4. Pratama Handoyo

1630 Words
Ilona belum mulai bekerja namun ia masih menjalani trainingnya dengan berlatih bersama Carissa serta menyaksikan para caddy lainnya ketika memandu para pegolf yang tengah berlaga. Berbagai istilah dan teknik permainan dalam golf diajarkan oleh Carissa. Tidak hanya di lapangan, Ilona juga diajak nonton video turnamen golf internasional. Tentu saja ilmu yang dimiliki Ilona semakin bertambah. Setelah mendapatkan pelatihan selama dua minggu, akhirnya Ilona memulai debutnya sebagai caddy. Ia terlihat cantik dengan seragam caddy warna putihnya. Topi putih pun bertengger di kepalnya, tak lupa ia memoles wajahnya dengan make up tipis agar penampilannya semakin fresh. Ia belajar banyak dari para seniornya. Di tempat ini ia akan banyak bertemu dengan orang-orang penting baik pejabat maupun pengusaha maka dari itu penampilannya harus benar-benar diperhatikan. Ilona yang sudah cantik pun semakin terlihat cantik, bisa dibilang ia adalah caddy tercantik yang ada di sana. Seharusnya ia mengikuti training selama tiga bulan lamanya, namun Carissa tak butuh lama untuk melatihnya karena Ilona merupakan gadis yang pintar dan mudah menangkap semua pelajaran yang diberikannya. "Alhamdulillah, akhirnya kamu bisa mulai bertugas. Semoga sukses ya!" Carissa memberikan semangat kepada temannya. Ia yakin seratus persen gadis cantik di sampingnya itu akan bekerja dengan baik. Ia yakin jika Ilona akan menjadi seorang caddy terbaik yang dimiliki oleh Padang Golf Pesona Indah. Permainan golf Ilona pun luar biasa bagus. Tentu saja karena dulu sewaktu usia SD dirinya sering diajari kakeknya bermain golf. Kakeknya memiliki sebuah villa keluarga yang dilengkapi fasilitas lapangan golf, sayangnya itu hanya masa lalu karena kejayaan kakeknya tak diikuti kedua anaknya yang mengalami kebangkrutan hingga semua aset dijual dan tak tersisa sedikit pun. "Terima kasih banyak ya, Sa. Ini juga berkat kesabaran kamu dalam melatih dan membimbing aku."Ilona bersyukur Carissa telah banyak memberikan ilmu kepadanya. Di tengah kesibukannya Carissa selalu membagi waktu dengannya. Ia sangat sabar dalam menghadapi Ilona sehingga Ilona merasa sangat nyaman dan bisa dengan mudah menerima pelajaran dari Carissa. "Hari ini aku sudah siapkan tamu yang harus kamu temani untuk debut pertama. Kamu ga sendiri ada Cindy yang akan bantu. Semoga kamu sukses!" Carissa memberikan informasi penting terkait pekerjaan Ilona hari ini. Ia telah menyiapkan semuanya dengan baik. "Iya." Ilona tentu saja sudah siap. Ia tak sabar ingin segera turun ke lapangan. Tak lama kemudian muncul sosok pria tinggi berkulit sawo matang mendekat ke arah mereka. Dari jauh ia tak henti tersenyum ke arah mereka berdua. "Selamat siang nona-nona cantik!" Dengan penuh rasa percaya diri ia yang lebih awal menyapa mereka berdua. "Selamat siang, Pak Tama. Perkenalkan ini Ilona, pengganti Fanya." Carissa menyapa seorang pria yang cukup tampan bernama Tama. Pria muda itu berusia kira-kira tiga puluh tujuh tahun. "Oh, senang berkenalan denganmu, Nona." Pria yang dipanggil Tama oleh Carissa mengalihkan pndangan ke arah Ilona dan menyapanya ramah. "Ilona, panggil saja Lona!" Ilona menerima jabat tangan dari pria di hadapannya, persisi seperti apa yang dilakukan oleh Carissa "Pratama." Pria berambut cepak itu tersenyum manis ke arah Ilona. Ia merupakan salah satu member di padang Golf Pesona Indah dan hampir semua caddy juga para official di sana mengenalnya dengan baik. Ia yang terkenal royal merupakan salah satu pegolf handal di kalangan pengusaha. Sayangnya, hampir satu bulan ia tak pernah berkunjung karena kesibukan bisnisnya di luar negeri. "Mohon maaf ya, Pak! kebetulan Fanya tengah pulang kampung jadi, dia tak bisa menemani Bapak hari ini." Dengan sopan Carissa memberikan informasi terkait absennya caddy yang biasa menemani Pratama. "Oh, tidak apa-apa. Kan sekarang ada Ilona."Pratama sejak tadi terus mengamati penampilan fisik Ilona mulai dari ujung kaki sampai ujung rambut. Gadis di hadapannya itu tampak menarik di matanya. Tubuhnya juga terlihat seksi dan mengundang hasrat kelaki-lakiannya. Berbagai pikiran liar seketika merasuki kepalanya. Pria beranak dua itu mudah sekali tergoda wanita cantik. "Kalau begitu saya tinggal dulu ya, Pak. Silahkan kalian ngobrol-ngobrol dulu." Carissa masih memiliki banyak urusan yang harus segera diselesaikan sehingga ia pamit meninggalkan keduanya. "Lona, selamat bertugas ya." Carissa tersenyum manis. Ia yakin temannya bisa menjalankan tugas dengan baik. "Iya." Ilona mengangguk. "Cindy sudah menunggu di tempat parkir." Carissa mengingatkan. "Terima kasih banyak Carissa." Pria kaya itu tersenyum puas karena ditemani oleh seorang caddy baru yang cantik jelita yang bisa dijadikan mangsa barunya. Pria dua anak itu terkenal playboy di kalangan para pengusaha. Entah berapa banyak caddy yang telah menjadi korbannya. "Mari Pak!" Ilona hendak mengambil alih tas yang ada di tangan Pratama. Ia berusaha memberikan pelayanan terbaik untuk Pratama. Ia ingat semua pesan Carissa, terlebih setelah selesai pekerjaannya hari ini sudah dipastikan ia akan mendapatkan tip dari partnernya itu. "Oh, iya." Pria itu lantas menyerahkan peralatan golf miliknya. "Kamu panggil saya Mas saja biar akrab." Pratama tersenyum genit. Sejak awal bertemu ia langsung jatuh hati kepada sosok gadis muda di hadapannya itu. "Iya, Mas." Ilona menurut. "Nah, gitu lebih enak didengar. Lebih dekat dan akrab." Pria bernama lengkap Pratama Handoyo itu terkekeh. Melihat dari gelagatnya. Pria bernama prtama itu sepertinya menunjukkan ketertarikan kepadanya. Ilona menyadari hal itu. Ilona harus sabar menghadapi pria yang kini bersamanya. Ini hari pertamanya bertugas sebagai Caddy, ia tak mau mengecewakan parternya. Ia tak ingin kehilangan pekerjaan lagi akibat kecerobohannya. Keduanya segera menuju mobil golf yang terparkir, di sana sudah ada Cindy, caddy senior yang akan mendampingi Ilona. "Pagi, Kak." Ilona berusaha mengakrabkan diri dengan menyapa seniornya. Ia harus berusaha menampilkan imej yang baik di hadapan para senior. Dunia caddy itu cukup keras karena banyak persaingan dalam merebut hati para pegolf yang datang. "Pagi, Ilona, Pak Tama." Cindy menyapa mereka dengan ramah. Bukan hanya ada Cindy. Di sana juga telah berkerumun beberapa orang pria uang telah ditemani oleh caddy sewaan mereka. Begitu melihat sosok Pratama langsung menyambutnya dengan hangat. "Kemana saja Bos?" Salah seorang dari mereka mengajukan pertanyaan kepada Pratama. "Lagi ada urusan di Malaysia." Pratama memberikan alasan. "Wah, pantas saja." Tak lama mereka berbasa-basi karena para pria yang hendak bertanding itu segera bersiap masuk mobil untuk menuju lapangan pertandimgan. Pratama merupakan salah satu dari mereka. *** Akhirnya usai sudah Ilona menjalankan tugasnya. Ia merasa sangat lelah. Maklum cuaca hari ini benar-benar panas hingga membuat kulitnya terbakar. Beruntung Carissa mengingatkan dirinya untuk senantiasa menggunakan sunblock. Sebelum pulang, Ilona diajak makan siang oleh Pratama. Sebagai perayaan kemenangannya di pertandingan yang baru selesai. Keduanya kini tengah duduk saling berhadapan di sebuah restoran yang terletak di dalam gedung besar yang merupakan penginapan. "Kita belum berkenalan lebih banyak." ujar pria itu memulai percakapannya. Ilona tersenyum paksa. Bukannya sejak awal mereka sudah berkenalan dan telah banyak berbincang di lapangan. "Ngomong-ngomong umur kamu berapa?" Ia mulai mengorek informasi bersifat pribadi. "Dua puluh, Mas." Ilona menjawab pelan. Sejak tadi ia berusaha menahan diri agar bisa bersikap normal. "Pantas saja kamu tampak imut. Kamu juga sangat cantik." Ia mulai berani menggombal. Sejak awal pertemuan ia senang mencuri pandang ke arah gadis caddy yang menjdi dambaannya. "Terima kasih." ucap Ilona lirih. Meski ia merasa jengah namun harus tetap sabar dalam menghadapi partnernya itu. Ia harus memberikan kesan baik apalagi ia seorang member yang memiliki hak istimewa untuk menerima pelayanan baik dari semua caddy di tempat itu. "Saya masih kuliah Mas, semester empat." Gadis cantik itu memberikan informasi tambahan tentang data dirinya. "Wah hebat sekali." Pria pengusaha di bidang properti itu memberikan pujiannya seraya menatap si gadis caddy itu dengan tatapan penuh kekaguman. Ilona tersenyum malu. "Sebelum menjadi caddy kegiatan kamu apa?"Pratama seolah tengah mewawancara. Ia terus mengajukan pertanyaan lainnya. "Dulu saya kerja di cafe." Entah mengapa Ilona malah tak keberatan membagi informasi kepada pria yang belum dua puluh empat jam dikenalnya itu. "Saya salut sama gadis-gadis yang mau bekerja keras." Ia tidak bohong. Ia kagum kepada gadis cantik yang memiliki kesibukan. "Kebetulan ayah saya sudah tiada dan ibu sedang sakit jadi saya harus memenuhi segala kebutuhan keluarga." Ilona seolah tengah melakukan sesi curhatnya. Ia membagi sedikit bebannya. "Semoga kamu bisa menghadapinya dengan sabar. Namanya hidup pasti akan banyak ujian dan cobaan. Kamu jangan khawatir kalau butuh bantuan, dengan senang hati pasti saya bantu." Pratama mulai melakukan aksi pendekatan. Kelemahan dari Ilona bisa dijadikan senjata untuk menaklukkan gadis yang benr-benar telah membuatnya jatuh hati. "Aamiin, terima kasih banyak, Mas." Ilona merasa senang ada seseorang yang berempati kepadanya. Tak lama pesanan makan siang mereka datang. "Mari, kita majan dulu!" Keduanya lantas menyantap hidangan yang telah tersedia. Ia bersyukur karena akhir-akhir ini ia tak perlu lagi mengeluarkan uang untuk makan. Meskipun demikian terkadang hati kecilnya ingat akan kakek dan kedua adiknya di rumah kontrakan. Ia makan enak sementara orang rumah makan seadanya. Selama acara makan, keduanya banyak berbincang. Pratama yang sangat aktif membangun komunikasi, sehingga keduanya menjadi akrab seolah telah lama berkenalan. "Bagaimana kalau kita pulang bareng?" Pratama memberikan tawaran. Sebetulnya ia tengah melanjutkan aksi pendekatannya. "Saya belum waktunya pulang." Ilona tampak bimbang. Masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan. "Tenang saja, saya bisa atur. Mereka pasti mengizinkan kamu pulang." Pratama memberikan garansi. Bagi seorang Pratama Handoyo, membawa pulang caddy adalah perkara yang sangat mudah. Sebagai member dan sosok yang royal ditambah ia kenal dekat dengan pemilik padang golf itu, ia memiliki kekuasaan. "Iya." Akhirnya Ilona pasrah. Rasanya sulit menolak Pratama. Pria itu lantas mengeluarkan dompetnya dan memberikan sepuluh lembar uang kertas pecahan seratus ribu. "Oh, iya ini tip kamu hari ini. Terima kasih sudah menemani saya." Pratama menyerahkan hak Ilona yang sudah menjalankan kewajibannya sebagai caddy. Ilona malah terdiam. Melihat bayaran yang cukup banyak membuatnya tak tentu laku. "Ambil! Kurang ya?" Pratama malah hendak mengeluarkan isi dompetnya lagi. "Ini sangat banyak, Mas." Ilona merasa apa yang diberikan oleh Pratama itu berlebihan. "Ambil! Dan di lain kesempatan saya akan memberikannya lebih banyak lagi asalkan kamu memberikan pelayanan yang memuaskan. " Pria brewokan itu terkekeh. Baru kali ini ia menemukan caddy yang merasa keberatan karena dibayar mahal. "Terima kasih, Mas." Ilona menerimanya dan tak lupa kembali mengucapkan rasa terima kasihnya. Ia bersyukur mendapat rezeki lebih yang akan ia gunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya *** Bersambung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD