"Gimana keputusan Salsa?" tanya wanita paruh baya yang sedang menatap tajam anaknya.
Sudah 1 minggu sejak Satria mengirimkan pesan kepada Salsa tentang permintaan sang Bunda untuk menikah kembali. Dan selama 1 minggu itu pula Satria tiba-tiba menghilang bagai ditelan bumi, tidak bisa dihubungi, kerjaan dari klien keteteran, dan rumah yang biasa Satria dan Salsa tempati kosong, hanya ada ART--Mbak Inah.
Dan saat ini, Satria dengan dagu yang ditumbuhi rambut-rambut halus dan tubuh yang tidak terurus sedang berada di ruang tengah, diintrogasi oleh kedua orangtua nya. Pria dengan pakaian acak-acakan itu tidak menjawab dan hanya menunduk menatap gelas berisi air mineral di genggaman nya.
"Jawab Bunda mu, Mas!" geram Arya Bismantara--Ayah Satria.
Bukannya menjawab, Satria malah mengambil ponsel yang ada di dalam celana bahannya dengan tampang ogah-ogahan. Kemudian, membuka dan menyerahkan ponsel tersebut pada Bunda nya.
Disana terlihat jelas percapakan yang dilakukan Satria dengan Salsa.
Salsa:
'Kamu nggak perlu tau aku ada dimana saat ini, dan tolong untuk saat ini jangan hubungin aku. Dan jangan coba untuk cari aku.
Bunda memintamu untuk menikah lagi itu terserah kamu, Sat. Aku malah setuju dengan keputusan Bunda. Dengan itu, kamu nggak akan minta aku untuk mengandungkan? Itu malah yang aku inginkan. Carilah wanita yang siap untuk menjadi istri keduamu.
Dan satu lagi, ketika kamu sudah menikah dengan wanita itu nantinya, jangan sampai bocor ke media. Itu akan merusak citra ku di hadapan publik. Aku nggak mau!'
Itulah sederetan pesan yang diterima Satria 1 minggu yang lalu, yang mengatakan jika Salsa menyetujui perihal tentang Satria menikah lagi.
Setelah membaca pesan itu 1 minggu yang lalu, Satria langsung mencoba untuk menelfon Salsa meminta kejelasan. Tapi sayangnya tidak ada jawaban sama sekali. Oleh karena itu juga, Satria pergi selama 1 minggu tanpa kabar untuk mencari ketenangan.
"Baiklah, minggu depan kamu menikah." jawab Bunda Ita geram setelah membaca pesan dari Salsa itu. Bagaimana bisa anak nya yang selama ini berjuang untuk istrinya diperlakukan seperti ini? Ia tak terima, sungguh.
Mendengar itu, Satria langsung menengadahkan kepala, menatap sayu Bunda nya. "Bun.." pinta nya putus asa.
"Turuti semua perkataan, Bunda kamu. Kami sudah menemukan calon yang cocok untukmu. Yang nantinya mau menerima segala kekurangan dan kelebihan kamu, Mas." tegas Ayah Arya.
Satria sudah pasrah, ia tak tau harus apalagi. Ingin sekali pria itu mempertahankan pernikahan nya, tapi mengingat pesan dari Salsa itu membuatnya frustasi. Satria pun bertanya-tanya dengan perasaan Salsa kepadanya. Apa istrinya itu masih ada rasa dengannya?
Pria itu menyandarkan kepalanya pada punggung sofa dengan kepala menengadah menatap langit-langit ruang tengah yang terdapat lampu hias besar di tengahnya. Sedangkan, Ayah dan Bunda nya berlalu begitu saja meninggalkan Satria.
Tiba-tiba sudut mata pria itu keluar air begitu saja, 'Kenapa seperti ini takdirku, Ya Allah.' batin Satria.
****
Di tempat lain, sosok gadis cantik tengah menatap sendu anak-anak yang berlarian dan tertawa di taman rumah sakit. Gadis itu Ayla. Andai ia menjadi anak kecil lagi, pasti itu akan menyenangkan. Anak kecil tak pernah memikirkan beratnya beban kehidupan. Yang mereka pikir hanya bermain, makan, dan bersenang-senang.
Ingatan nya berputar pada 6 hari yang lalu, ketika Ita dan Arya datang menjenguk sang Ibu. Pasangan paruh baya itu awalnya menawarkan biaya operasi untuk Ibu nya, bagaikan pahlawan kesiangan yang dengan senang hati membantu pengobatan Maya--Ibunya. Namun, Ayla salah besar, tak ada yang gratis di dunia ini. Pasangan itu meminta Ayla untuk bersedia menikah dengan putra mereka.
Ayla yang saat itu shock hanya bisa terdiam, untung saja waktu itu ibunya sedang tidur, jadi ibunya itu tak mendengar apa yang mereka bicarakan.
Ayla bingung dengan permintaan Ita dan Arya, bagaimana bisa mereka menikahkan anak mereka lagi? Apa tanggapan istrinya nanti?
Ayla juga tak ingin menjadi orang ketiga di rumah tangga orang. Ia tak mau disebut sebagai perebut suami orang. Apa mungkin putra mereka telah bercerai?
Tapi kembali lagi mengingat tentang biaya operasi sang ibu yang tidaklah sedikit. Usaha laundry nya itu tak akan mungkin bisa membiayai uang operasi sang ibu.
Tring! Tring!
Dentingan suara ponsel, membuyarkan lamunan nya. Cepat-cepat ia angkat telfon masuk tersebut.
"Assalamualaikum.."
"Waalaikumsalam.. Dek."
Ayla kenal dengan suara ini, ini adalah suara Bu Ita.
"Iya bu, ada yang bisa saya bantu?"
"Bisa ke rumah ibu sekarang? Ada yang ibu pengin omongin."
Cukup lama Ayla terdiam untuk berfikir.
"Ah iya bu saya kesana sekarang."
"Baiklah ibu tunggu, Assalamualaikum.."
"Waalaikumsalam.."
Ayla menutup sambungan itu, dan bergegas ke kamar ibunya dirawat untuk berpamitan dan mengambil kunci motornya.
****
"Bagaimana keputusan kamu tentang tawaran Ibu kemarin?"
Ayla terdiam kaku. Saat ini gadis itu tengah duduk di sofa ruang tamu dengan tangan bertaut gugup. Disana ada Ita dan Satria yang duduk di sofa panjang. Dan Arya duduk pada sofa single.
"Ma-maaf. Ta-tapi a-apa Mas Satria sudah bercerai dengan istrinya?" ucap Ayla terbata-bata, ia sangat gugup sekarang ini.
"Belum." jawaban dari mulut Ita membuatnya menegang. Bagaimana bisa?
"Nanti kamu akan menjadi istri kedua dari putra Ibu, Dek." tambahnya.
Mendengar kalimat itu membuat nyeri di dada Ayla, tangannya terulur untuk menekan dada guna mengurangi rasa sakit. Matanya terpejam sekuat tenaga untuk menahan air mata yang ingin keluar.
"Dan Salsa, istri dari putra Ibu meminta untuk merahasiakan pernikahan kalian ini." Cukup, cukup sudah. Ayla tak bisa lagi menahan air mata nya.
"A-artinya pernikahan dilakukan secara siri?" tanya Ayla dengan air mata yang terus mengalir.
"Mungkin, i-" belum sempat Ita menyelesaikan ucapannya, Satria tiba-tiba menyela.
"Tidak! Tidak akan ada pernikahan siri. Satria nggak mau menikah siri." tegas Satria yang sedari tadi diam.
'Kumohon berikan jalan-Mu, Ya Allah. jika ini yang terbaik tolong permudahkan segalanya. Tapi jika ini salah tolong hentikan, Ya Allah. Maaf aku nggak bisa pertahanin pernikahan kita, Sayang. Aku tau semua ini salah, tapi seandainya kemarin kamu melarangku untuk menikah lagi. Aku akan lebih dan lebih berjuang untuk rumah tangga kita.' Batin Satria
"Pernikahan ini akan dilakukan secara sah di mata hukum dan agama. Kita akan melakukan nya di Malang. Satria punya rumah disana. Dan nanti setelah pernikahan, kamu dan ibumu tinggallah disana."
Ayla terdiam cukup lama. "Baiklah saya setuju."
Mendengar jawaban Ayla, Arya dan Ita pun mengucap Alhamdulillah bersama. Sedangkan, Satria hanya menatap gadis itu datar.
"Tapi tolong jangan katakan pada Ibu saya. Jika saya adalah istri kedua." tambah Ayla.
"Baiklah tidak masalah." ucap Ita dengan senyum mengembang.
****