Pertemuan yang singkat

1038 Words
Shunshiye menatap berulangkali laptopnya, untaian kata di depannya terlihat indah tapi masih ada yang kurang. Ditutupnya laptop. Suara dering ponsel mengalihkan perhatiannya, diraihnya, keningnya sedikit mengerut melihat layar ponsel menampilkan nama Doni. "Ada apa?" tanyanya pelan setelah menggeser tombol warna hijau. Hatinya senang mengetahui Doni ada di lantai bawah kosnya. Iapun mengambil tas lalu mengunci kamar kos menuju bawah. "Mau kemana? hari ini kamu tidak kerja?" tanya Shunshiye begitu sampai di depannya. Tangannya membuka kunci gerbang kos. Shunshiye menatap wajah Doni ketika membuka pintu gerbang kos. Penampilannya seperti biasa sangat enak untuk dilihat. "Ayo makan. Kamu pasti belum makan." ucapnya menyerahkan helm kepadanya. Shunshiye menganguk dan memakai helm. Perjalanan menuju tempat makan sangatlah singkat. Doni memilih di dekat kos Shunshiye kebetulan ada ayam gepuk. Tak ada percakapan diantara mereka berdua. "Kemarin kamu tidak datang ke mal? mengapa tidak mengabari. Aku menunggumu" kata Shunshiye sambil meminum es teh miliknya yang tinggal setengah. Doni melihat Shunshiye aneh. "Kamu yang tidak beri kabar. Aku datang" ucapnya pelan, hatinya bertanya-tanya benarkah kemarin Shunshiye memberikan kabar. "Eh, aku beri kabar." Perasaan tak suka mulai datang dalam hati Shunshiye. "Tidak ada" bantah Doni cepat, berdiri hendak membayar makanan. "Tapi" kata Shunshiye ikut membantah. "Ya sudahlah, lagian aku sudah datang sekarang. Untuk apa dibahas lagi." kata Doni berdiri diikuti Shunshiye. Mereka berdua menuju parkir motor. "Hari ini jadi pulang ke Bekasi? aku tak bisa mengantar. Hari ini aku shift sore." ujarnya tak merasa bersalah. "Tak apa, aku bisa pulang sendiri." ucap Shunshiye kecewa. Mereka berdua terdiam hingga sampai depan kos Shunshiye. "Aku pergi dulu. Hati-hati pulangnya, kabari kalau sudah sampai Bekasi" kata Doni mengambil helm yang dipegang Shunshiye. Shunshiye menganguk saja, Doni menyalakan motornya lagi pergi meninggalkan Shunshiye bengong depan pintu gerbang kosnya. Ada banyak hal yang ingin dikatakannya tapi melihat Doni tampak tidak senang, ia urungkan, dibukanya pintu gerbang kos dan masuk. Kalau dipikirkan sekali lagi, Doni merasakan keraguan perkataan Shunshiye. Tadinya ia berniat pulang tapi dibatalkan. Doni mengarahkan motornya menuju rumah Rachel. Ia tahu jam segini Rachel ada di rumah, ia hanya ingin tahu apakah kemarin benar Shunshiye menghubungi dirinya. Rumah cat berwarna putih dan terlihat asri menjadi tujuan Doni. Begitu sampai, ia menelpon lebih dulu Rachel. Teriakan senang terdengar dari dalam, beda jauh dengan respon Shunshiye. "Doni? masuklah! tumben kemari" ajaknya begitu melihat Doni berada depan rumahnya. "Aku yang ingin aku tanyakan." katanya memasukkan motornya kedalam rumah Rachel. Rachel segera menarik tangan Doni masuk. "Kamu mau minum apa atau kita main saja. Kebetulan suamiku ada diluar kota" ujarnya tanpa ragu menggesek badannya sekilas. Doni duduk di sofa ruang keluarga yang nyaman, bertebaran bantal disekitar sofa. Rachel duduk di sampingnya. "Ada apa? kamu baru saja bertemu dengan kekasihmu" kata Rachel bersender di bahu Doni. Mau tak mau Doni memeluk Rachel dari samping, sebuah kebiasaan kecil ketika mereka masih berpacaran dulu. "Shunshiye beritahu aku jika dia beri kabar padaku tapi nyatanya aku cek handphoneku, tak satupun ada." keluhnya. "Lalu?" tanya Rachel tak peduli. Tangannya menggoda d**a Doni yang bidang. "Rachel. Apa kemarin ada telepon di handphone milikku saat aku ke toilet?" selidiknya sambil menangkap tangan Rachel yang bergerak jauh. Rachel tenggadah menatap Doni seakan memberikan tanda, cium aku maka kamu akan kuberitahu. Doni geram, ia menciumnya lembut sesuai keinginan Rachel. Jenis ciuman yang mampu menghilangkan akal sehat. Rachel sengaja membuat Doni melupakan tujuannya kemari. Kebetulan suaminya pergi untuk beberapa hari, tak ada salahnya bersenang-senang dengan bekas pacarnya. Dulu ia mengira menikah dengannya bisa membuatnya bahagia tapi ternyata suaminya lebih tertarik bekerja daripada menyentuhnya ataupun bersamanya. Doni meninggalkan rumah Rachel menjelang pagi. Ia kesal tak mendapatkan keterangan apapun dan terpaksa bolos kerja. Namun, badannya segar sehabis pergulatan panjang dengan Rachel membuatnya senang. Tepat lima belas menit Doni pergi, mobil masuk kedalam garasi. Edo merasakan kelelahan setelah mengendarai mobil dari luar kota. Senyumnya masam melihat ruang keluarga berantakan. Ia membuka kamar dan tertegun melihat Rachel tidur nyenyak. Matanya meneliti sekeliling kamar. Tak ada yang perlu dikhawatirkan tapi ia merasa janggal dan mencium bau berbeda di kamar ini. Bau menyengat sehabis percintaan habis-habisan. Ia bukan orang bodoh, tak bisa membedakan bau apa ini. Diambilnya baju bersih di dalam lemari, sekali lagi diliriknya Rachel yang bergerak-gerak dalam tidurnya sehingga selimut yang menutupi tubuhnya memperlihatkan semuanya. Kerutan di mata Edo bertambah ketika melihat tanda merah disekitar badan Rachel. Tangannya mengambil selimut untuk menutupi tubuh Rachel. Wajahnya suram tak suka. Edo keluar kamar menuju kamar tamu, ia capek dan ingin segera tidur. Besok ia akan bertanya kepada Rachel. Pernikahan yang dilakukannya secara paksa kini membuatnya kesulitan. Tak perlu waktu lama, ia sudah jatuh tertidur. Matahari bersinar sangat cerah. Rachael mengerakkan badannya ke kanan dan kiri. Ia bermaksud melakukan olahraga. Tak ada salahnya membalas kebaikan hati Doni yang sudah membantunya selama ini. Tangannya meraih ponsel kemudian menekan tombol panggilan cepat. Tak ada sautan dari ponsel Doni padahal sudah berkali-kali. Rachael menutup panggilannya lalu segera beranjak dari tidurnya untuk membersihkan diri sebelum berangkat kerja. Edo duduk di ruang makan. Meja tersedia beberapa makanan yang disediakan bibi pembantu rumah tangga saat Rachel keluar dari kamar dan siap untuk bekerja. Kaget melihat Edo di rumah tapi buru-buru ia mencium telapak tangan yang disodorkan oleh Edo kemudian duduk di depannya. "Kapan pulang? kok tidak tidur di kamar kita sih" protesnya cepat. Kesal rasanya tapi mendadak ia ingat jika malam itu ada Doni lalu apakah Edo tahu apa yang terjadi, astaga bagaimana ini, keringat dingin keluar. "Tadi malam. Mau kerja? berangkat bersama saja, lebih irit" ajaknya pelan sambil menyuap nasi goreng kedalam mulutnya. "Tidak usah. Nanti aku mau mampir dulu ke mini market sebelum ke kantor" tolaknya cepat mengambil piring dan nasi goreng. Perutnya lapar sekali. "Tumben sarapan pagi" katanya datar, tangan menyingkirkan piring yang kosong ke samping. Tangan Rachel berhenti sebentar menyendok nasi goreng. "Semalam capek banget nyanyi terus tidak sempat makan langsung pulang" Edo hanya mengangguk kepalanya tanda paham. Edo memang tak terlalu mengerti mengenai dunia panggung sebagai penyanyi tapi ia bingung, pulang mendapatkan Rachel tanpa busana di tempat tidur, apakah termasuk bagian dari pekerjaan yang melelahkan hingga tak sempat memakai baju? tapi Edo lebih memilih untuk memendam pikirannya. "Aku berangkat dulu. Jaga diri baik-baik kalau keluar ya" Tangan Edo kembali di ulurkan kepada Rachel. Mau tak mau Rachel menciumnya sebagai bakti seorang istri walaupun enggan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD