Childish boss 1

1120 Words
Lea baru saja memarkirkan mobil sedan merah baru miliknya di parkiran. Mobil yang ia beli dari hasil kerjanya selama 3 tahun terakhir sebagai manajer keuangan di perusahaan IT yang sangat bonafit di negeri ini. Dan semua itu tidak Lea dapatkan dengan cara instan. Dari kecil hingga ia lulus kuliah ia berhasil mendapatkan beasiswa karena otaknya yang memang cerdas. Semua itu Lea dapatkan dengan otaknya yang selalu bisa Lea andalkan. Karena secara finansial ia sangat kekurangan. Apalagi semenjak kedua orang tuanya meninggal saat ia SMA akibat kecelakaan secara otomatis Lea berperan sebagai pengganti orang tua untuk Dennis adik laki-laki satu-satunya sekaligus keluarga yang Lea miliki saat ini. Jadi sejak saat itu Lea bekerja keras untuk memberikan kehidupan yang layak untuk adiknya. Walaupun dengan demikian Lea harus bekerja keras dan hidup susah untuk menggapai mimpinya itu. Dan sepertinya Tuhan adil padanya. Nyatanya selama ini ia berhasil dalam bidang akademik dan langsung bisa mendapat pekerjaan setelah lulus kuliah. Dan setelah kerja kerasnya di perusahaan yang sudah hampir 5 tahun ini ia bekerja akhirnya ia diangkat menjadi manajer keuangan. Dan dari situ kehidupan Lea jauh lebih baik. Ia bisa membeli rumah ya walaupun tak besar yang penting nyaman untuk ia dan adiknya tinggali. Sedangkan sang adik sekarang sedang menyelesaikan kuliah di jurusan kedokteran di Jerman. Tenyata otak cerdas Lea menurun pada adik laki-lakinya. Buktinya ia sama seperti Lea selama sekolah selalu mendapat beasiswa. Dan sekarang ia mendapat beasiswa untuk kuliah di Jerman. Dan sebagai seorang kakak Lea sangat bangga pada sang adik. Karena sang adik bisa membuktikan kalau dirinya bisa berhasil seperti sekarang. Dan itu sudah lebih dari cukup bagi Lea. Semua kerja kerasnya selama ini berbuah hasil dengan prestasi yang sang adik peroleh. Dan Lea yakin kedua orangtuanya pasti bangga pada dirinya dan sang adik karena berhasil hidup bahagia dan layak walaupun kedua orang tua mereka sudah tiada. Walaupun begitu ada rasa rindu dan iri bila melihat orang lain bisa menunjukkan kesuksesan yang di raihnya untuk di perlihatkan kepada orang tuanya. Sedangkan Lea tidak menunjukkan itu kepada ayah dan bundanya karena mereka sudah terlebih dahulu meninggalkan Lea dan juga Dennis sang adik. Tapi Lea selalu berpikir positif jika di atas sana kedua orang tuanya pasti sangat bangga akan dirinya dan juga Dennis. Dan itu menjadi penyemangat bagi Lea untuk hidup lebih baik lagi. Lea begitu ia sering dipanggil merasa bahagia dengan hidupnya sekarang. Secara karier ia sudah cukup puas karena sudah bekerja di perusahaan. Yang bonafit. Ia juga memiliki adik yang sangat ia cintai. Serta para sahabat yang selalu ada untuknya. Serta yang paling penting ia memiliki pacar yang sayang padanya. Di tengah segala macam halangan dan cobaan dalam hidup, Lea masih memiliki seseorang laki-laki yang begitu sangat menjaga dan mencintainya yaitu calon suaminya Barra Yudhantara laki-laki yang Lea kenal secara tak sengaja ketika  meeting bersama ketika perusahaan tempat Lea bekerja menjalin kerjasama dengan perusahaan tempat Barra bekerja untuk mengerjakan sebuah proyek yang perusahaan mereka kerjakan secara bersama. Sosok Barra yang dewasa dan tenang membuat Lea jatuh hati padanya. Hingga akhirnya mereka memutuskan untuk menjalin asmara sejak 2 tahun yang lalu. Dan 6 bulan yang lalu Barra melamarnya untuk menjadi isterinya yang tentu saja langsung Lea terima karena ia yakin Barra adalah sosok suami yang tepat bagi dirinya. Dan sejak itu mereka pun mulai mempersiapkan segala hal tentang pernikahan mereka. "Barra, tapi kamu udah janji kan kalau Sabtu ini kita akan ketemu dan makan malam. Kamu juga janji mau nyari wedding organiser buat acara pernikahan kita kan? Trus sekarang kenapa batal lagi? Sebenarnya kamu serius gak sih sama rencana pernikahan kita? Kamu selalu saja ga nempatin janji," kata Lea marah dan langsung mematikan teleponnya. Lea lagi-lagi harus menelan kekecewaannya karena lagi-lagi Barra membatalkan janji padanya. Akhir-akhir ini Barra selalu membuatnya marah dengan alasan banyak kerjaanlah. Lea merasa Barra jadi berubah. Kira-kira 3 bulan terakhir Lea merasa sikap Barra berubah drastis padanya. Dan ketika mereka sedang membahas soal pernikahan pasti Barra kurang suka untuk menanggapinya. Lea merasa curiga dengan sikap Barra sekarang. Apa Barra sudah berpaling darinya? Apa Barra punya wanita lain? Begitu banyak pertanyaan di pikiran Lea. Tapi Lea gak mau mengambil kesimpulan yang tak pasti ia harus menyelidiki. Mungkin saja memang sekarang Barra sedang sibuk menyelesaikan pekerjaannya yang memang sedang banyak. Lea berusaha untuk selalu berpikiran positif pada sang tunangan. Lea kembali mengambil hpnya dan mencari group WA para sahabatnya. "Ntar malam kumpul di tempat biasa," kata Riri di groups WA itu. Tak berapa lama para sahabatnya sudah membalas dan akan datang nanti malam. Lea memasukkan hpnya ke tas dan bergegas menuju kantornya. Dan seperti biasa banyak sorot mata yang mengarah kepadanya. Hari ini Lea memakai celana kain warna hitam di padu dengan kemeja warna hijau tosca ketat yang memperlihatkan lekuk tubuhnya. Lea terus berjalan menuju ruangannya dan tak menggubris tatapan liar para karyawan di kantornya. "Tania bawakan laporannya ke ruangan saya sekarang," perintah Lea pada asistennya. Tak berapa lama Tania masuk ke ruangannya dengan membawa beberapa laporan yang diminta Lea. "Tania ini laporan apa? Kenapa semua laporan ini salah? Apa kemarin kamu tidak mendengar semua instruksi saya," kata Lea marah ketika melihat hasil kerja Tania yang berantakan. "Maaf bu. Saya sudah mencoba mengerjakan laporan yang ibu minta. Tapi maaf kalau masih salah," kata Tania menunduk karena takut melihat wajah Lea. Tania hanya menunduk saja ketika Lea memarahinya. Sebenarnya Lea tak ingin menjadi orang suka marah tapi ketika sudah berhubungan dengan pekerjaan, Lea akan bekerja dengan tegas dan profesional. Jadi tak heran Lea cukup di segani oleh beberapa karyawan lainnya karena sikapnya yang sangat serius bila berkaitan tentang pekerjaan. "Sudah tinggalkan semua laporannya di meja saya. Kamu kerjakan yang lain. Dan saya harap kamu tidak melakukan kesalahan lagi. Jika ada hal yang kamu tidak mengerti kamu bisa tanyakan ke saya. Saya akan menjawab pertanyaan kamu," kata Lea tegas. " Baik Bu. Saya tidak akan mengulangi lagi. Sekali lagi saya minta maaf," kata Tania patuh. Tania pun meninggalkan ruangan Lea. Lea pun segera tenggelam dalam laporan-laporan yang berserakan di mejanya. Ia merasa hari ini hari yang buruk. Setelah tadi pagi Barra sudah membatalkan janjinya dan sekarang ia harus segera menyelesaikan laporan ini karena nanti siang akan meeting yang membahas laporan ini. 19.00 WIB Lea kembali melihat jam tangannya. Jam sudah menunjukkan pukul 7 malam dan ia baru saja selesai kerja setelah ia mengerjakan semua laporan tadi dan meeting yang memakan banyak waktu. Untung saja ini hari Jumat jadi besok ia akan seharian tidur karena beberapa hari ini ia pulang lembur karena ia harus menyelesaikan pekerjaan yang sudah jatuh tempo. Lea baru saja memasukkan barang-barang bawaannya ke dalam mobil karena ia akan menemui para sahabatnya di tempat biasa nongkrong. Ia sudah sedikit telat karena sejak tadi para sahabatnya sudah meneleponnya menanyakan dimana dia sekarang. Lea pun segera melajukan mobilnya ke tempat nongkrong dimana para sahabatnya sudah menunggu. "Semoga saja gak macet," kata Lea yang sudah berada di jalanan ibukota yang mulai gelap. Happy reading
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD