"Apa kau pernah menandatangani sesuatu yang Irfan berikan padamu?" Bella mengulang pertanyaannya. Airin masih diam, mencoba mengingat-ingat. Akhirnya dia hanya mengingat satu hal saja. "Satu-satunya yang pernah kutanda tangani adalah surat persyaratan pernikahan kami, Bell," jawab Airin kemudian. "Licik! Benar-benar licik!" Bella terdengar mengumpat dari seberang telepon. "Bell?" "Suamimu itu tidak bisa dimaafkan, Rin! Dia itu licik! Mamanya juga! Rupanya semua sudah mereka rencanakan dari jauh-jauh hari sebelumnya." Airin menelan ludah, bersiap dengan apa yang akan Bella katakan. "Dengar, Airin. Uang asuransi jiwa kedua orang tuamu, juga rumah beserta isinya yang terbakar itu, sudah dicairkan atas nama Irfan Setiawan, dan atas surat persetujuan darimu." Tubuh Airin seketika berget

