Putri, Sang Nenek Gunung

1070 Words
“Sssst… Ssssst… Put… Put!” Panggil makhluk yang saat ini tengah bergantung di atas pohon besar yang ada di depan Putri. “Pat… put… pat… put… memanggnya suara kentut? Apa? Berisik sekali!” “Kau tidak bosan sendirian di sini?” “Lalu kau bosan?” “Ye, kalau aku ‘kan banyak teman yang sejenis. Itu diujung sana ada si Wowo, si tubuh panjang nan seram. Dan di sebelah selatan itu ada di Popo, mahkluk berbalut kain putih kusam.” “Cih, itu kan jauh. Teritorial kalian berbeda. Kau tetap saja sendirian di pohon besar itu!” “Tunggu saja, aku akan beranak pinak di sini!” “Memangnya kau bisa? Pasangan pun tak ada?” “Weish… jangan salah! Aku sedang PDKT sama si Wowo. Jika dia mau mengawiniku, kau jangan iri saja jika keturunanku akan ada di sini menemaniku.” “Terserah kau sajalah! Aku mau tidur. Jangan ganggu!” Seperti malam-malam sebelumnya, setelah ‘berpatroli’ mengelilingi gunung yang luas ini Putri menatap jauh ke bawah kaki gunung. Di sana kerlip lampu-lampu yang berasal dari rumah-rumah warga tampak menyapanya. Walaupun pemandangan malam ini tampak indah, tapi dia tetap saja merasa kesepian seperti biasanya. Sungguh menyedihkan! Hidupnya sebagai manusia harimau membuatnya bosan. Hidup abadi ternyata tak seindah yang diinginkan kebanyakan manusia. Dia sudah banyak melihat orang-orang yang datang dan pergi silih berganti. Sedangkan dia masih sama seperti ribuan tahun yang lalu. Yang berbeda hanya satu, emas yang dia kumpulkan semakin bertambah banyak. Mulai dari peninggalan jama kerajaan Sriwijaya, sampai emas yang dia dapatkan dari hasil berkelana. Temannya pun hanya mahluk-mahluk yang bergentayangan di gunung ini. Mereka yang selalu usil dengan manusia-manusia yang datang ke gunung. Selain itu, tidak ada! Untuk turun gunung pun dia sungkan dan malas. Karena tidak ada alasan kuat untuknya turun gunung. Jika untuk mencari makan dia bisa mendapatkannya di gunung ini. Sraaak… Suara dedaunan kering yang dilewati hewan-hewan yang ada di gunung ini membuat mata Putri kembali terbuka. Dia melihat ada seekor ular phiton berukuran cukup besar melintas di depannya. “Hai, Sis…” sapa si ular. “Sis? Aku tidak berdesis sepertimu!” “Itu panggilan yang lagi hits dikalangan manusia! Anda ini sangat tidak update ya.” “Kau itu ular atau manusia? Kenapa sibuk mengikuti tren manusia. Aku yang merupakan manusia harimau saja tidak terlalu perduli!” “Ah, kau ini tidak asik!” “Tolooooong… toloooong…” suara seseorang yang meminta tolong itu menyela obrolan unfaedah si ular dan sang Nenek. “Siapa lagi itu yang minta tolong di tengah hutan malam hari seperti ini?” Tanya si ular yang bingung. Dia melihat ke kanan dan ke kiri. “Paling itu manusia yang tengah berkemah di gunung dan diganggu oleh Popo atau wowo.” Jawab Putri malas. “Yang iseng kan biasanya si Kiti. Dia itu suka terbang ke sana ke mari. Suka sekali membuat orang takut.” Gumam ular phiton itu. “Yah, itulah pekerjaannya. Jika dia tidak begitu dia akan mati bosan.” “Hahahaha… Anda ini lucu. Kan dia memang sudah mati.” “Terserah kau saja! Sudah sana, pergi ke tujuanmu. Dan jangan menampakkan diri di depan manusia! Aku tuh capek jika harus menolong kalian terus.” Gerutu Putri seperti biasanya . “Huaaaa… Anda bisa capek juga ya? Aku pikir Anda tidak akan pernah merasa capek.” “Berisik! Pergi sana!” Usir Putri, si ular pun melanjutkan perjalanannya. Baru saja sang nenek ingin memejamkan matanya lagi. Seorang manusia mulai muncul di depannya. Manusia itu berdiri mematung di depannya. Keringat sebesar biji jagung mulai muncul di pelipisnya. Mungkin saat ini dia tengah takut melihat harimau besar dengan bobot lebih dari seratus kilo ada di depan wajahnya. Putri pun berusaha berdiri, gerakan itu membuat manusia itu terduduk di tanah. Tangannya mencari-cari sesuatu, berusaha menggapai apapun yang ada di dekat tangannya. “Ssssttt… tenang… tenang… aku datang ke sini tidak untuk mengusikmu.” Ucap manusia itu. “Ggggggrrrrtttt…” sang nenek merapatkan taringnya sambil terus memperhatikan manusia yang ada di depannya. “Doniiii…” teriakan manusia lain membuat fokus sang nenek pecah. Dia menatap asal datangnya suara dan manusia yang di panggil Doni ini bergantian. “Doniiiii…” suara itu semakin mendekat. Sedangkan Doni dia semakin takut. Dia takut distraksi suara itu membuat harimau yang ada di depannya justru marah. “Astaga!” Ucap orang yang tadi memanggil Doni. Dia sangat terkejut. Hal ini sama seperti yang dia Alamai beberapa waktu lalu. Orang itu memberikan isyarat kepada Doni dengan gerak tangannya. Doni berusaha mencerna hal itu. Tapi rasa takutnya membuat dia tak bisa paham. ‘Dasar manusia-manusia bodoh! Kenapa mereka ada di sini? Apa yang mereka lakukan tengah malam ini?’ Gerutu Putri yang waktu tidurnya diganggu. Karena malas melihat dua orang yang tengah ketakutan, sang Nenek gunung pun mengaum dan melompat jauh ke dalam hutan. “Njiiir… itu tadi beneran harimau sumatera?” Tanya Doni kepada orang yang tadi memangginya. “Lo pikir?” “Siapa tau gue berhalusinasi tadi.” “Eh, oncom. Kenapa lo tiba-tiba teriak minta tolong? Lo tahukan di dalem hutan tuh nggak baik teriak-teriak apalagi malem gini!” “Sori, Gas. Gue takut banget tadi. Ada mahluk putih terbang ngejer gue pas lagi buang hajat.” “Asem! Lo lagian ngapain buang hajat sembarangan di tengah hutan di atas gunung gini!” “Kebelet elaaah.” “Ya udah, ayok balik ke posko lagi. Besok kita bakal turun gunung! Lagian bisa-bisanya gue ikutin ajakan lo yang tiba-tiba mau buka tenda di gunung!” Gerutu Bagaskara, orang yang mencari Doni tadi. “Oke, eh Gas. Ngomong-ngomong itu tadi harimau kok malah pergi ya? Gue kira dia bakal menerkam kita.” “Lo ngarepnya gitu? Gue sih bersyukur dia pergi. Ketimbang kita di makan.” “Hehehehehe… Iya sih gue juga bersyukur. Ayok, Gas. Kita cepet-cepet ke posko. Gue takut itu mahluk putih balik lagi ngejer kita.” “Hush! Ngomong jangan sembaranga!” Tegur Bagaskara. Mereka berdua pun berjalan cepat menuju posko yang mereka maksud. Putri hanya memperhatikan mereka dari kejauhan. Dia sangat kesal, waktunya beristirahat terganggu oleh kedatangan mereka berdua. Dua orang itu terus berjalan keluar dari hutan.  “Astaga!!!!” Teriak Doni. Baru saja mereka lega karena bahaya yang tadi mereka hadapi sudah berlalu. Tapi kali ini mereka melihat sesuatu yang membuat mereka tak mampu bergerak.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD