Chapter 41 : Kekejian

1159 Words
Setelah menghancurkan banyak hewan raksasa, para iblis langsung bergegas mencari jalan keluar lain dari dimensi ini. Sementara para iblis lain melakukan pencarian, iblis berkepala banteng yang lengan kanannya sudah hancur berkeping-keping, kini hanya dapat beristirahat di bawah sebatang pohon, ditemani beberapa iblis yang menjadi pengawalnya. Iblis berkepala banteng itu tahu dengan kemampuannya sendiri sekarang, sehingga memutuskan untuk beristirahat saja daripada bersikeras untuk ikut mencari jalan keluar. Sebuah keputusan yang sangat bagus dan bijaksana dari seorang pemimpin, yang memang patut dicontoh. Selain itu, ia percaya meski tanpa dirinya pun, para iblis pasti berhasil mendapatkan apa yang mereka cari. Sebuah kepercayaan besar yang ditaruh oleh iblis berkepala banteng terhadap para iblis ini tentulah sangat berdasar. Ia dengan cermat memperkirakan kekuatan setiap iblis yang ia pimpin sekarang, dan hasilnya memang sangat memuaskan untuknya. Mereka semua tidaklah terlalu lemah untuk diremehkan dan tak mendapatkan kepercayaan. Makanya ia memberi mereka sebuah kepercayaan penuh. Hari demi hari terus berlalu, tetapi iblis berkepala banteng tidak khawatir dan masih percaya pada semua iblis di sini. Akhirnya, setelah empat hari, kepercayaan iblis berkepala banteng, tejawab sudah. Para iblis sudah menemukan sebuah portal jalan keluar, sehingga mereka langsung mengumpulkan semua iblis tersisa untuk pergi dari sini. Jumlah iblis yang ada di dimensi ini sudah berkurang sebanyak sepuluh persen, akibat dari sebuah pertarungan yang sangat sengit. Namun, hal ini memang sudah sewajarnya terjadi, dan terpaksa harus diterima oleh semua iblis di sini. Hal ini membuktikan kalau mereka bukanlah sebuah kelompok yang sangat kuat, sehingga tidak ada korban satu pun saat mereka memulai sebuah pertempuran. Dan dari sini juga mereka juga menyadari kelemahan mereka--masing-masing individu. Mengetahui diri mereka memang lemah, makanya mereka memutuskan untuk membuat sebuah formasi yang akan terus mereka gunakan ketika bertarung. Setidaknya, mereka dapat jauh lebih kuat dengan kerjasama satu sama lain, dan pasti akan sanggup menghadapi lawan yang kuat. Itu menuntut mereka harus saling percaya dan menjaga kepercayaan tersebut dengan penuh rasa tanggungjawab dalam diri individu. “Baiklah! Tanpa perlu ragu lagi, mari kita pergi dari sini dan segera keluar!” seru iblis berkepala banteng, lantang, menambah semangat dalam diri setiap iblis. “Tidak perlu sungkan untuk membasmi semua yang menghalangi!” “Ha!!!” Bermodalkan sebuah semangat juang tinggi serta tak ada rasa putus asa, sekali lagi para iblis memulai perjalanan baru mereka. Memang benar, mereka setiap kali masuk ke dalam sebuah dimensi baru, mereka pasti mendapatkan banyak halangan dan menciptakan sebuah pertarungan sengit terus menerus. Namun, dengan saling bergantung satu sama lain, mereka berhasil melewati semuanya, kendati korban jiwa memang tak dapat dihindari. Setelah satu bulan berlalu, mereka pun tiba di sebuah dimensi yang tak kalah panas dari dimensi yang pernah mereka tinggali dulu. Sejauh mata memandang, hanya terlihat sebuah hamparan padang gurun yang sangat luas dan terik matahari membakar. Beruntungnya, mereka semua sudah terbiasa dengan udara panas, sehingga iklim seperti ini bukanlah sebuah masalah. Berbeda dari biasanya, mereka kali ini tidak berpencar, melainkan berjalan bersama mengikuti komandan mereka. Entah mengapa, kali ini iblis berkepala banteng mendapatkan sebuah firasat kalau mereka dapat segera keluar dari sini dengan sangat mudah. Benar saja, seperti sebuah keajaiban, belum sampai setengah hari mereka berjalan menyusuri padang pasir luas ini, mereka langsung berhasil menemukan sebuah portal berwarna putih. Iblis berkepala iblis langsung berhenti tepat di hadapan portal tersebut dan terdiam sejenak sembari mengamati portal. “Seperti yang diharapkan dari komandan!” Para iblis mulai memuji komandan mereka yang dapat langsung menemukan sebuah portal. “Dengan adanya komandan, kita pasti dapat dengan cepat tiba di bumi dan bertemu dengan ‘Tuan’ di sana!” Iblis lain ikut berkomentar. “Itu benar. Pujian ini memang pantas untuknya.” “Kita sangat beruntung dipimpin olehnya ketika berada dalam dimensi tidak jelas ini! Hahaha!” Para iblis masih terus melontarkan pujian dan persetujuan atas pujian itu sendiri. Sementara iblis berkepala banteng beserta para pengawalnya hanya diam, memerhatikan sekitar serta portal di depan mereka. Segera setelah memastikan semuanya, iblis berkepala banteng mengangkat tangan kanannya, sehingga semua iblis berhenti berbicara. “Kalian semua bersiaplah untuk bertarung! Kita akan segera tiba di sebuah daerah yang cukup buruk untuk didatangi. Tapi kalau bekerjasama, kita semua pasti dapat mengatasinya seperti sebelumnya!” ucap iblis berkepala banteng, tegas dan penuh wibawa. “Ya!!!” Para iblis masih tetap optimis, meski selama sebulan ini, dua puluh lima persen dari jumlah awal mereka, sudah tewas dalam pertarungan sengit, melawan banyak penghalang. Tapi mereka tetap tidak mau menyerah. Keluar dari portal penghubung, para iblis ini langsung disambut oleh embusan angin yang begitu kencang. Tanpa ada keraguan sedikit pun, mereka—masih dipimpin oleh iblis berkepala banteng—langsung berjalan lurus ke depan. Saat sudah melangkah cukup jauh lamanya di siang hari yang cerah ini, suatu kejutan ditemukan oleh mereka. Iblis berkepala banteng tampak senang dan menghentikan langkah, membuat para iblis juga ikut menghentikan langkah. Bagaimana ia tidak senang, tepat beberapa meter lagi di depan mereka, ada sebuah desa yang dipenuhi oleh manusia, makhluk yang ingin mereka musnahkan dari muka bumi. “Kita sedang beruntung!” seru iblis berkepala banteng. “Kita akan memulai p*********n mulai dari sini! Serang dan jangan berikan ampun pada mereka!” “Serang!” Para iblis serentak melesat ke depan, menyerang musuh bebuyutan mereka yang tidak lain adalah para manusia. Para manusia sontak saja terkejut dengan p*********n tak terduga ini. Akan tetapi, mereka dapat dengan sigap mencoba bertahan dari serangan. Sayangnya, serangan yang begitu mengejutkan ini membuat pertahanan mereka sangat lemah dan mudah sekali dihancurkan. Tidak mau menyerah begitu saja terhadap musuh, para manusia yang merupakan Pengguna Lingkaran Sihir, menyerang dengan segenap kemampuan mereka, menahan invansi para iblis. Terjadi sebuah pertarungan sengit di antara mereka, hingga pada akhirnya, iblis berkepala banteng dan para pengawalnya ikut dalam pertarungan ini. Keberadaan dan kekuatan mereka seketika menekan para manusia, memojokkan mereka semua tanpa ada empati apa pun. Meski begitu, para manusia juga masih tidak memiliki niat untuk segera menyerah. Kini, lebih banyak Pengguna Lingkaran Sihir yang muncul menghadang invasi para iblis. Kekuatan dari kedua kubu itu terlihat seimbang pada awalnya. Mereka saling serang dan bertahan dari serangan dari masing-masing pihak, tiada keinginan menyerah pada keadaan. Pertarungan sengit itu tentu saja mengakibatkan banyak korban di dua belah pihak. Namun, keseimbangan itu tak dapat bertahan lama, karena iblis berkepala banteng dapat menebas satu kepala manusia Pengguna Lingkaran Sihir yang kuat, dengan pedang anginnya. Keseimbangan di antara keduanya seketika hancur hanya karena satu kekalahan itu. Para iblis kembali dapat melakukan sebuah p*********n yang sangat keji. Mereka bahkan membunuh para manusia, seperti sedang merayakan sebuah pesta besar yang sangat dinikmati oleh mereka. Hujan darah dan bau amis sudah seperti sebuah bahan bakar yang menyulut api semangat serta ambisi mereka. Sesuatu yang sungguh kejam dan tanpa empati, sebab mereka memang dilahirkan dari kejahatan dan sifat buruk manusia itu sendiri. Itulah mengapa mereka terlihat bengis serta tanpa mengenal sebuah sifat mulia, yakni; pengampunan. Dalam genangan darah ini, mereka tertawa lepas, seolah semuanya sangat menyenangkan, bahkan ada yang menganggapnya sebagai lelucon. Padahal, apa yang seru dan lucu dari sebuah p*********n? Jawabannya tentu saja tidak ada yang seru maupun lucu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD