukan? Pasti mendengarkan, mohon jawablah aku.” Sayangnya benar-benar tak ada jawaban dan tanggapan dari siapa pun yang ada di sana. Oh yang benar saja, apa dia datang dan pergi sesuka hatinya? Tak mau membantuku yang saat ini berada dalam masalah? Bukankah saat itu dia datang tuk menolongku menghadapi para fey itu? Sebuah tangan kasar tiba-tiba saja menyentuh kulitku, tangan dingin dan bau itu pastilah menjijikkan, apakah orang ini tak pernah cuci tangan atau dia tak memiliki hidung ya? Bagaimana bisa dia memiliki tangan sejorok ini? Aku heran dengan orang jorok ini, apa dia nyaman dengan keadaan kotor seperti itu? “Dia tampak enak.” Sial, itu semakin membuatku takut, apa dia mau memakan badanku? Seorang kanibal? Dan apa ini? Uh, mulutnya bau sekali, napas dari mulutnya berembus pada wajahku dan itu membuatku ingin muntah. “Benarkah?” Penyumpal mulutku segera dilepaskan. Aku berusaha untuk tak memberi reaksi apa-apa setelah apa yang dilakukan orang itu. Masih ingin membuat mereka mengira jika aku masih belum sadar. Tangan kotor itu meraih dagu dan mengelus pipiku, jujur saja aku langsung merinding saat itu juga. Rasanya pipiku diparut oleh aspal jalanan yang penuh dengan kotoran seekor anjing. Bukan hanya kasar, tapi bau dan sangat menjijikkan. Oh, aku sudah tak tahan lagi dengan ini. “Ya, aku sudah tak tahan untuk ....” Aku segera mengangkat wajah dan mengadu kepala pada wajah pria yang ada di hadapanku, sekerasnya kubenturkan kepalaku pada wajahnya. Aku benar-benar tak tahan dengan sentuhannya, aku tak mau lebih lama terlalu dekat dengan pria ini. “Aaaaahhhh!” Pria itu dan aku sama-sama memekik keras, kulihat jika pria itu terjangkang sekitar satu meter di hadapanku. Kulihat di dalam ruangan ini total ada tiga pria, ternyata pria ketiga sama sekali tak bicara. Uh kepalaku sangat sakit setelah menghantamnya. s**l sekali, apakah wajahnya terbuat dari tulang semua? “Aw, aku sudah mengira kalau ini akan sakit, tapi tak sesakit ini.” Aku mendesah pelan sambil meringis, mungkin ada benjolan dan lecet pada bekas benturan keras itu, aku agak pusing jadinya. “Jadi kau sudah bangun ya, kukira ...” “Oh aku tak tahan dengan obrolan kalian yang amat mengerikan itu.” Segera saja kusela ucapannya orang itu, kuangkat wajah dan berusaha senormal mungkin, memandang berani pada mereka. Ada tiga orang di sini, seingatku ada empat, sepertinya ada orang lain yang pergi. “Oh, kau jadi takut ya, cantik? Maaf saja.” “Tentu saja aku takut, bodoh. Berada di tempat gelap, jelek dan kotor seperti ini dalam keadaan terikat, ada orang-orang jelek, bau dan menjijikkan seperti kalian. Mana mungkin aku tak takut, aku masih normal dan waras. Mikir sedikit jika mengajukan pertanyaan!” Aku berteriak dan memaki mereka, memuntahkan segalanya tepat di depan wajah semuanya, orang-orang di sini tampak agak heran, tentu saja raut muka itu hanya sebentar saja, tak lama kemudian mereka kembali ke ekspresi biasanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD