Pertemuan Kembali

2228 Words
“Aku menyesal ikut penerbangan hari ini,” kata Arletta tiba-tiba dengan pelan namun masih bisa didengar oleh Sofia. “Kenapa?” tanya Sofia bingung. “Eh, tiba-tiba aku merasa malas,” jawab Arletta sedikit panik. Wanita itu bingung ingin menjawab apa. “Bagaimana? Pilotnya tampan tidak? Idaman bukan?” tanya Sofia dengan semangat. Arletta menghela napasnya panjang. “Apa benar dia sudah menikah? Kau mengatakan itu tadi, benar?” tanya Arletta memastikan. Sofia menganggukkan kepalanya dengan cepat. “Dia mengisi datanya seperti itu saat mendaftar sudah menikah, namanya aja keren. Ibra Mark Goddard, andai saja belum menikah pasti penggemarnya banyak. Tadi saja banyak yang terkesima, aku yakin mereka juga pasti berpikiran hal yang sama. Mungkin nanti akan ada yang secara terang-terangan menggoda kapten Ibra,” kata Sofia dengan semangat. “Apa kau bisa membawa koperku? Aku ingin ke kamar mandi sebentar,” kata Arletta tiba-tiba berhenti. Wanita itu ingin menenangkan dirinya sebelum kembali bertemu dengan pria bernama Ibra tersebut di dalam pesawat. Bagaimanapun Arletta akan bertemu kembali dengan pria itu nanti. “Baiklah,” kata Sofia sambil membawa koper milik Arletta. Wanita itu langsung saja masuk ke dalam toilet. Arletta melihat wajahnya di depan cermin dan mengatur napasnya. Setelah merasa cukup, Arletta keluar dari sana dan kembali bertemu dengan Ibra dan salah satu seorang pramugari yang merupakan rekannya juga hari ini. Wanita itu sedang menempelkan tubuhnya pada Ibra untuk menggoda pria itu. Melihat Arletta membuat wanita itu langsung saja bergerak mundur dan langsung pergi dari sana sehingga meninggalkan Ibra dan Arletta yang masih sama-sama terkejut. Namun saat Arletta sadar, wanita itu melanjutkan perjalanannya dan melewati Ibra namun pria itu menahan tangan Arletta sehingga wanita itu berhenti. “Arletta, tunggu,” kata Ibra dengan suara beratnya. Arletta memejamkan matanya sejenak ketika Ibra memanggilnya dengan seperti itu. Lalu Arletta menatap Ibra dengan memaksakan senyumnya. “Hai, sudah lama tidak bertemu,” kata Arletta berusaha dengan tenang. Walaupun pada dasarnya wanita itu sangat gelisah saat ini dengan jantung yang berpacu dengan sangat cepat. “Bagaimana kabarmu?” tanya Ibra masih dengan memegang tangan Arletta. “Seperti yang kau lihat, aku baik,” jawab Arletta masih dengan tersenyum. Wanita itu sadar tangannya masih digenggam membuat Arletta langsung saja menarik tangannya. “Aku sangat merindukanmu,” kata Ibra tiba-tiba dan ingin memeluk Arletta. Namun wanita itu langsung paham dan segera mendorong Ibra agar tidak memeluknya. “Jangan seperti ini, aku tak mau orang lain melihatnya dengan salah paham,” kata Arletta masih berusaha dengan tenang. “Aku senang bisa bertemu denganmu lagi,” ungkap Ibra dengan jujur membuat jantung Arletta berpacu dengan sangat cepat. Wanita itu membalasnya hanya dengan tersenyum saja. “Aku harus kembali, sebaiknya kau juga harus kembali,” kata Arletta membuat Ibra terdiam. “Apa kau menghindariku?” tanya Ibra lagi membuat Arletta terkejut. “Tidak, aku ha—“ “Kau bohong, kau benar-benar menghindariku. Kau masih saja tak pintar berbohong padaku Arletta, aku sangat mengenalmu,” tegas Ibra membuat Arletta terdiam. “Karena kau membahasnya aku juga akan membahasnya, aku pikir semuanya sudah selesai. Aku harap kau tak akan membahasnya lagi mengenai masa lalu kita, aku tak mau semua orang tahu tentang kita. Bukankah kita juga sudah lama menyelesaikannya?” tanya Arletta membuat Ibra menghela napasnya panjang. “Bukankah saat itu kau yang pergi meninggalkanku?” tanya Ibra dengan berani membuat Arletta mengernyitkan keningnya. “Kau jelas tahu alasanku pergi saat itu! Kau sangat tahu, jangan berpura-pura tidak tahu dan berusaha menyalahkanku Ibra,” desis Arletta marah. “Aku sudah menjelaskannya dan kau tak percaya padaku, bagaimana bisa aku me—“ “Sudahlah, jangan dibahas lagi. Hal itu sudah sangat lama terjadi, aku benar-benar tak mau membahasnya lagi. Aku sudah melupakannya, aku harap kau juga melakukan hal yang sama. Anggap saja kita tak saling kenal, aku harap kau juga bersikap seperti itu,” kata Arletta dengan tegas. Setelah mengatakan itu Arletta pergi meninggalkan Ibra yang masih saja menatap wanita itu. Ibra mengusap wajahnya kasar setelah Arletta pergi meninggalkannya. *** “Kau mau kemana?” tanya Sofia saat Arletta hendak keluar dari kamar hotel yang menjadi tempat istirahat mereka. Penerbangan mereka baru saja berakhir pada hari itu. “Aku ingin keluar sebentar, kau ingin menitip sesuatu?” tanya Arletta. “Tidak, jangan minum alcohol! Besok kita masih punya jadwal penerbangan,” kata Sofia mengingatkan. “Aku akan mengingatnya, percaya padaku,” kata Arletta dengan yakin. Setelah itu Arletta langsung saja keluar dari kamarnya dengan Sofia. Wanita itu masuk ke dalam lift dan menuju lantai paling atas. Hal yang sangat sering dilakukannya saat mempunyai banyak pikiran, menenangkan diri di tempat yang sepi seperti atap paling atas. Sesampainya di atas, Arletta duduk di kursi yang tersedia dan mengeluaran rokok dari saku celananya. Wanita itu mengambilnya satu dan menghidupkannya lalu menyesapnya dengan dalam. Arletta melihat bintang-bintang yang ada di atas langit sambil sibuk dengan pikirannya sendiri. “Masih saja suka merokok saat punya beban,” kata Ibra yang tiba-tiba datang sambil menarik rokok dari bibir Arletta dan menginjaknya. “Apa yang kau lakukan!” teriak Arletta dengan kesal saat Ibra melakukan hal itu. “Aku tak mau kau merokok Arletta, itu tak baik untuk kesehatanmu,” kata Ibra sambil duduk di sebalah Arletta. Kini hanya mereka berdua saja di sana. “Kenapa kau ada di sini?” tanya Arletta tak suka. “Aku melihatmu naik tadi dan aku mengikutimu, kau punya beban?” tanya Ibra membuat Arletta menghela napasnya panjang. “Kau berbohong Arletta, kau akan merokok di saat punya masalah ataupun beban. Aku tak akan lupa dengan kebiasaanmu itu, apa yang sedang mengganggumu?” tanya Ibra membuat Arletta terdiam. Wanita itu cukup terkejut dengan Ibra yang masih mengingat kebiasaannya itu. “Apakah pertemuan kita kembali menjadi beban untukmu?” tanya Ibra lagi membuat Arletta menoleh dan menatap Ibra. Pria itu tertawa saat melihat raut wajah Arletta. “Ternyata benar, pertemuan kita menjadi beban untukmu. Kenapa? Apa aku menyakitimu?” tanya Ibra lagi. “Tidak,” jawab Arletta dengan cepat. “Lalu kenapa? Apa kau masih belum bisa melupakan kebersamaan kita?” tanya Ibra membuat Arletta kembali menatap pria itu. “Jika iya, aku juga merasakan hal yang sama. Aku benar-benar belum bisa melupakan tentang kita, semuanya Arletta. Semua tentang kita tak pernah benar-benar hilang dalam ingatanku. Bahkan hati ini juga sepertinya masih ada untukmu,” ungkap Ibra jujur membuat Arletta mengernyitkan keningnya. “Bagaimana bisa? Tentang kita sudah lama berakhir,” kata Arletta dengan cepat. “Semuanya terjadi begitu saja. Ini bukan tentang sudah berapa lama berakhir, tapi ini tentang perasaan. Siapa yang bisa menduga hal itu? Tak ada! Kau jelas tahu kau wanita pertama untukku, begitupun sebaliknya. Kisah kita juga tak mudah, semuanya terasa begitu indah. Apakah aku salah?” tanya Ibra membuat Arletta terdiam. “Maaf,” kata Arletta pelan dan bangkit berdiri. Namun Ibra dengan cepat menahan tangan Arletta sehingga wanita itu jatuh di atas pangkuan Ibra. “Jangan pergi lagi seperti dulu Arletta, kita belum benar-benar selesai. Aku tahu kau juga masih mempunyai perasaan yang sama sepertiku, apakah aku salah? Kau masih saja menatapku dengan penuh cinta, bahkan pertemuan kita ini menjadi beban untukmu. Begitu juga denganku, aku senang bisa bertemu denganmu. Aku merindukanmu dengan sangat, apa kau tak merindukanku?” tanya Ibra lagi. “Aku tak merindukanmu,” jawab Arletta dengan cepat. “Kau bohong, bahkan aku masih bisa merasakan jantungmu yang berdetak dengan sangat cepat saat ini untukku,” kata Ibra membuat Arletta langsung saja ingin kembali berdiri namun pria itu masih saja menahannya dan kini mencium bibir Arletta dengan kasar. “Ibraaa, lepasskannn,” kata Arletta disela ciuman pria itu. Bahkan Arletta mendorong Ibra agar pria itu melepaskannya, namun Ibra semakin memeluk pinggangnya serta menahan tengkuknya dan memperdalam ciuman mereka. Arletta tak lagi bisa melepaskan diri karena kekuatan Ibra lebih besar, pria itu terus saja mencium Ibra sampai akhirnya Arletta memabalas ciuman pria itu. Pada akhirnya Arletta kalah, hati dan pikirannya sedang berjalan tidak sesuai. Bahkan tubuhnya juga mengkhianati pikirannya saat ini. “Kau masih sama,” kata Ibra disela ciumanya. Tangan Arletta kini berada di leher pria itu, Ibra semakin memperdalam ciuman keduanya. Keduanya seakan lupa dengan apa yang terjadi, kini gairah dan rasa rindu bercampur menjadi satu. Ciuman Ibra kini mulai turun ke leher jenjang Arletta, wanita itu mendongakkan kepalanya agar mempermudah Ibra menciumnya. “Ibra, kita tidak bisa seperti ini,” kata Arletta disela-sela ciuman Ibra. Namun wanita itu memejamkan matanya karena menikmati sentuhan yang diberikan Ibra padanya. “Kau berbohong Baby, tubuhmu berkata lain. Tubuhmu meresponku dengan gila, aku benar-benar merindukanmu,” kata Ibra dengan sensual. Tangan Ibra kini masuk ke dalam baju yang digunakan oleh Arletta mulai merasakan apa yang ada di dalamnya. “Ibra,” panggil Arletta serak. “Ya Baby?” jawab Ibra masih sibuk dileher Arletta. “Kau mau kita pindah?” tanya Ibra namun Arletta hanya diam. “Kita bisa ke kamarku, aku sendirian di sana,” kata Ibra lagi. Namun Arletta tak menjawab tapi juga tak menghentikannya. Pria itu menggendong Arletta untuk masuk ke dalam menuju lift masih dengan mencium wanita itu. Begitu lift terbuka keduanya masuk masih dengan Ibra yang mencumbu Arletta. Setelah pintu lift kembali terbuka, Ibra menyudahi ciuman keduanya dan menurunkan Arletta. Pria itu menarik tangan Arletta agar menuju ke kamarnya, napas keduanya tak beraturan. Begitu sampai depan kamar Ibra keduanya langsung saja masuk dan menutup pintu. Ibra kembali mencium bibir Arletta, tangan pria itu juga sudah mulai membuka pakaian yang digunakan Arletta. Wanita itu juga tak tinggal diam, karena Arletta ikut membantu Ibra yang sedang membuka pakaiannya. Setelah pakaian yang digunakan Arletta terlepas kini wanita itu yang meloloskan pakaian Ibra sampai akhirnya kini tak menggunakan apapun. Dengan perlahan Arletta dibaringkan oleh Ibra di ranjang miliknya, kini keduanya benar-benar melupakan status mereka. Ibra lupa bahwa ia sudah mempunyai seorang istri begitu juga dengan Arletta yang melupakan ada Thomas yang menjadi kekasihnya. Malam itu keduanya menyalurkan kerinduan yang menghampiri mereka. Rasa rindu dan rasa yang sangat sulit dijelaskan itu kini bersatu. Arletta memejamkan matanya menikmati setiap sentuhan yang diberikan Ibra padanya. Begitu juga dengan Ibra yang sangat menikmati, pria itu sangat merindukan Arletta. Ibra merasa tak pernah lupa dengan rasa yang dulu sering dilakukannya itu, kini Ibra merasakannya kembali dan itu membuatnya senang. Tak ada yang lebih bahagia lagi dari apapun, karena menurutnya saat ini adalah hari paling bahagia baginya. “Ibra,” panggil Arletta pelan. Setelah beberapa jam berkutat akhirnya mereka menyudahi permainan tersebut. Ibra berteriak menjerit memanggil nama Arletta begitu pun sebaliknya. Kini Arletta berada di atas d**a Ibra dan pria itu memeluknya sambil mengusap punggungnya yang terbuka. Mereka masih saling menikmati kebersamaan tersebut, Ibra terus saja mencium puncak kepala Arletta yang begitu dirindukannya. Tubuh terbuka keduanya saling menempel memberikan kehangatan yang begitu mereka rindukan. “Ya?” tanya Ibra. “Tidak seharusnya kita seperti ini, kita melakukan kesalahan,” kata Arletta dengan pelan sambil melihat tangan Ibra yang berada dibahunya. Pria itu melihat tatapan Arletta dan menyembunyikan tangannya, wanita itu melihat cincin yang melekat di jari manis Ibra. “Kita sama-sama menginginkannya, tak ada yang salah dengan itu,” jawab Ibra membuat Arletta menghela napasnya panjang. “Kita salah Ibra, tak seharusnya kita seperti ini. Kau sudah menikah dan aku tak mau merusak itu, hubungan kita udah lama selesai. Tak harusnya kita melakukan ini, aku minta maaf,” kata Arletta sambil melepaskan diri dari pelukan Ibra dan turun dari tempat tidur. Arletta memakai kembali pakaiannya yang berserakan dilantai. “Aku merindukanmu dan aku menginginkanmu, apakah itu salah? Aku pikir dengan apa yang kita lakukan barusan hubungan kita tak sepenuhnya selesai. Kau tak bisa berkhianat Arletta, kau juga menginginkannya. Begitu juga denganku yang sama menginginkannya,” jawab Ibra dengan kesal. Arletta langsung saja menatap Ibra dengan kesal. “Lalu bagaimana dengan istrimu? Apa yang akan kau jelaskan padanya atas apa yang kita lakukan sekarang? Apa kau bisa mengatakan hal itu padanya? Apa kau tak memikirkan bagaimana perasaannya? Apa yang kita lakukan tadi salah dan tak seharusnya terjadi! Apapun yang kita lakukan tak melibatkan perasaan apapun, hanya ada rasa bersalah karena dimasa lalu saja. Kita melakukannya dengan nafsu, apakah itu tak cukup?” tanya Arletta balik. “Tidak, karena aku sangat mengenalmu. Kau bukan perempuan yang mudah untuk bercinta dengan orang lain hanya karena nafsu, aku sangat tahu kau perempuan seperti apa Arletta. Aku sangat mengenalmu, jadi berhenti mengakui perasaanmu,” kata Ibra dengan tegas membuat Arletta tertawa mengejek. “Perasaanku? Tahu apa kau tentang perasaanku? Perasaan yang seperti apa yang kau maksud? Aku harap ini yang terakhir, jangan pernah mendatangiku lagi seperti tadi. Jangan pernah membahas masa lalu lagi, aku harap kau bisa paham dan menjaga jarak denganku!” Setelah mengatakan itu Arletta keluar dari kamar Ibra meninggalkan pria itu. Dengan cepat Arletta segera masuk ke dalam kamarnya, wanita itu sangat takut Sofia akan bertanya padanya. Namun takdir sedang berpihak padanya, saat kembali ke kamar Sofia sudah tertidur dengan lelap sehingga tak sadar Arletta sudah kembali. Wanita itu segera masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Disaat mandi Arletta juga melamun memikirkan apa yang terjadi barusan, wanita itu merasa bodoh dengan apa yang dilakukannya. Tetapi Arletta juga tak bisa pungkiri bahwa ia juga merindukan Ibra. Begitu juga dengan Ibra gelisah saat Arletta pergi meninggalkannya. Pria itu kembali memikirkan kenangan mereka di masa lalu sampai pertemuan mereka tadi. Bahkan Ibra juga tak bisa melupakan apa yang baru saja mereka lakukan. Ibra kembali merindukan Arletta dan ingin melakukannya lagi. Pikiran Ibra tak bisa lepas dari seorang Arletta Sloan Roberts.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD