20. Surprise

1043 Words
"Anna lihat, aku bawa apa?" Jujur saja, Anna tidak paham kenapa Roger terlihat senang sekali. Padahal tidak ada yang sangat spesial dengan sapu tangan hitam atau slayer? Entahlah, Anna juga tidak yakin karena lebaran kain hitam saja. "Itu sapu tangan, ya?" "Bukan. Ini punutup mata. Tutup matamu, aku ingin menunjukkan sesuatu." Anna belum menjawab. Anna juga belum menyetujui, Roger langsung saja berdiri di belakang tubuh Anna, memasangkan penutup mata itu di kata calon istrinya ini. Setelah itu, Roger memutar tubuh Anna pelan sebanyak tiga kali yang hampir membuat Anna terjatuh kalau tidak ditahan oleh Roger itu sendiri. "Maaf, Na. Kau tidak apa-apa?" tanya Pria itu agak khawatir karena Anna langsung diam saja. Anna yang dasarnya berpegangan pada Roger hanya tersenyum meski hanya bibirnya yang terlihat. Binar terang di matanya tidak terlihat karena ditutup sementara waktu. "I am okay, Kak." Roger lantas merengkuh bahu Anna dan menuntun perempuan itu untuk pergi ke suatu tempat yang Roger pikir akan mengejutkan Anna. Mereka sudah keluar dari vila, kemudian menyusuri jalan setapak di belakang Vila hingga suara jangkrik terdengar begitu riuh seakan menyambutnya. "Kak ini dimana? Kau tidak akan meninggalkanku sendiri, kan?" Anna bertanya pelan. Meski tahu ada Roger di belakanganya, dia tetap takut kalau sampai ditinggalkan seorang diri. "Hukum aku kalau hal itu sampai terjadi, Na." Roger tetap menuntun Anna lebih jauh. Setelah sampai di tempat yang memang Roger inginkan agar Anna bisa melihatnya, dia memberi instruksi pada kekasihnya ini. "Aku buka penutupnya. Setelah hitungan satu sampai tiga, kau baru boleh buka matamu, paham?" "Paham." Jawab Anna mantap. Roger langsung membuka penutup mata Anna dan menjauh. Setelah Anna menghitung satu sampai tiga, Anna membuka matanya. Dia terdiam untuk waktu yang lama karena hanya Roger yang terlihat berdiri agak jauh di depannya. "Kak? Nanti kalau-" Perkataan Anna belum selesai saat Roger lebih dulu menarik-narik atau menganggu entah apa rerimbunan di sebelahnya sampai terbanglah puluhan, bahkan ratusan serangga yang menyala di malam hari. Anna terpana dengan apa yang ia lihat menggunakan matanya sendiri. Bertahun-tahun, dia tidak pernah merasa sebebas ini. Tanpa sadar Anna berjalan mendekat dan Roger mengulurkan tangannya yang langsung Anna terima uluran tangannya. "Aku seperti hidup di dunia lain, Kak. Tidak pernah merasa sebebas ini sebelumnya." Roger seperti tersihir melihat mata Anna yang berbinar terang, sayangnya dia melihat ada buliran air yang jatuh dari sudut matanya yang cantik. Namun, Roger hanya diam saja. Dia tidak akan bertanya karena Roger tidak mau Anna harus memikirkan jawabannya. Biarlah seperti ini saja. "Kau suka?" Anna tidak menjawab, dia melihat ke sekitar, sedikit menarik rerumputan tinggi yang membuat koloni serangga bercahaya itu berterbangan lebih banyak. "Berapa lama aku hidup dan baru tahu semua ini. Ya Tuhan... indah sekali ciptaan-Mu." Malam yang begitu cerah dengan cahaya bulan yang seakan menerangi wajah Anna membuat Roger semakin sadar kalau Anna adalah perempuan tercantik dalam hidupnya. Katanya, cinta itu buta. Maka mungkin itu benar adanya. Hanya Anna yang terlihat cantik di mata Roger. Rasa-rasanya, dia ingin sesegera mungkin menjadikan Anna istrinya. Anna menoleh, dia melihat ke arah Roger dengan mata penuh harapan. "Kalau Kakak pulang nanti, maukah membawaku ke sini lagi? Aku suka dengan kunang-kunang. Sudah lama aku tidak pernah melihatnya. Terakhir kali waktu-" Anna terdiam karena dia juga tidak ingat kapan tepatnya. Tapi sepertinya, hanya masa kecil Anna bersama Roger dan kedua kakaknya yang terkenang. Mereka suka bermain malam-malam di taman untuk menangkap kunang-kunang kemudian kalau pulang, baru dilepaskan. "Waktu kapan?" Roger bertanya pelan. Tangan kanannya bahkan sudah terangkat dan menyelipkan rambut Anna yang terjuntai di depan wajahnya. Daripada menjawab, Anna malah menggeleng pelan dan kembali tersenyum. Dia senang sekali Roger bersamanya. Entah apa yang akan terjadi nanti, Anna tidak mau memikirkannya. Yang dia tahu, sekarang dia bersama Roger, itu sudah cukup. "Terima kasih, Kak." Bisik Anna begitu merdu. Roger tidak mengangguk ataupun mengiyakan ucapan terima kasih Anna. Yang ada, dia melangkah mendekat dan mendekap tubuh Anna erat tapi tetap memperhatikan tangan Anna. "Kau keajaiban ku, Anna. Terima kasih sudah menerima pria yang tidak ada apa-apanya jika ini." "Terima kasih juga sudah menerima perempuan yang memiliki banyak kekurangan sepertiku, Kak." "No." Roger melepas dekapannya, lantas memeluk pinggang Anna dengan tangan yang satunya lagi merengkuh sisi wajah cantik perempuan itu. "Tidak ada orang yang sempurna di dunia ini, Na. Jadi berhenti mengatakan hal seperti itu, aku tidak suka." Anna hanya mengangguk seadanya. Kemudian tersenyum lagi yang langsung dihadiahi usapan sayang di sisi wajahnya yang ayu. "Aku bisa gila kalau dekat-dekat dengan mu, Na." Roger mundur. Dia ingin sekali mencium perempuan cantik di depannya ini. Namun, dia tidak boleh melakukannya. "Sudah sana main lagi dengan kunang-kunang. Kau suka dengannya, kan?" Perempuan itu mengangguk antusias, lantas berjalan sedikit menjauh, menganggu serangga di sana agar berterbangan. "Hati-hati kalau kupingnya kemasukan, nanti sakit." Peringat Roger saat Anna begitu antusias bermain. Padahal perempuan itu sudah dewasa, bukan anak-anak lagi. "Iyaaa," jawabnya meski agak samar. Dari jarak itu, Roger memilih mengabadikan moment yang ada di depan matanya. Dia mengambil gawai miliknya dan mengambil gambar Anna. Roger malah merasa mereka seperti berada di negeri dongeng. Semuanya tampak tak nyata tapi nyatanya nyata. "Na?" Anna langsung menoleh ke arah Roger yang sepersekian detik kemudian Roger langsung mengambil gambarnya dan Anna baru sadar kalau sedang difoto. "Memangnya kelihatan?" Tanyanya alih-alih marah minta fotonya dihapus. Perempuan kan biasanya seperti itu. Selalu khawatir kalau sampai foto aib aka foto candid yang menurutnya tidak terlalu bagus. Yang bagus-bagus saja yang boleh disimpan, yang jelek hapus. "Kelihatan dong, kan ada settingnya, Na. Kau mau lihat? Di sebelahmu ada-" "Kak Roger!" Anna berlari tunggang langgang dan hampir terjatuh kalau saja Roger tidak menahan setengah tubuhnya. "Kenapa ditakut-takuti!" tanyanya hampir menangis. Anna memang penakut kalau masalah hantu karena Anna pernah disesatkan di hutan seorang diri. Entah kerjaan siapa dulu ya mengubah rute hingga dia terpisah dengan gerombolannya yang lain dan berakhir tersesat di hutan belantara seorang diri. Anna bahkan berpikir kalau dia tidak akan bisa pulang dan mati di sana dengan mengenaskan. Syukur beribu syukur Anna ditemukan dengan semua orang yang dikerahkan oleh pihak yang mengadakan acara tentu saja bersama dengan papanya, kakak-kakaknya juga ikut mencari. "Maafkan aku." Kata Roger menyesal saat melihat mata Anna yang benar memancarkan ketakutan. Dia bahkan bisa merasakan tangan Anna yang bergetar. Kalau soal ini, Roger tidak tahu apa-apa. Yang dia tahu, Anna adalah perempuan pemberani. "Kembali saja." Pintanya yang langsung disetujui oleh Roger.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD