34 – Pagi yang Buruk

1259 Words
Kubuka mataku dengan perlahan, tidur tanpa mengalami mimpi rasanya sangat cepat dan tak terasa, aku senang dengan itu. Rasanya jauh lebih baik karena tak mengalami mimpi atau kejadian aneh, bahkan aku tak sampai terbangun malam-malam seolah aku mengonsumsi obat tidur saja. Aku menggeliat, meregangkan badan, itu terasa nyaman. Sepertinya aku akan melewati hari yang bagus, Liza sudah siuman, tak banyak hal aneh yang kualamiーdan aku berharap ini akan bertahan dalam waktu yang lama. Meski tak memimpikan tentang kehidupan zaman kerajaan yang primitif dan segala kehidupan fantasinya, tetap saja aku bermimpi jika ada peperangan yang terjadi di dalam rumahku. Sepertinya itu tak benar-benar mirip mimpi, lebih mirip seperti halusinasi dan prasangka saja. “Yah, apa pun itu. Semuanya hanya mimpi dan halusinasi.” Aku menggeliat dan meregangkan badan, mulutku menguap. “Emm, aku siap menjalani hari cerah yang indah ini, tak akan ada yang bisa merusak suasana hatiku un ....” Suara bruk keras menghentikan ucapanku, aku menoleh ke arah sumber suara dan segera saja aku tersentak kaget saat mendapati pintu kamarku yang tergeletak di lantai begitu saja. Astaga, apakah aku sedang mengigau? Kenapa benda itu bisa lepas dari engselnya? “Astaga, apa aku masih bermimpi? Bagaimana bisa pintu kamarku jatuh dan rusak begitu saja?” Aku mengecek mata dan mengambil kacamataku, segera mengenakan benda itu, berusaha memastikan apakah yang kulihat ini sungguhan atau hanya halusinasi saja. Dan memang benar saja, ketika kacamataku sudah bertengger di atas hidung, aku melihat jika pintu itu terlepas dari tempatnya dan sudah tergeletak di lantai, tentu saja dengan keadaan setengah hancur. Yang benar saja? Sesuatu macam apa yang sanggup menghancurkan benda itu? Tapi keterkejutanku bukan hanya sampai di situ saja, karena samar kulihat dari ambangーyang saat ini sudah tak memiliki pintu lagi—aku dapat melihat keadaan ruang tengah dengan samar. “Astaga, jangan sampai ini terjadi. Jangan sampai apa yang kulihat adalah kenyataan.” Maka secepatnya aku turun dari ranjang, lalu berjalan menuju ruang tengah ingin memeriksa dan memastikan apa yang samar kulihat itu apakah nyata atau hanya penglihatan rabun akibat baru bangun tidur saja. Saat tiba di ambang pintu–tanpa pintu, aku berhenti seketika dan membelalakkan mata. Astaga, apa yang terjadi? Betapa terkejutnya aku saat melihat seluruh ruangan benar-benar sangat berantakan seolah baru saja terjadi peperangan hebat, inilah yang sebelumnya samar kulihat saat aku masih duduk di atas ranjang. Ternyata keadaan ruang tengah memang sangat luluh-lantak, bukan hanya berantakan saja seperti diubrak-abrik, tapi barang-barang juga hancur berantakan. Aku tak menemukan apa-apa yang menjadi penyebab semua ini terjadi. Tapi anehnya tak ada dinding yang rusak di sekeliling. Hanya barang-barang dan beberapa bagian dinding retak, oh koleksi kaset videoku, televisi dan DVD player. Semuanya rusak dan berantakan. Sofa berubah menjadi pecahan kecil-kecil, jumlahnya sangat banyak. Banyak pula bagian lantai yang pecah, meja sudah jelas tak memiliki bentuknya lagi, tak ada hiasan dinding dan dekorasi sekitar yang tersisa, semua perabotan benar-benar sudah tak berbentuk seperti seharusnya, oh benda macam apa yang mampu melakukan pengrusakan seperti ini? Yang lebih parahnya, kenapa aku sama sekali tak bangun dari tidurku saat semua ini terjadi? Apakah aku terlalu nyenyak hingga tak dapat mendengar ketika barang-barang di sini hancur oleh entah siapa yang melakukannya? Apa aku memang tidur seperti mayat? Ini sangat mustahil karena belum pernah rasanya aku tidur senyenyak itu hingga tak mendengar kegaduhan yang menghasilkan semua kekacauan ini. Aku membungkam mulutku karena masih terpana dengan semua ini. Jika aku masih tidur, maka aku ingin segera bangun, sayangnya aku sudah bangun sejak tadi. Kakiku lemas dan aku duduk di lantai kotor lebih pecahan barang-barang rumah, tentu saja itu tak akan melukaiku. “Apa yang sebenarnya sudah terjadi?” Aku bertanya pada diriku, aku merasa linglung dengan semua ini, aku harap ini tidak nyata, aku harap semua ini salah satu imajinasi liarku saja, aku harap semua akan tampak normal lagi sama seperti yang terjadi di halte untuk pertama kalinya. Berengsek, makhluk macam apa yang merusak rumahku? Untuk apa juga melakukan pengrusakan seperti ini? Sama sekali tak ada guna dan manfaatnya. Aku mengacak-acak rambut karena merasa frustrasi dengan semua ini. Tak bisakah aku menjalani kehidupan yang normal saja? Bahkan awal hariku disambut dengan hal-hal semacam ini, aku curiga jika hari ini aku akan mengalami banyak hal buruk. Lihat saja buktinya, bahkan aku baru turun dari ranjang dan sudah seperti ini kejadian dan keadaan rumahku. Lupakan perkataanku sebelumnya tentang hari indah dan tak ada yang akan merusaknya, pagiku bahkan sudah buruk dan semua hancur begitu saja. Aku bahkan tak memiliki biaya lebih untuk memperbaiki semuanya, mengganti perabotan yang benar-benar telah hancur. Aku hanya memiliki sisa uang untuk makan dan biaya pendidikanku untuk beberapa bulan ke depan. Lalu semua ini terjadi? Astaga, kemalangan macam apa yang akan menimpaku? Ya Tuhan, aku tahu aku bukan anak yang baik, tapi apakah aku harus menjalani kegilaan ini? Ah ini benar-benar menyebalkan, kuharap semua mimpi buruk ini segera berakhir. “Astaga, ketika aku harus menghemat pengeluaran, barang-barang rumahku malah hancur seperti ini!” Kuedarkan pandanganku ke sekitar, mencari apakah ada benda yang sekiranya mampu untuk diselamatkan, tapi sepertinya semua barang benar-benar hancur hingga tak ada yang dapat diselamatkan. Oh dan ke mana perginya burung hantu itu? Tak mungkin ia menjadi pelaku perusakan rumahku dan melarikan diri begitu saja. Sehebat apa pun burung, ia tak akan mampu merusak banyak barang sampai seperti ini, kekuatannya mustahil untuk membuat semua ini terjadi. Lagi pula tak ada benda yang rusak bekas cakaran dari seekor burung, ini memastikan jika dia tak terlibat. Tapi kenapa binatang itu tak ada di sini? Bukannya ini adalah waktu tidurnya? (Burung hantu, kan hewan nokturnal.) Aku menuju bekas tempat kaset-kasetku disimpan, sepertinya itu tak rusak semua, uh untung saja. Aku ingin berbenah, tapi alarm ponselku tiba-tiba saja berdering, ya aku ingat jika hari ini ada kelas pagi. Tentu saja aku tak boleh melewatkan ini. Seperti biasa aku memang memasang alarm dari ponsel untuk mengingatkanku jika ada kelas, itu tak berlaku untuk membangunkanku dari tidur, karena aku tak suka dengan suara alarm yang mengganggu tidurku. “Baiklah, aku akan mengurusi ini setelah semua selesai saja. Aku akan menghajar siapa saja yang melakukan ini pada rumahku, oh astaga ini benar-benar mirip tempat pertengkaran kucing dan tikus.” Aku segera pergi menuju kamar mandi, berganti pakaian dan mengganti buku-buku yang kuperlukan hari ini untuk pelajaran. Kemarin aku melarikan diri dari rumahku karena aku ngeri dengan hal aneh yang kualami, tapi sekarang lebih aneh lagi karena semua benar-benar berantakan. Jika sebelumnya hanya kaca jendela saja yang hancur, kini seluruh ruangan ini yang hancur luluh-lantak. Aku jadi curiga jika ada kucing dan tikus dalam kartun yang menjadi kenyataan, mereka memasuki rumahku dan main kejar-kejaran di sana sehingga semua barang hancur berantakan. Oke, sepertinya aku sudah berlebihan dan mengkhayal terlalu keluar batas. Sebenarnya aku ingin memanggil polisi dan melaporkan kejadian ini. Sayangnya, polisi tak akan bisa menangani ini karena aku curiga jika pelaku perbuatan rusaknya ruang tengahku adalah akibat fey. Bukannya aku jadi menyangkutpautkan segalanya dengan fey, hanya saja segala kejadian yang abnormal dan aneh jelas merupakan perbuatan mereka. Ruang tengah yang rusak secara tiba-tiba dan aku yang tidur sangat lelap sampai tak menyadari kejadian itu sudah kukategorikan dalam kejadian abnormal. Hanya fey yang bisa melakukan semuanyaーsejauh yang aku tahu saat ini. Mungkin mengurusi rumah untuk nanti adalah solusi terbaiknya, meski tetap saja aku menjadi kepikiran mengenai kejadian itu. Untuk apa mereka melakukannya? Bukankah jauh lebih mudah jika langsung mengincarku? Jika melakukan itu hanya demi mengingatkanku atau memberi tahu keberadaan mereka padaku, rasanya itu tak ada gunanya. Kejadian di halte waktu itu sudah jauh membuatku sangat yakin. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD