*** Sejak jam 6 pagi Arfiq sudah berkutat di dapur membuat sarapan untuk dia dan istrinya. Sehabis sholat subuh dia tidak langsung tidur tapi mengerjakan pekerjaan yang tertunda karena sepanjang malam memikirkan ucapan Zahra yang membuatnya pusing seketika. Sementara istrinya belum bangun tidur, mungkin semalam tidak bisa tidur seperti dirinya. Biarlah sekali-kali ia membuatkan makanan buat mereka berdua. Untuk makan siang nanti dia akan meminta Badai membelikan untuknya dan Indah. Sebuah pintu kamar terbuka membuat Arfiq menolehkan kepala. "Mas, maaf aku telat." Indah langsung meminta maaf dan merasa bersalah ke suaminya. Arfiq terkekeh pelan, apalagi melihat keadaan istrinya yang masih berantakan dengan rambut awut-awutan. Bukannya risih, justru sangat menggemaskan bagi Arfiq.

