undangan buka puasa terakhir

1116 Words
Setelah hari melelahkan kemarin, hari ini sengaja kumatikan handphone ku. Ketika jam dinding menunjukkan angka 6 tepat barulah aku pulang kerumah. Aku melintasi rumah ibuku barulah sampai dirumahku. Rumah ibuku memang berada tepat disebelah rumahku. Masuk rumah, aku sudah disuguhi pemandangan yang menyiksa mata. Gelas berceceran dilantai yang tentu saja hasil karya putri kecil kami. Aku mendudukkan diriku di sofa. Tak lama kemudian luna datang sambil menggendong ayra. "Assalamu'alaikum bang" Ucapnya. " Walaikumsalam "sahutku " Cepat buatkan teh lalu ambilkan makananku dirumah mama." " Ini sudah ku bawakan sekalian" Ucap luna sambil berlalu kedapur. " Bisa gak sih kalau dirumah itu sekalian rumah dibersihin juga" Kataku sambil mengikuti luna kedapur. " Istrimu itu memang tak becus jadi istri" Ucap ibuku yang tiba tiba muncul dari balik pintu. Aku memejamkan mata frustasi. Kalau perdebatan kami sudah diketahui oleh ibu tentu saja akan berbuntut panjang. " Rumah berantakan, anak jorok. Nakal sekali anakmu itu, coba lihat tuh si naya anak tetanggamu. Sekali dia kedapur ibunya akan menegur. Tapi istrimu itu mana bisa sih negur anak. Terlalu dimanjakan. " Ucap Ibu panjang lebar. Luna mencuci gelas dengan keras. Suara gelas beradu dengan sendok sudah seperti jawabannya. " Nanti selesai makan, temani Ibu dan kakakmu belanja ya. Lebaran kan 2 hari lagi. kami belum dapat baju baru ni. Apalagi kan ponakan kamu juga mau cari baju peri katanya. " Ucap Ibu sambil menepuk bahuku. Aku tersenyum lembut melihat kebahagiaan diwajah ibuku. Luna menyuguhkan teh lalu menarik langkahnya menuju kamar. " Luna, menantu kurang ajar!! " "Siapa yang ajarkan kamu pergi kekamar sementara mertuamu ada disini..? " Teriak ibuku. Sejenak aku memejamkan mata kuat kuat. Pasti Luna akan diam semalaman lagi setelah ini. " Tapi wajar sih, orang tuamu itu kan orang rendahan juga. Yang kerjanya nanam kangkung sama singkong. Mana ada dia ilmunya untuk ajarin kamu". Kata mamaku lalu membuang mukanya kesamping. Luna berbalik badan dan tepat menghadap kami. Matanya yang biasanya lembut kini membara seperti ada api didalam sana. "Ibu, ku peringatkan kau!!! Jangan keluar dari jalurmu. Jangan pernah menghina orang tuaku" Ucap Luna geram. Luna berbicara sambil menekan kedua giginya. "Luna!! " Bentak ku. Tanpa memperdulikan ibuku yang terus memanggil, Luna terus berlalu menuju kamar. Aku merasa sangat malu didepan ibu sekarang. Istriku menunjukkan ketidaksopanan yang semakin menjadi. Bisa bisanya dia meninggalkan ibu yang sedang memanggilnya. _______________________________________________ " Kamu itu jangan semakin ngelunjak dek" Ucapku memberi nasihat pada ibuku saat kami sudah berdua dikamar. Luna baru saja selesai salat Isya. "Habisnya kalau aku diam saja, mas malah lupa kalau aku ini manusia". " Tuh kan baru aja dinasehati kamu sudah menjawab lagi". Luna membuang muka mendengar jawabanku. Benar benar tak menunjukkan rasa hormat. "Kamu itu harusnya berterimakasih dan menuruti semua kata kata ibuku. Dia itu surgaku, aku saja menurut padanya.. Apalagi kamu yang derajatnya lebih rendah dari aku. Bahkan kata imam syafi'i pernikahan itu sebagian dari p********n. Jadi salah kah kalau aku minta b***k ku untuk tunduk patuh pada ibuku" Ucapku pelan mencoba memberi paham. Tapi istriku malah mendongak dan tertawa sumbang. Air matanya lagi lagi menggenang di sudut matanya. "Kalau terlalu susah bagi kamu untuk bersyukur dek. Coba ingat ingat lagi siapa yang memberimu makan sampai hari ini...? Ini anak ibu loh yang memberimu makan. Masa sih dek kamu bisa bersifat kurang ajar pada wanita yang melahirkan seseorang yang sudah menghidupi mu selama tiga tahun" Ucapku lagi. Aku tak putus asa menasehati istriku yang sangat kucintai ini. Walaupun hatiku masih sangat sakit mengingat saat tadi sewaktu berbuka puasa ibuku bilang dia harus menjual salah satu perhiasannya gara gara uang belanja dipakai istriku untuk foya foya membeli pakaian. " Maaf ya nak. Harus makan nasi sama lauk seadanya bulan ini. Sebab uang belanja dan jatah ibu yang sepuluh juta semuanya diambil sama istrimu. Katanya buat beli pakaian. " Aku memejamkan mata mengingat kata kata ibu tadi. " Dek" Ucapku memanggil Luna yang sudah menutup dirinya dalam selimut. "Uhm" Dan hanya itu jawaban yang kudapat. " Tolong kembalikan sisa uang ibu ya." Pintaku dengan sabar. "Uang apa mas...? " Tanya Luna pura pura bodoh. Tapi aku tak akan tertipu. Karna hampir tiap bulan dia selalu meminta setengah dari uang bulanan ibuku. Aku bahkan tidak selalu ingat untuk menanyakannya sebab jawabannya sudah pasti "Aku tidak ada ambil" Aku marah marah pun percuma. Dia tak akan pernah mengaku. "Uang ibu dek. 10 juta itu jatah ibu. Uang belanja 2 juta. Yang delapan juta lagi mas titip itu tabungan kita. Kalau kamu ambil semua ibu belanja pakai apa....? " "Sisa dua belas juga uang thr abang sama mama. Tapi itukan buat hari raya. Buat shopping ibu juga besok." Ucapku sambil menutup mata. Aku sangat kesal sekarang tapi rasa kantuk tak dapat kutahan.. Luna berbalik badan Memunggungiku. Dan jawabannya sudah dapat ketebak. " Jangan pamer uang kalian padaku bang. Aku tak ada ambil uang ibumu" . Aku menghela nafas lelah. Biarlah aku beristirahat sekarang. Biar besok baru kuurus istri kurang ajar ini. " Oh iya besok lusa ada buka bersama, teman temanku bawa istri. Kamu juga harus ikut". Ucapku memberi tahu. " Aku gak mau pergi bang. Jangan bikin aku malu" Ucap Luna spontan menjawab. Aku tak menanggapi ucapan Luna lagi. Biarlah Toh besok juga dia akan menurutiku. Dia harus ikut denganku. Kalau bisa sekalian dia pakai semua perhiasan yang selama ini dia beli. Kata ibuku Luna suka menodong jatah bulanannya untuk beli baju dan perhiasan. ••• Hari ini aku pulang cepat. Pukul 3 sore aku sudah berada dirumah. Lalu dengan mengendarai mobil kami sekeluarga pergi bersama. Mobilku terasa sesak tapi kebahagiaan kami tak bisa diukur. Aku duduk di kursi kemudi. Ibu disebelahku sambil menggendong putra anak tunggal mbak ika kakakku. Sementara dibelakang ada mbak ika kakakku bersama suaminya,mas agung. Tepat disebelah mbak ika ada aini istri dari adikku hazmi. Sementara hazmi dan lilis adik bungsuku berboncengan dengan motor. Mereka tak mau duduk di kursi paling belakang. Pengap katanya. Sedangkan istriku, dia tidak ikut berbelanja dengan kami. Karna hari ini memang jatahnya aku membahagiakan keluarga ku. Istriku itu tak perlu berbelanja, untuk apa dia beli pakaian tpakaianoh dia sudah sangat beruntung memiliki aku sebagai suaminya. Suaminya ini sudah punya tabungan sekitar 200 juta. Apalagi coba yang kurang dalam hidupnya. Sementara keluargaku, mereka hanya mengharapkan belas kasihanku. Suami mbak ika hanya bekerja sebagai staff biasa di kantorku. Gajinya hanya empat jutaan. Sedangkan hazmi dia hanya seorang guru honorer. Qqan lilis hanya karyawan sebuah fotocopy. Tapi berkat hidup hemat mbak ika dan istri hazmi sama sama bisa hidup mewah. Emas menjuntai indah mulai dari telinga sampai ke kaki mereka. Aku mengurut d**a membayangkan istriku. Kata ibu dia hanya suka membeli makanan mahal dan pakaian. Tak berselang lama, sebuah mall besar dan terkenal terpampang di depan mata kami. ••••••

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD