Nyctophile

251 Words
Jangan pernah menjadi payung untuk orang yang menyukai hujan, dan jangan pernah menjadi pelangi untuk orang yang menyukai malam. Dipertemukan untuk saling menguatkan, menjaga satu sama lain. Percaya akan takdir? Mereka adalah takdir. *** (Jakarta, Agustus 2019) Jleger! Hujan turun dengan amat deras. Petir menyambar-nyambar di langit malam. Suara gemuruh guntur juga tidak mau ketinggalan mengambil perannya. Dalam sebuah kamar, seorang cowok sedang duduk meringkuk di atas kasurnya. Cowok dengan hoodie hitam itu memeluk lututnya sendiri. Tubuhnya bergetar, dia menumpahkan air matanya di tengah kegelapan. Cowok itu menagis hingga dadanya terasa sesak. "AAARRRGHHHH!" "ANJIIING! SEMUA KAYAK ANJING!" Cowok itu berteriak kala kepalanya sudah tidak tahan lagi dengan segala macam memori buruk yang seakan tidak mau berhenti tuk berputar. Dia menjambak rambutnya sendiri lantaran merasa frustrasi. "Gue benci semua orang! Gue benci dunia! Gue benci Mama sama Papa!" pekiknya sambil melemparkan apa saja yang ada di dekatnya. Napas cowok itu terengah, tatapannya nyalang ke depan. Tidak ada yang bisa dia lihat selain warna hitam khas kegelapan. Hingga perlahan, tangisnya mereda dengan sendirinya. Dia mulai berangsur tenang. Dengan begitu, tubuhnya ikut merosot dan berkahir tertidur. Posisinya menyamping, menghadap sebuah bingkai foto lama yang selama ini dia tutup—menghadap ke bawah. Tangan cowok itu perlahan bergerak mengambilnya. Samar-samar, dia dapat melihat foto tiga orang yang tengah tersenyum menghadap kamera. "Darka kangen kalian yang dulu," lirihnya. "Kenapa kalian jahat? Kenapa kalian ninggalin Darka sendirian?" "Ma ... Pa ... Darka kangen. Kalian apa nggak mau pulang buat lihat Darka sekarang? Pulang Ma ... Pa ..."

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD