Chapter 16 : Sesuatu Yang Lebih dari Kekuatan

1129 Words
Dari dalam sebuah penjara bawah tanah yang sepi, seorang gadis diikat menggunakan seutas tali hingga tak dapat bergerak lagi. Ia tersandar pada dinding sambil berusaha melepaskan ikatan pada tubuhnya. Akan tetapi, perjuangannya sia-sia saja, ia tak dapat melepaskan ikatan, dan mulutnya juga ditutup kain sehingga tidak dapat berteriak. Selain itu, kedua kaki juga tangannya diikat sedemikian rupa sampai tak dapat ia lepaskan. Dengan susah payah gadis itu menggeliat serta mengeluarkan suara. Namun, sekali lagi hal itu sia-sia, tanpa arti, hanya menghabiskan tenaga. Ruangan ini gelap gulita, tak ada penerangan termasuk lorong di balik penjara juga gelap. Suasana begitu sunyi, sedikit atau sekecil apa pun suara tidak dapat didengar di sini kecuali suara rintihan gadis itu—Alicia. Keringat mulai membasahi sekujur tubuhnya, kepalanya begitu pusing tatkala raga terasa sakit. Udara yang masuk ke dalam paru-parunya juga sangat terbatas, itulah kenapa napasnya sangat terengah sekarang. Menyerah untuk mencoba meloloskan diri, tubuh gadis itu mulai lemas dan tersandar pada dinding. Matanya terpejam saat hatinya menjerit meminta pertolongan pada seseorang. 'Verx!' *** Di atas tebing yang berbatasan langsung dengan lautan, Verx tiba-tiba tersentak, seolah seseorang sedang mencarinya. Ia kembali memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana sambil menatap lautan lepas berwarna biru di hadapannya. Sejenak tubuhnya mematung, tidak bergerak sedikit pun. Beberapa saat kemudian, ia menguap lalu mulai melangkahkan kaki ke depan. “Baiklah, mungkin sekarang saatnya aku bersiap akan bahaya.” Tanpa rasa takut, Verx melompat dari tebing tinggi tempatnya berdiri saat ini. Ketika di udara, Lingkaran Sihir pada telapak kaki Verx langsung aktif, membuat dirinya mengambang dan mendarat dengan mulus. Jejak kakinya terlihat jelas pada pasir pantai gersang ketika ia berjalan menuju lautan. Air laut terasa cukup panas ketika ia perlahan menginjaknya. Dengan tatapan kosong, pemuda itu terus berjalan semakin jauh dari pantai. Ia tidak peduli walau air sudah setinggi dadanya sekarang, sikapnya benar-benar tenang layaknya robot yang tidak takut pada apa pun. Semakin jauh berjalan, akhirnya Verx seutuhnya tenggelam dalam air laut. Sebuah gelembung besar mendadak melingkupi tubuh pemuda itu, membuatnya tidak kesusahan untuk bernapas di dalam sini. Karena tempat ini belum pernah dikunjungi atau dijadikan tempat wisata sebelumnya, air laut begitu jernih. Batu karang berjejer di dasar laut menjadi pijakan bagi Verx. Batu karang memanglah tajam, bahkan tak jarang dapat melukai kaki seseorang jika tidak berhati-hati. Namun, Verx mengabaikan semua itu dan tetap berjalan dengan santai. Telapak kakinya memang terluka beberapa kali, lalu air laut membuat lukanya semakin perih. Kendati demikian, pemuda ini tidak peduli, sebab lukanya dapat segera sembuh. “Berjalan seperti ini ternyata cukup melelahkan.” Ia melihat Lingkaran Sihir pada telapak tangannya selama beberapa saat, lalu segera melesat ke depan. Verx berlari dengan cepat tanpa peduli sekitar. Tak jauh di hadapannya, seekor naga air mendadak muncul dan menghadang jalannya. Pemuda itu tetap tak peduli dan terus melangkah. Naga air tersebut langsung melesat cepat ke arahnya. Keduanya saling bertabrakan, tetapi bola air yang mengelilingi Verx tidak hancur. Pemuda itu malah berhasil menahan serangan langsung dari naga air tersebut tanpa kesusahan. Langkahnya terhenti, tatapan kosongnya lurus ke depan. Tak lama berselang, ia melompat ke belakang karena sudah tidak ingin menahan serangan lebih lama lagi. Naga air tadi lantas melesat ke arahnya untuk kedua kali. Akan tetapi, Lingkaran Sihir langsung terbentuk pada telapak tangan kanan Verx. Tidak seperti sebelumnya, pemuda itu mengarahkan tangannya ke depan, menahan serangan langsung dari sang naga. Air bergelombang ketika dua tekanan yang sangat kuat saling berbenturan. Batu karang tempat Verx berpijak sampai retak dan hampir pecah, tak sanggup menahan dorongan dari sang naga. Namun, dalam sekejap mata, kibasan ekor naga itu berhasil membuat Verx terpelanting jauh ke samping kanan. Bola air pemuda itu pecah. Ia terbaring menahan rasa sakit juga perih di dasar lautan ini. Tubuhnya cukup sulit untuk digerakan, sebab kakinya sedang mati rasa sekarang. Mata Verx kembali terbuka, bola air pun mulai mengelilinginya lagi. “Makhluk itu ternyata cukup kuat. Tapi sama seperti sebelumnya. Kekuatan ini masih belum cukup.” Perlahan Verx bangkit sambari menatap naga air yang tengah melesat cepat ke arahnya. “Biar kuberitahu ... terkadang kecerdikan lebih diperlukan saat bertempur.” Tiba-tiba pilar tanah runcing mencuat keluar, menusuk tubuh naga air hingga gerakannya terhambat, tetapi tetap dapat melesat kembali sebab tubuhnya terbuat dari air. Bukannya terkejut, Verx malah tersenyum lebar sembari memukulkan telapak tangan kanannya ke depan. Naga air itu hancur dalam sekejap mata ketika Verx berhasil menyentuh kepalannya. Ternyata saat itu terjadi, seekor naga tanah mencuat dari tanah dan menghantam tubuh naga air dari bawah. Verx sengaja memancing atau mengalihkan perhatian sang naga air padanya, kemudian secara diam-diam mengaktifkan Lingkaran Sihir yang dia buat ketika terpelanting tadi. Berhasil mengalahkan naga air, pemuda itu berjalan perlahan ke depan lalu sedikit berbelok ke kanan. Ia tetap tenang tanpa rasa cemas ataupun takut. Kedua tangannya masuk ke dalam saku celana ketika sedang melangkah. “Sepertinya ini adalah rintangan terakhir. Kuharap ....” *** Di dalam sebuah ruangan, dua orang pria paruh baya tercengang melihat kemampuan Verx. Mereka terdiam sesaat, masih tidak percaya akan apa yang terlihat pada bola di atas meja. Tentu saja ini mengejutkan, karena sebelumnya belum pernah ada yang berhasil melewati Area Terlarang bahkan Naga Air buatan mereka. “Tampaknya orang ini berbahaya, Ben.” Sigerson mengepal erat kedua tangan. “Aku memang tak punya bukti, tetapi firasatku mengatakan hal buruk akan terjadi jika dia mendapatkan semua Kristal Warna.” Ben masih terdiam, mencoba memahami semua rangkaian kejadian ini. Setelah beberapa saat berpikir, dia akhirnya memutuskan. “Hanya ada satu cara untuk menghentikannya. Kita akan bertarung hingga akhir dengan pemuda ini.” “Baiklah, kita akan menyembunyikan sandera terlebih dahulu, kemudian mengeluarkannya jika perlu.” Sigerson segera bergegas menuju pintu keluar. “Kau siapkan semua pasukan di tengah lapangan. Kita akan tunjukkan kalau Dunia Bawah Laut tidak mudah dikalahkan.” “Sejujurnya aku tidak terlalu tertarik.” Sembari memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana, Ben berjalan perlahan menuju jendela. “Tapi baiklah. Pilihan kita hanya ini.” *** Kini Verx telah berada tepat di depan sebuah dinding air besar yang berputar searah jarum jam. Dinding ini membatasi air laut dengan Dunia Bawah Laut. Verx berhenti sejenak, ia mengira kalau dinding ini sangat tebal ditambah berputar begitu cepat. “Kalau aku adalah orang biasa. Masuk ke sini hanyalah mengirim nyawa ke alam baka. Tubuh akan terkoyak habis tanpa menyisakaan apa-apa.” Sebuah Lingkaran Sihir terbentuk di bawah kaki Verx. Dari sana muncul beberapa pilar tanah yang Verx gunakan untuk menyerang dinding air di hadapannya. “Ternyata aku benar. Kekuatan putarannya dapat membuat sebuah batu keras pecah, apalagi hanya tubuh seorang manusia biasa.” Bola air Verx berputar begitu cepat searah jarum jam juga. Saat menerobos dinding dengan paksa, tekanan benar-benar terasa pada sekujur tubuhnya. Ia merasa seperti ditusuk oleh banyak jarum, membuatnya hampir mematung kaku. Namun, tekadnya begitu bulat, ia tidak terlalu peduli pada semua rasa sakit ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD