Chapter 01. Celana Dalam Berenda

1328 Words
Chapter. Celana dalam Berenda POV Fitri ["Halo Mas, Kamu dimana?"] tanyaku kepada suamiku yang sedang dinas ke luar kota. Ponsel sengaja ku speaker kan agar aku masih bisa aktifitas pagi. ["Masih di luar kota sayang. Ada apa? Kamu sehat kan, sayang?"] ["Iya, alhamdulillah aku sehat. Kamu di hotel sekarang? Sudah sarapan mas?"] ["Iya sayang, baru mau berangkat, tapi mau sarapan dulu di bawah."] ["Oh ya sudah. Kamu pulang kapan mas?"] ["Hm, mungkin besok sayang. Kamu sudah rindu denganku??"] ["Iyalah, mas. Ya sudah mas, love you."] ["Ya sayang, love you too."] Kemudian, aku akhiri percakapanku dengannya melalui telpon. Aku langsung mengambil sapu dan mulai membereskan rumah. Setelah itu aku masak untuk sarapan pagi ini. Rumah ini tak besar tapi juga tak kecil. Suamiku membeli rumah ini dengan kredit dua tahun yang lalu setelah kami menikah setahun. Jadi, sudah tiga tahun ini pernikahan kami belum dipercaya Allah untuk mempunyai buah hati. Kami sudah mencoba untuk program hamil tapi selalu gagal. * Besok sore, suamiku pulang dari tugas dinas dari luar kota, yaitu kota Bandung. Kami tinggal di Bogor sudah beberapa tahun ini. Aku tak curiga karena dia turun dengan membawa kopernya dan langsung masuk ke dalam rumah. Begitu aku keluar dari dalam kamar, dia langsung memelukku dengan buas. Aku yang baru selesai mandi langsung disergapnya dan melaksanakan kewajiban ku melayani suamiku yang rindu. Tak dipungkiri, aku juga rindu belaiannya. Setelah kami berdua terpuaskan. Suamiku mengambil ponselnya yang dari tadi terdengar bergetar dan duduk dipinggiran ranjang untuk membaca isi pesannya. Aku tak ada curiga sedikitpun. "Sayang, aku nanti abis makan malam akan keluar dulu, ada meeting dengan calon clien yang baru kasih kabar!" ucapnya yang sudah berdiri dengan tubuh telanjangnya. "Iya mas, pergilah. Itu gondal-gandul, gak malu apa?" tanyaku menggodanya dan terkekeh melihat dia tak tahu malu berdiri tanpa sehelai benangpun. "Hmm...Mau lagi sayang? Yuk, di kamar mandi sambil kita mandi bareng!" ajaknya. "Boleh yuk, siapa takut!" Jawabku yakin. Kami berdua berjalan ke kamar mandi tanpa sehelai benangpun sambil aku membawa handuk ke dalam kamar mandi. Di dalam kamar mandi kami melakukan lagi dengan yang lebih hot sampai kakiku lemas. Namaku Fitriana, aku berusia dua puluh empat tahun. Menikah dengan mantan pacarku yang bernama Gunadi Utama, berusia dua puluh sembilan tahun. Kami menikah setelah dua tahun pacaran. Mas Igun sangat rajin dalam bekerja dan dia saat ini menjabat sebagai Manager di sebuah perusahaan kontraktor raksasa di negara ini. Walaupun kami menikah belum dikaruniai anak, tetapi kami saling mencintai. Setelah mandi kami berpakaian. Mas Igun berpakaian rapi sekali dan memakai parfum yang tak pernah kuketahui sebelumnya. "Mas, kamu baru beli parfum baru?" tanyaku. "Eh...Iya sayang, kemarin aku beli di san!" ucapnya yang masih memegang botol parfum. "Kok, wanginya kayak wangi parfum wanita sih, mas?" tanyaku heran. "Hm, ya aku suka saja wanginya!" "Buat aku saja sini. Kamu beli lagi ya mas!" Aku ambil dari tangannya dan menyemprotkannya ke bajuku. Wangi khas parfum wanita muda sangat terasa, wangi bunga mawar. "Iya sudah, buat kamu saja. Tapi aku lupa kardusnya kayaknya ketinggalan di hotel," jawab suamiku dengan terlihat biasa saja mukanya. Dia memang sangat tampan kalau sudah berpakaian rapi. "Ya sudah tidak apa-apa. Yang pentingkan Parfumnya bukan kardusnya!" jawabku. "Sayang, aku berangkat ya...!" ucap suamiku yang sudah berdiri di depanku dan memegang kedua lenganku supaya aku berdiri. Dia memelukku dan kubalas pelukannya. Kemudian kecupan di kening, di pipi dan di bibir sudah mendarat dengan sempurna. "Mas, aku ada sesuatu yang mau aku beritahukan...!" ucapku sambil memandang wajahnya. "Apa itu sayang? Nanti saja ya, aku sudah ditunggu sama mereka, tak enak kalau mereka kelamaan menunggu!" ujarnya. "Iya sayang. Yuk kita keluar," ajakku dan merangkul pinggangnya. "Yuk," jawabnya. Kami berjalan beriringan dengan suamiku yang merangkul pundak ku. Setelah di teras dia langsung naik ke mobil dan menyalakan mesin mobilnya. Karena jabatannya yang sudah menjadi Manager, dia mendapatkan fasilitas kepemilikan mobil dari perusahaannya. Dan sekarang dia sudah juga naik golongan, jadi gajinya pun sudah naik, sehingga keadaan ekonomi kamu sudah mulai membaik. Semua berkat kerja kerasnya selama ini. Aku masuk ke dalam rumah dan mematikan lampu ruang tamu. Aku masuk ke dalam kamar dengan menggeret koper mas Igun yang ada di ruang tamu. Kubuka dengan kunci angka yang seperti biasa dan terbuka. Aku ambil beberapa baju dan celana kotor juga pakaian dalam suamiku. HAH??? Aku kaget sekali! Setelah mengangkat celana dalamnya yang ada ditumpukkan koper paling bawah, ada c*****************a yang bekas dipakai. Aku lihat ada bercak bekas sesuatu di celananya. Tak mungkin dia mau memberikan hadiah celana dalam bekas kepadaku, pasti bukan untukku! "Celana siapa ini? Ih bau lagi!! Celana bekas pakai! Sialan, udah berani dia menipuku!" gumamku sendiri. "Perasaan, suamiku tak bersama dengan sekretarisnya. Dan dia juga pergi sendiri ke sana. Kenapa bisa ada celana dalam perempuan? Bekas lagi! Kurang ajar berarti dia selingkuh selama disana. Aku harus menyelidikinya!" pikirku. Semua pakaian kotor, aku bawa dan masukkan di mesin cuci. Rencana akan ku cuci besok pagi. Sedangkan celana dalam berwarna merah berenda itu aku masukkan ke dalam kresek hitam dan sembunyikan untuk barang bukti. Setelah sholat aku pun tidur. Aku tak tahu mas Igun datang sampai rumah jam berapa. Pagi hari aku bangun dan aku bangunkan mas Igun agar sholat subuh. Dia kugugah tak bergerak sama sekali. Aku pun bangun dan duduk di tepi kasur. "Diana...Diana…" Mas Igun mengigau dengan menyebut sebuah nama. “Diana? Siapa Diana?” pikirku. Aku tak pernah mengetahui nama Diana yang suamiku igaukan. Memang baru sekali aku mendengar nama Diana dia sebutkan. Aku marah dan kesal mendengar nama itu, tapi masih kutahan saja. Aku ambil testpack yang ku simpan di dalam nakas samping tempat tidur ku dan membawa ke kamar mandi. Aku ragu disaat ini apakah aku hamil atau tidak? Karena beberapa kali sudah telat selama seminggu pasti tidak positif dan besoknya aku datang bulan. Akhirnya kuputuskan untuk menampung air seni ku di gelas plastik yang ada di kamar mandi. Setelah menampung kucelupkan semua testpack itu ke dalam gelasnya dan kuangkat. Kutunggu beberapa saat dan mucul lah dua garis. "Ahh...Alhamdulillah." Aku sangat senang sekali dengan kehamilanku ini. Aku tak percaya bahwa aku hamil. Tapi aku langsung teringat dengan c*****************a warna merah berenda yang kutemui di tas koper suamiku. Aku langsung buang air seninya dan kumasukkan gelas tadi ke tong sampah. Testpack ku letakkan di atas tisue yang kemudian kuuntel-untel dan masukkan ke dalam kantong plastik transparan bekas di atas wastafel. Dan aku simpan di laci lemari pakaian di bawah kertas koran setelah dari kamar mandi. Setelah kuambil air wudhu, aku sholat subuh karena mas Igun masih tidur. Setelah sholat ku bangunkan dia dan dia bangun. "Sayang, kok baru dibangunkan?" tanya dia dan langsung duduk kemudian beranjak turun dari kasur. "Kamu dari tadi ku bangunkan susah. Malah mengigau menyebut nama Diana, Diana gitu? Memang siapa Diana, mas?" tanyaku penuh selidik dan sengaja memancing untuk dia bicara dan jelaskan. "Ah, gak tau sayang. Mungkin kamu salah denger kali?" ucap suamiku yang pura-pura mengingatnya. "Ah, gak mungkin aku salah dengar. Aku masih di sampingmu loh, dan kamu dengan keras menyebut nama Diana!" ucapku kesal. "Sudah, sudah, jangan dibahas, wong aku juga gak kenal siapa Diana itu?" balasnya yang langsung berjalan menuju ke kamar mandi. Setelah itu, dia sholat dengan memakai pakaian sholatnya dan sarung. Aku membereskan tempat tidur dan langsung menuju ke dapur untuk menyiapkan kopinya. Selesai buat kopi, aku membuat sarapan nasi goreng. Tiba-tiba mas Igun jalan ke mesin cuci dan mencari sesuatu. Dia mengacak-acak isi mesin cuci yang ada pakaian kotornya dari dinas luar kota dan mengeluarkannya. "Mas, kamu cari apa?" tanyaku pura-pura bodoh dan tak tahu apa-apa. "Ehhh..Engg...gak kok, aku mencari kartu nama di kemejaku. Nanti aku cari lagi deh, soalnya ada kartu nama clienku, seingatku ada di kantong kemejaku yang aku pakai waktu meeting dua hari lalu!" ucapnya dan dia langsung membereskan kembali semua pakaian yang sudah dia keluarkan dari mesin cuci. "Ah masa sih mas? Perasaan kamu kemarin nggak ada bawa kemeja? Karena kamu pakai kaos berkerah saja dinas ke sana!" Ucapku yang membuat dia kaget. "Eh...eeehhhmmm..." ... ... BERSAMBUNG #Vote #Berikan Suara #Trending #Viral
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD