Prolog

1256 Words
“Aduuuh... ssst, diam, oke? Duh! Gue harus gimana supaya lo bisa diam, bayi kecil? Come on, little hero, don’t make me crazy like this! Gue masih muda dan nggak sudi dimasukin ke rumah sakit jiwa karena nggak bisa bikin bayi mungil berhenti nangis. Masa lo tega bikin bokap lo yang ganteng ini gila di usia muda?”             Tangisan bayi mungil yang tampan itu makin terdengar, membuat Tristan menggeram pelan. Tidak ada yang bisa dia lakukan selain berdiri di hadapan box bayi berukuran besar sambil memasang wajah aneh dengan harapan bisa membuat bayi gemuk dan menggemaskan itu berhenti menangis. Nyatanya, semakin dia memasang wajah aneh, semakin keras bayi itu menangis. Tunggu! Bunyi suara apa, itu? Aha! Tristan tahu bunyi suara apa barusan. Sepertinya, itu adalah bunyi suara syaraf otaknya yang mendadak putus.             Arrrggghhh!!!             Bayi siapa, sih, ini?!             Oh... dia lupa. Bayi ini adalah... BAYINYA!             Iya! Bayinya dengan si gadis tengil yang menyebalkan, Casey Aprilia Radityan! Itu, loh... tetangganya semenjak dia masih belum bisa berbicara dengan benar alias balita.             Wait a minute! Kalian jangan berprasangka yang bukan-bukan terlebih dahulu. Dia memang masih muda. Masih berusia dua puluh satu tahun. Masih duduk di bangku kuliah, semester tujuh dan semester depan sudah harus menyusun skripsi. Tapi, sialnya, dia malah harus menikah dengan Casey yang masih berusia sembilan belas tahun itu dan masih duduk di bangku kuliah semester tiga! Bukan... bukan married by accident tentu saja. Sekalipun dia hanya mengakui dalam hati jika Casey itu adalah gadis yang cantik, dengan dua mata cokelat terang dan jernih, hidung mancung, bibir tipis yang menggoda serta rambut panjang berwarna cokelat dan bergelombang indah, Tristan ogah menikah dengannya!             Ya! Tepat sekali!             Ayahnya yang mengerikan namun memiliki wajah tampan itulah yang memaksanya untuk menikah dengan Casey hanya karena pria itu, juga Bundanya yang cantik, menyukai gadis tengil bin begajulan bin menyebalkan bin tomboy seperti Casey!             ARRRRGGGHHHH! HE HATES HER!             “Aduh, Tristan! Lo becus nggak sih ngurusin anak? Anak lo, tuh, jerit-jerit nggak karuan dari tadi.”             Nah... suara menyebalkan itu muncul juga. Tristan menoleh dan menyipitkan mata ketika dia melihat Casey yang baru saja keluar dari dalam kamar mandi. Aroma strawberry menguar, menggelitik indra penciuman Tristan. Casey memang cantik. Lihat saja gerakan tangannya kala mengeringkan rambut indahnya dengan handuk. Tubuhnya seksi, itupun diakui oleh Tristan. Tapi, kalau dia tidak cinta dengan gadis itu, mau dikata apa?             “Lo, dong, yang ngurusin Revard! Lo kan emaknya!” sungut Tristan sambil kembali memasang wajah aneh. Ugh! Jangankan menghentikan tangisan Revard, menggendong bayinya saja Tristan tidak bisa!             “Siapa suruh lo ngehamilin gue? Bukannya kita udah bikin kesepakatan untuk nggak memasuki wilayah perbatasan masing-masing?!”             Tristan dan Casey terlibat perdebatan yang alot dan panas. Sampai kemudian, Tristan menarik tubuh Casey, menjatuhkannya ke atas kasur dan menarik jubah mandi gadis itu. Suara menggoda milik Casey terdengar menggema, membuat tubuh Tristan memanas. Laki-laki itu kemudian langsung... langsung... langsung...             “TIDAAAAAAAAKKKKK!!!”             Dengan satu gerakan cepat, Tristan bangkit dari tidurnya. Laki-laki itu terengah-engah. Peluh membasahi wajah tampannya. Manik cokelat terang itu menatap tajam ke depan. Kemudian, setelah merasa yakin bahwa ini memanglah kamarnya, Tristan menghembuskan napas panjang dan berdecak jengkel.             “Mimpinya buruk sekali!” dengus laki-laki itu seraya menendang selimutnya hingga jatuh ke lantai. Tristan melangkah menuju cermin yang menyatu dengan lemari pakaiannya kemudian menarik napas jengkel. “Laki-laki tampan macam gue, yang masih mempunyai mimpi untuk menjadi seorang pengusaha terkenal, harus nikah sama gadis tengil yang bahkan nggak ada hormon perempuannya sama sekali? What a nightmare!”             Pintu kamarnya terbuka dan sosok Lexna—bundanya—masuk sambil membawa nampan. Wanita itu tersenyum dan menaruh nampan berisi sepiring nasi goreng dan s**u putih tersebut di atas meja di samping tempat tidur Tristan. Tak lama, melalui ekor matanya, Tristan melihat Gevarna, adik perempuan satu-satunya yang sangat dia sayangi dan terpaut dua tahun di bawahnya berlari masuk kedalam kamar dan langsung menghempaskan tubuh mungilnya di atas kasur. Gevarna seumuran dengan Casey dan masih duduk di bangku kuliah semester tiga.             “Tampang Abang udah kusut aja pagi-pagi gini,” ucap Gevarna geli sambil menyeruput s**u putih milik Kakak laki-lakinya itu. Mendengar hal tersebut, Lexna tertawa dan mendekati anak sulungnya sambil mencium pipinya dengan lembut.             “Jangan kusut begitu. Nanti, tampangmu jadi jelek.” Lexna mengedipkan sebelah matanya, mengacak rambut Tristan dan bergegas keluar dari dalam kamar. Meninggalkan kedua anaknya disana karena Redhiza tidak pernah mau sarapan sendirian.             “Abang abis mimpi buruk, Gev,” kata Tristan tiba-tiba sambil menjatuhkan tubuhnya kembali di kasur. Dia membiarkan Gevarna memainkan rambutnya sambil memejamkan kedua mata.             “Mimpi buruk apa?” tanya Gevarna penasaran. Kebetulan, gadis itu sedang tidak ada jadwal kuliah hari ini. Tapi setahunya, Abangnya yang tampan itu ada jadwal kuliah dan Gevarna memang sempat bingung karena mendapati laki-laki itu masih santai didalam kamar.             “Abang mimpi... beneran nikah sama si tengil Casey dan punya bayi!”             Gevarna langsung terbahak begitu mendengar cerita Tristan. Kesal ditertawakan, Tristan bangkit dari posisi berbaringnya, menggelitik pinggang Gevarna hingga adiknya itu berteriak minta ampun.             “Abang sebegitu kebeletnya nikah sama Casey?” tanya Gevarna setelah tawanya reda.             “Ogah! Amit-amit jabang bayi jangan sampai kejadian!” Tristan bergidik ngeri dan memperagakan adegan orang yang sedang muntah. Laki-laki itu mengambil s**u putihnya dan langsung meminumnya dengan cepat.             “Itu sampai kebawa mimpi begitu.”             “Iya! Mimpi buruk!” sungut Tristan lagi. “Lagian, Abang heran sama Ayah. Dia tiba-tiba nyuruh Abang buat nikah sama Casey. Dua minggu lagi, Gev! Dua minggu! Cuma karena Ayah suka sama sifatnya Casey yang mirip sama sifat Bunda dulu dan ngerasa Casey bisa ngimbangin sifat Abang! Unbelievable banget, kan?!”             “Aku juga suka sama Casey, kok.”             Tristan langsung menghadiahi Gevarna pelototan ganasnya. Gadis itu malah mengangkat bahu tak acuh dan tertawa.             “She’s lovely and cute. Terlebih karena dia punya Abang kembar yang super duper ganteng, juga Abang sepupu kembar yang super duper ganteng seperti Abang kembarnya!”             Tak sempat membalas ucapan adiknya, Tristan membiarkan Gevarna berlari keluar kamar. Jenuh dan pusing dengan pernikahan yang harus, kudu, wajib dilaksanakan dua minggu lagi, Tristan memutuskan untuk ke balkon dan menghirup udara pagi disana. Kamarnya memang berada di lantai dua dan sialnya, di samping kamarnya terletak kamar si tengil Casey!             “Hai, Tristan yang angkuh dan dingin seperti beruang kutub di kutub selatan!”             Suara bernada mencemooh itu membuat Tristan menoleh dan menyipitkan mata. Dia menatap tajam dan sinis ke arah Casey yang masih mengenakan piyama bergambar SpongeBob sambil tersenyum miring ke arahnya.             “Hai, Casey si tengil yang menyebalkan dan memiliki hormon laki-laki.”             Casey tertawa renyah dan menggelengkan kepalanya. Geli dengan sebutan Tristan untuknya itu. Dia sendiri tidak mengerti kenapa dia dan laki-laki itu tidak pernah akur dan saling melempar bom satu sama lain. Abang kembarnya, Carvian Armada Radityan juga tidak menyukai Tristan. Lain halnya dengan Abang sepupunya, Devon Herjuna Raditya dan Revon Herjunot Raditya. Si kembar yang berbeda satu tahun dengannya itu justru biasa saja dengan Tristan dan malah lumayan akrab.             “Begitu cara lo memperlakukan calon isteri lo?”             “Dan begitu juga cara lo menghormati calon suami lo?”             Keduanya terdiam cukup lama. Saling melempar tatapan tajam dan menguliti satu sama lain. Emosi keduanya mulai berkobar. Sampai kemudian, Casey menarik napas panjang dan menopang dagu.             “Gue akan bikin lo tergila-gila sama gue, menyembah cinta gue dan setelahnya, gue akan langsung bikin lo sakit hati hingga menginginkan kematian segera datang menjemput lo, Tristan Herzano Abimanyu.”             Tidak menyangka kalimat itu keluar dari mulut Casey, Tristan hanya bisa mematung di tempat. Kemudian, ketika gadis itu memutar tubuh untuk kembali masuk kedalam kamar, barulah Tristan membuka mulutnya. Ucapannya sanggup membuat gestur tubuh Casey berubah, sebelum kemudian gadis itu kembali masuk kedalam kamar.             “Gue akan senang hati menerima tantangan lo itu, Casey. Tapi, sebelum lo berhasil melakukan itu, gue akan mengirim lo terlebih dahulu ke neraka. Siap-siap memulai kehidupan yang akan membuat lo nangis darah bersama gue dalam sebuah komitmen sehidup-semati!”  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD