Chapter 12 : Area Terlarang

1082 Words
Tidak menemukan apa-apa ketika masih dalam perjalanan, Verx memutuskan untuk beristhirahat sejenak karena sudah cukup lama mereka berjalan. Alicia membuka tasnya, lalu mengeluarkan beberapa potong roti serta air minum di dalam botol. Keduanya pun makan sambil tetap waspada pada sekitar. “Sepertinya memang tidak ada hal yang istimewa di sini selain kabut tebal yang mendadak muncul.” Sembari melahap sepotong roti di tangan, Verx menerawang sekitar mereka. “Kau benar, mungkin gua itu adalah tempat persembunyian si pria bertopeng.” Alicia menghela napas panjang. Verx berdiri, masih mengunyah roti yang tinggal seperempat bagian. Ia merasakan ada hal aneh, tetapi tidak tahu apa itu. Sejenak ia memejamkan mata, kemudian menarik napas panjang dan merasakan aliran energi spiritual di sekitar. Tarikan energi antar Kristal memang terasa lebih kental dari sebelumnya. Meskipun begitu, arahnya masih saja kacau. “Sial! Sebenarnya kenapa aku tidak bisa merasakan mana tarikan energi yang benar?” Verx merasa sangat kesal sebab tak kunjung menemukan petunjuk. “Kenapa kita tidak kembali saja kemudian memasuki gua itu?” tanya Alicia sembari meyodorkan sebotol air pada Verx. Tanpa menoleh, pemuda itu menerima sebotol air perberian si gadis. “Baiklah, kita akan kembali setelah ini.” Setelah membereskan kembali isi tas, mereka berdua menyusuri jalan kembali. Sama seperti sebelumnya, Alicia memegang erat tangan Verx agar tidak terpisah. Kabut kian tebal menutup indra penglihatan mereka. “Kabut ini sangat tebal, sulit bagi kita untuk keluar dari sini.” Langkah kaki mereka terhenti, tetapi segera bergerak lagi setelah beberapa saat. Waktu semakin lama berlalu, langkah mereka kian gontai saat berjalan di dalam kabut. Napas sudah terengah, keringat membasahi tubuh, dan mereka sangat lelah sekarang. Padahal saat masuk tadi tidak seperti ini, tetapi perjalanan pulang benar-benar lama hingga matahari hampir terbenam. Ketika sampai di satu titik, Verx dan Alicia mematung kaku dan mata mereka terbelalak lebar. Dengan satu gerakan cepat, tinjuan Verx menghantam sebatang pohon di hadapannya. “Sial! Kenapa kita hanya berputar sedari tadi!” Itu benar, sudah lima kali mereka berjalan memutar dan kembali lagi ke tempat peristhirahatan mereka siang tadi tanpa pernah menemukan jalan keluar. “Tenangkan dulu dirimu, pasti ada cara kita keluar.” Walau dirinya telah lelah, Alicia tetap mencoba menyemangati Verx. “Pantas saja rumor mengatakan siapa yang masuk ke sini pasti mati. Ternyata ini alasannya.” Verx masih memukul pohon dengan gerakan pelan. “Ini pasti salah satu kekuatan dari Kristal itu.” “Apa maksudmu?” Alicia sudah tidak mengerti lagi dengan perkataan Verx. “Seperti kubilang, pria bertopeng itu pasti membuat tempat ini dengan kekuatan dari Kristal itu.” Alicia menghela napas lalu menengadah. Jika dilihat lagi, matahari sudah hampir tenggelam dan memancarkan cahaya jingganya ke bumi. Suasana yang tadinya menakutkan, kini semakin bertambah dengan menghilangnya cahaya matahari. Kabut pun berdatangan, semakin membutakan penglihatan. Dengan segera Alicia memegang tangan Verx supaya mereka tidak terpisah karena situasi ini. Dari sini muncul firasat buruk dari dalam benak Verx. Angin dingin berembus, menambah kengerian mereka. “Tidak bisakah kau menyingkirkan semua kabut ini, Verx?” “Akan kucoba!” Sebuah Lingkaran Sihir berwarna hijau terbentuk di telapak tangan Verx. Ketika ia menyentuh kumpalan kabut di sekitar, tidak ada apa pun yang terjadi. “Sial, aku tidak bisa melakukan apa-apa jika seperti ini.” “Jadi, maksudmu kita terjebak di sini?” Meskipun tidak ingin mengatakan kenyataan pahit mereka, Verx tetap mengakuinya. “Ya, tidak ada jalan lain lagi.” Tak lama, bayang-banyang hitam melesat dari dalam kabut melintasi mereka berdua. Alicia semakin mengurung dirinya di balik punggung Verx. Sementara Verx mundur beberapa langkah diikuti oleh Alicia. Pandangan Verx seketika berpaling ke sebelah kiri kala terdengar suara dari sana. Di bawah pijakan kaki serta telapak tangannya, pemuda itu telah menyiapkan Lingkaran Sihir, waspada akan bahaya. Suara dedauanan yang terinjak serta ranting patah terdengar di gendang telinga mereka berdua. Kabut kian tebal, hingga keduanya tak bisa melihat apa-apa. Mundur beberapa langkah, Verx dan Alicia telah terhenti oleh sebatang pohon. Perlahan Verx menjulurkan tangan kanannya ke belakang menyentuh pohon kayu tersebut. Sebuah tongkat berujung runcing pun kini berhasil ia ciptakan. Mengarahkan tongkat ke depan, mata pemuda itu tak berkedip walau sekejap. Bulu kuduk Verx merinding, kala semilir angin membuat sebuah desisan. Sedangkan Alicia semakin menempel pada punggung Verx dengan tubuh gemetar. Mendadak, seekor hewan melesat dari depan mereka, mencoba untuk memangsa. Beruntung Verx berhasil mengaktifkan Lingkaran Sihir di bawah kakinya dan membuat hewan itu terpental jauh ke sana karena tongkat tanah yang tiba-tiba muncul. Napas Alicia terengah, keringat mulai membasahi sekujur tubuhnya. Akan tetapi, Verx masih bisa bersikap tenang menghadapi kabut serta serangan mendadak di sini. Kemudian suara lolongan menggema, lalu segerombolan hewan yang wujudnya tidak terlihat langsung menyerang mereka berdua dari berbagai arah. Sebelum para hewan buas tersebut berhasil menerjang, Verx sudah terlebih dahulu membentuk dinding tanah di sekitarnya. Para hewan tersebut langsung terpental, kemudian mundur untuk bersembunyi dalam kabut pekat ini. Sementara waktu mereka bisa aman, tetapi bahaya sesungguhnya masih belum juga muncul. Verx menutup mata, fokus merasakan aliran energi spiritual di sekitarnya. Kini pemuda itu menemukan titik terang akan situasi di sini. “Sepertinya aku paham mengapa tarikan energi pada Kristal begitu pekat juga datang dari berbagai arah,” gumam Verx sembari membuka mata. “Apa yang kaukatakan itu?” Sudah jelas Alicia tidak akan paham. “Bukan apa-apa. Kau mungkin akan kesusahan untuk memahaminya, jadi lupakan saja.” Mau tidak mau, Alicia akhirnya menurut saja. Pengetahuannya tentang hal mistis serta Lingkaran Sihir sangat minim, bahkan hampir tidak tahu apa pun. Jadi sangat wajar bagi Verx untuk menyuruh gadis itu melupakan gumamannya tadi. Tak terasa waktu telah lama berlalu, matahari sudah tenggelam sepenuhnya. Di dalam dinding tanah begitu panas dan hampir tidak ada oksigen yang tersisa. Meskipun tahu sangat beresiko, Verx akhirnya meruntuhkan dinding tanah itu usai menyentuh lengan Alicia menggunakan tangan kanan. Benar-benar di luar perkiraan, para hewan buas masih mengintai. Suara geraman para hewan itu menggema di telinga Verx dan Alicia. Verx kembali bersiap mengaktifkan Lingkaran Sihir pada telapak kakinya, cahaya hijau dari lingkaran pun menyebar ke sekitar hampir sepuluh meter persegi. Mengikuti insting bertahan hidup, para hewan buas mundur agar tidak terkena lingkaran berwarna hijau tersebut. Sorot mata Verx menatap ke depan, wajahnya tidak menampilkan ekspresi. Tangan kanannya memegang erat tongkat kayu berujung runcing, sedangkan tangan kirinya terus digenggam oleh Alicia. “Tenang, Alicia!” kata Verx dengan nada datar. “Mereka takkan bisa membunuh kita di sini.” “Baiklah.” Alicia lagi-lagi tidak punya pilihan selain menurut. Memang sangat menyebalkan baginya menjadi beban di sini, tetapi sekalipun dia mencoba membantu, yang ada hanya akan menghalangi Verx.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD