PART. 2 ALBERT

1028 Words
Bella pulang ke apartemen yang sederhana ditemani oleh Roni supir Edward. Bella tak berhenti bertanya di dalam hati, kenapa dirinya yang terpilih menjadi asisten pribadi Edward. Sedang dia baru saja bekerja dan tidak mengenal Edward secara pribadi. Di perusahaan banyak sekali staff yang sudah lebih dulu bekerja, penampilan jauh lebih baik dari dirinya. Dedikasi pada perusahaan tak perlu diragukan lagi. Pertanyaan yang belum mendapat jawaban. Dari apartemennya yang sederhana, Bella di bawa oleh Ronnie ke apartemen Edward yang sangat mewah. Ronnie mengantarkan Bella menghadap Albert. Albert adalah asisten pribadi Edward yang akan Bella gantikan. Bella sudah berhadapan dengan Albert. Sudah beberapa kali Bella bertemu orang tua itu di kantor. "Nona Aurora, boleh saya panggil Bella?" tanya sopan Albert, sembari mengulurkan tangannya dengan badan yang sedikit membungkuk. "Ya, Tuan Albert tentu saja boleh dan saya mohon bantuan anda dalam menjalankan pekerjaan baru saya sebagai asisten pribadi Tuan Kastana," pinta Bella. "Panggil saja saya Albert, Bella, biar kita bisa lebih akrab." "Ehmm boleh saya panggil Uncle Albert, kalau anda tidak keberatan. Karena tidak enak jika saya hanya memanggil nama saja." Albert tertawa. "Tentu saja boleh, saya senang dipanggil Uncle." Sesi perkenalan selesai. Albert mengajak Bella melihat-lihat isi apartemen Edward. "Asisten rumah tangga, hanya datang bekerja tiga kali dalam seminggu, untuk mencuci pakaian, dan membersihkan apartemen ini, yaitu hari senin, Rabu, dan Jumat, dari pukul sembilan pagi sampai pukul empat sore, selebihnya mereka bekerja di rumah besar Tuan Edward yang jarak tempuhnya dari sini sekitar satu jam. Tentang makan, kanu tidak perlu kuatir, Tuan Edward selalu makan di luar, dan tentunya dia akan mengajak kamu makan bersamanya." Bella mengangguk. Mereka masuk ke dalam sebuah kamar yang sangat luas dengan dinding terbuat dari kaca yang memantulkan apa yang ada di depannya. Pemandangan di luar jendela mirip dengan yang ada di ruangan kantor Edward. Tentu saja mirip, karena jarak K&Q tower tidak jauh dari bangunan apartemen Edward, yang dibangun oleh perusahaannya sendiri. Albert membuka lemari pakaian Edward, menjelaskan apa yang harus diketahui oleh Bella, Albert mengatakan, Bella jangan khawatir, karena Albert masih akan bersamanya selama dua bulan lagi. Setelah itu, dia hanya akan tinggal di rumah besar Edward untuk menghabiskan masa tuanya di sana. Albert bercerita, kalau dia, dan mendiang istrinya, sudah bekerja pada keluarga Ibu Edward, sejak dari beberapa generasi yang lalu, tapi sayangnya Albert tidak mempunyai anak yang akan meneruskan pengabdian mereka. Istrinya sudah meninggal, saat melahirkan anak mereka. Istrinya meninggal bersama anak yang baru dilahirkan. Sejak itu Albert tak pernah berniat untuk menikah lagi. Bella juga sempat bertanya, kenapa Albert memilih dirinya yang baru bekerja di kantor Edward, untuk menjadi asisten pribadi Edward. Albert menjawab, karena dia suka pada Bella sejak pandangan pertama. Albert yakin, Bella adalah pilihan yang tepat untuk mendampingi Boss nya. "Yang diperlukan sebagai asisten pribadi adalah orang yang mau belajar, mau bekerja keras, tidak mudah tersinggung. Jadi bukan hanya dinilai dari fisik dan penampilan saja. Saya melihat latar belakang kamu. Kamu berasal dari panti asuhan, tentu tidak mudah sampai pada posisi kamu sekarang." "Kenapa ada tidak mudah tersinggung?" "Tuan Khastana orang yang keras. Kadang dia bisa melontarkan umpatan, makian, dan bersikap sedikit kasar. Tapi pada dasarnya dia orang yang baik. Kalau dia tidak baik, aku tidak akan bertahan sampai setua ini bersamanya." "Oh, iya." Albert membawa Bella melihat seluruh isi apartemen sampai ke dapur. Bella minta ijin pada Albert untuk belanja, saat melihat kulkas kosong. Bella berkata ia suka makan ditengah malam, jadi ia perlu untuk mengisi kulkas dengan bahan makanan. Ditemani Albert, Bella ke luar untuk belanja, diantarkan oleh Ronnie. Setelah merasa cukup apa yang ia butuhkan. "Saya kira cukup, Uncle." "Ayo kita bayar." Mereka ke kasir dan Albert yang membayar semua belanjaan Bella. "Bella, sejujurnya aku melihatmu seperti melihat istriku saat muda dulu, kalian sangat mirip, hanya boa mata kalian saja yang berbeda. Coba lihatlah, ini foto istriku." Albert mengambil selembar foto dari dalam dompetnya. "Kami menikah saat sama-sama sudah berumur, usiaku sudah 40 tahun, dia sudah 35 tahun. Andai anakku masih hidup, mungkin dia seusiamu Bella, umurmu dua puluh empat tahun bukan?" "Iya, benar." Bella mengangguk, matanya masih lekat pada foto di tangannya. Albert benar, istri Albert memang sangat mirip dengannya, mungkin itulah yang membuat Albert yakin, ia adalah pilihan terbaik untuk jadi asisten pribadi Boss kesayangan Albert. Menjelang sore, Albert pulang ke rumah besar. Sementara Bella diam di kamarnya yang ditunjukan Albert. Kamar yang sangat bagus untuk seorang asisten pribadi seperti dirinya. Bella meraih ponselnya, dihubungi Bu Elle. Bella menceritakan soal pekerjaan barunya, dia juga bercerita kalau ternyata Edward tidaklah seperti yang dipikirkannya selama ini. Bella selama ini mengira Edward sosok yang arogan, dan dingin, ternyata dia sangat hangat, dan bersahabat. Meski Albert mengatakan kalau Edward bisa kasar dan mengumpat. Tapi saat ini, Bella belum mengalami hal tidak mengenakkan seperti itu dengan Edward. Bu Elle mengingatkan Bella, agar jangan sampai jatuh cinta kepada Edward yang sangat terkenal akan keplayboyannya. Edward bukan tipe pria yang mau terikat dengan satu wanita, ia lebih suka hubungan tanpa ikatan, hanya berdasarkan atas kesenangan semata. Hubungan tanpa landasan, juga tanpa tujuan, agar mudah diputuskan saat datang rasa bosan. -- Bella terbangun dari tidurnya, jam di atas meja menunkukan pukul satu dini hari, perutnya selalu terasa lapar dijam-jam begini, entah kenapa, mungkin hanya kebiasaan saja. Bella membuka pintu kamarnya pelan, lalu menuju dapur. Diambil mie instant dalam wadah seperti mangkok. Diseduh dengan air hangat. Bella duduk dengan dagu bertumpu pada tangannya, sembari menunggu mienya matang. "Bella!" Bella tergeragap, lalu berdiri mendengar namanya dipanggil. "Oh ... Tuan Edward!" "Edward saja Bella." "Eeh ya, Edward, maaf saya terbiasa makan pada jam seperti ini." "Tidak apa-apa, tapi aku rasa pilihan menumu kurang bagus, Bella." "Saya tahu, tapi saya sedang ingin makan ini," jawab Bella. "Ehmm ...." "Anda ingin sesuatu, Tuan Edward, eeh, Edward maksud saya." "Tidak, terima kasih, aku hanya ingin mengingatkan, jangan bangun kesiangan dihari pertamamu bekerja sebagai asisten pribadi ku, Bella." "Ya, saya pastikan, saya tidak akan bangun kesiangan besok," jawab Bella. "Selamat malam, Bella." "Selamat malam, Edward." Edward melangkah ke luar dari dapur diikuti pandangan Bella. 'Punggungnya saja sangat mempesona hhhh ....' Plakkk! Bella memukul pipinya sendiri. 'Ingat, Bella, tidak boleh ada cinta, semua ini hanya pekerjaan sementara, tahun depan kamu sudah tidak lagi bersamanya,' batinnya mengingatkan. *
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD