31.

1778 Words
Bruk Suara pintu mobil di tutup tak mengalihkan Reyna sedikitpun dari pandangan jendela, menghadap keluar memandang kamar Villa yang sebentar lagi akan ia tinggalkan. Sebenarnya, dia sangat ingin berlama-lama disini. Selain udaranya masih asri dia juga dapat menikmati quality time bersama para sahabat, serta orang yang ia sayangi. Bukan hanya itu saja, tempat ini mampu membuat suasana hatinya adem. Tetapi, kenyataan kembali menamparnya, dia harus cepat-cepat pulang karena harus berhadapan dengan makhluk halus lagi. Andai saja, dirinya tak mempunyai kemampuan lebih ini pasti liburan ini akan berjalan lancar. Tak ada makhluk halus yang menganggu karena ingin di tolong. Bukannya Reyna tak ingin menolong mereka, kakak pertamanya selalu berpesan jika tak semuanya makhluk halus bisa di tolong, jangan mudah tertipu oleh mereka karena sesungguhnya mereka itu licik. "Sorry bro." Reynand melirik ke belakang ke arah Revin yang baru saja duduk. Revin mengangguk. "Slow." Jawabnya membuat Reynand mengangguk. Sebenarnya menyuruh Revin seperti itu tak sopan sekaligus tak enak, ini bukanlah tentang atasan dan bawahan seperti sedang bekerja, ini sedang berada di luar pekerjaan. Tak seharunya Reyna seperti itu. Reynand melirik ke arah Reyna yang masih saja mencebikan bibirnya kesal. Menghela nafas sejenak, ia juga tak bisa menyalahkan Reyna atas perlakuan nya. Karena bagaimanapun juga, wanita itu tak salah. Dan tak ada yang harus di salahkan. Tugasnya kali ini, hanya harus membuat mood baik Reyna kembali. "Udah siap belum?" Reynand melirik ke arah belakang, dengan cepat menghitung satu persatu sahabatnya didalam hati hanya untuk memastikan jika tak ada yang tertinggal. Reynand mengerutkan kening bingung. "Kok ada dua belas orang?" Reyna terdengar tersenyum kecil dengan suara yang samar. "Makannya aku minta aku aja yang nyetir," Reynand menghela nafas sejenak, menyalakan mesin mobil dan segera menjalankannya. Sementara yang lain menatap ke arah Reyna dan Reynand dengan pandangan bingung. "Kenapa, dek?" Duduk Revin persis di belakang Reyna, dia menggeser sedikit badannya ke depan. Mengusap lengan adiknya dengan lembut tetapi Reyna hanya mengedikkan bahunya. "Ada apaan sih Rey? Bikin penasaran aja tau!" Tanya Felli yang celingukan tak jelas ke arah belakang. "Iya nih, apaan sih!" Timpal Siska yang juga ikut penasaran. "Ada cewek di air terjun yang ikut, duduknya ini di samping aku." Semua mata menatap ke arah Riani dengan tatapan seolah-olah tak percaya. Terkecuali Reyna dan Reynand mereka berdua fokus. Reynand membawa jemari kekasihnya untuk ia genggam, ia sangat tahu bagaimana perasaan Reyna saat ini. Meskipun wanita itu sudah sangat sering menangani kasus seperti ini tapi bukan berarti wanita itu akan terus kuat. Reyna jenuh, ya benar sangat jenuh karena harus di hadapkan dengan makhluk astral setiap harinya. "Rey, adek gue nggak apa-apa kan?" Reyna menggeleng pelan saat ditanya seperti itu oleh Rio. Riani tentu saja bisa melihat karena belum ditutup. Sementara Riani hanya tersenyum saja, dia takut tetapi jika dia menjerit karena ketakutan mungkin suasana di dalam mobil akan semakin kacau. Apalagi dengan mood Reyna. Ia tak ingin jika harus membuat sahabat kakak nya itu semakin hancur mood nya. "Gak apa-apa ya, Sayang. Nanti kita nge mall kamu mau? Sore aku jemput, gimana?" Reyna mengangguk dengan tawaran Reynand, sepertinya pergi ke mall bukan lah hal yang buruk. Lagian dia juga ada yang mau dibeli jadi sekalian saja. Lagipula itu di anggap sebagai pengganti liburan kali ini. "Sekarang jangan cemberut gitu loh, Rey. Aku jadi gak fokus buat nyetir pengennya jailin kamu." Reyna tersenyum kecil, lantas menatap Reynand yang sesekali menatapnya. "Aku mau tidur aja deh." Jawab Reyna, lantas melepaskan tautan tangannya dengan Reynand. Reynand mengangguk, sebelum tangannya memegang stir dia mengusap kepala Reyna terlebih dulu. Wanita itu memang sulit di mengerti dan di pahami, jika dia sedang marah jangan membalasnya dengan kemarahan. Alangkah baik, jika membujuk agar ia tak marah lagi. Wanita itu adalah makhluk hormon, jadi wajar jika mood nya seperti itu. Perlakukan dia dengan baik selama itu tak melewati batas kewajaran. Seperti apa yang sudah di jelaskan oleh Reynand sebelumnya. Wanita gampang menangis, dan berubah mood. Wanita yang tangguh tidak akan mudah goyah dalam menghadapi terpaan tantangan yang dibawa oleh arus kehidupan. Wanita tangguh tentu tidak akan ragu dalam membuat berbagai keputusan, karena ia pasti sudah memikirkan segala risiko dan konsekuensinya matang-matang. Wanita adalah individu yang sering dianggap lemah dan tak berdaya oleh masyarakat. Terutama dalam masyarakat yang masih kental menganut budaya patriarki. Namun, di era modern seperti saat ini, peran wanita semakin meningkat tajam dan kontribusinya dalam berbagai aspek yang biasa didominasi oleh pria juga semakin besar. *** Hai... Ini karya orisinal aku yang hanya exclusive ada di Innovel/Dreame/aplikasi sejenis di bawah naungan STARY PTE. Kalau kalian membaca dalam bentuk PDF/foto atau di platform lain, maka bisa dipastikan cerita ini sudah DISEBARLUASKAN secara TIDAK BERTANGGUNGJAWAB. Dengan kata lain, kalian membaca cerita hasil curian. Perlu kalian ketahui, cara tersebut tidak PERNAH SAYA IKHLASKAN baik di dunia atau akhirat. Karena dari cerita ini, ada penghasilan saya yang kalian curi. Kalau kalian membaca cerita dari hasil curian, bukan kah sama saja mencuri penghasilan saya? Dan bagi yang menyebarluaskan cerita ini, uang yang kalian peroleh TIDAK AKAN BERKAH. Tidak akan pernah aku ikhlaskan. Dan untuk yang ingin copyright cerita abal-abal ku ini, mendingan mikir-mikir lagi. Saya tak mau ada kesalahpahaman seperti sebelumnya, mending cerita hasil sendiri akan lebih puas, daripada cerita hasil orang lain. Untuk PUEBI atau typo, nanti saya akan benarkan sesudah cerita ini TAMAT. InshaaAllah, karena kehidupan saya bukan hanya tentang novel. Maaf kalau mata kalian perih dengan cerita saya. Salam Saghita laa Bruk Suara pintu mobil di tutup tak mengalihkan Reyna sedikitpun dari pandangan jendela, menghadap keluar memandang kamar Villa yang sebentar lagi akan ia tinggalkan. Sebenarnya, dia sangat ingin berlama-lama disini. Selain udaranya masih asri dia juga dapat menikmati quality time bersama para sahabat, serta orang yang ia sayangi. Bukan hanya itu saja, tempat ini mampu membuat suasana hatinya adem. Tetapi, kenyataan kembali menamparnya, dia harus cepat-cepat pulang karena harus berhadapan dengan makhluk halus lagi. Andai saja, dirinya tak mempunyai kemampuan lebih ini pasti liburan ini akan berjalan lancar. Tak ada makhluk halus yang menganggu karena ingin di tolong. Bukannya Reyna tak ingin menolong mereka, kakak pertamanya selalu berpesan jika tak semuanya makhluk halus bisa di tolong, jangan mudah tertipu oleh mereka karena sesungguhnya mereka itu licik. "Sorry bro." Reynand melirik ke belakang ke arah Revin yang baru saja duduk. Revin mengangguk. "Slow." Jawabnya membuat Reynand mengangguk. Sebenarnya menyuruh Revin seperti itu tak sopan sekaligus tak enak, ini bukanlah tentang atasan dan bawahan seperti sedang bekerja, ini sedang berada di luar pekerjaan. Tak seharunya Reyna seperti itu. Reynand melirik ke arah Reyna yang masih saja mencebikan bibirnya kesal. Menghela nafas sejenak, ia juga tak bisa menyalahkan Reyna atas perlakuan nya. Karena bagaimanapun juga, wanita itu tak salah. Dan tak ada yang harus di salahkan. Tugasnya kali ini, hanya harus membuat mood baik Reyna kembali. "Udah siap belum?" Reynand melirik ke arah belakang, dengan cepat menghitung satu persatu sahabatnya didalam hati hanya untuk memastikan jika tak ada yang tertinggal. Reynand mengerutkan kening bingung. "Kok ada dua belas orang?" Reyna terdengar tersenyum kecil dengan suara yang samar. "Makannya aku minta aku aja yang nyetir," Reynand menghela nafas sejenak, menyalakan mesin mobil dan segera menjalankannya. Sementara yang lain menatap ke arah Reyna dan Reynand dengan pandangan bingung. "Kenapa, dek?" Duduk Revin persis di belakang Reyna, dia menggeser sedikit badannya ke depan. Mengusap lengan adiknya dengan lembut tetapi Reyna hanya mengedikkan bahunya. "Ada apaan sih Rey? Bikin penasaran aja tau!" Tanya Felli yang celingukan tak jelas ke arah belakang. "Iya nih, apaan sih!" Timpal Siska yang juga ikut penasaran. "Ada cewek di air terjun yang ikut, duduknya ini di samping aku." Semua mata menatap ke arah Riani dengan tatapan seolah-olah tak percaya. Terkecuali Reyna dan Reynand mereka berdua fokus. Reynand membawa jemari kekasihnya untuk ia genggam, ia sangat tahu bagaimana perasaan Reyna saat ini. Meskipun wanita itu sudah sangat sering menangani kasus seperti ini tapi bukan berarti wanita itu akan terus kuat. Reyna jenuh, ya benar sangat jenuh karena harus di hadapkan dengan makhluk astral setiap harinya. "Rey, adek gue nggak apa-apa kan?" Reyna menggeleng pelan saat ditanya seperti itu oleh Rio. Riani tentu saja bisa melihat karena belum ditutup. Sementara Riani hanya tersenyum saja, dia takut tetapi jika dia menjerit karena ketakutan mungkin suasana di dalam mobil akan semakin kacau. Apalagi dengan mood Reyna. Ia tak ingin jika harus membuat sahabat kakak nya itu semakin hancur mood nya. "Gak apa-apa ya, Sayang. Nanti kita nge mall kamu mau? Sore aku jemput, gimana?" Reyna mengangguk dengan tawaran Reynand, sepertinya pergi ke mall bukan lah hal yang buruk. Lagian dia juga ada yang mau dibeli jadi sekalian saja. Lagipula itu di anggap sebagai pengganti liburan kali ini. "Sekarang jangan cemberut gitu loh, Rey. Aku jadi gak fokus buat nyetir pengennya jailin kamu." Reyna tersenyum kecil, lantas menatap Reynand yang sesekali menatapnya. "Aku mau tidur aja deh." Jawab Reyna, lantas melepaskan tautan tangannya dengan Reynand. Reynand mengangguk, sebelum tangannya memegang stir dia mengusap kepala Reyna terlebih dulu. Wanita itu memang sulit di mengerti dan di pahami, jika dia sedang marah jangan membalasnya dengan kemarahan. Alangkah baik, jika membujuk agar ia tak marah lagi. Wanita itu adalah makhluk hormon, jadi wajar jika mood nya seperti itu. Perlakukan dia dengan baik selama itu tak melewati batas kewajaran. Seperti apa yang sudah di jelaskan oleh Reynand sebelumnya. Wanita gampang menangis, dan berubah mood. Wanita yang tangguh tidak akan mudah goyah dalam menghadapi terpaan tantangan yang dibawa oleh arus kehidupan. Wanita tangguh tentu tidak akan ragu dalam membuat berbagai keputusan, karena ia pasti sudah memikirkan segala risiko dan konsekuensinya matang-matang. Wanita adalah individu yang sering dianggap lemah dan tak berdaya oleh masyarakat. Terutama dalam masyarakat yang masih kental menganut budaya patriarki. Namun, di era modern seperti saat ini, peran wanita semakin meningkat tajam dan kontribusinya dalam berbagai aspek yang biasa didominasi oleh pria juga semakin besar. *** Hai... Ini karya orisinal aku yang hanya exclusive ada di Innovel/Dreame/aplikasi sejenis di bawah naungan STARY PTE. Kalau kalian membaca dalam bentuk PDF/foto atau di platform lain, maka bisa dipastikan cerita ini sudah DISEBARLUASKAN secara TIDAK BERTANGGUNGJAWAB. Dengan kata lain, kalian membaca cerita hasil curian. Perlu kalian ketahui, cara tersebut tidak PERNAH SAYA IKHLASKAN baik di dunia atau akhirat. Karena dari cerita ini, ada penghasilan saya yang kalian curi. Kalau kalian membaca cerita dari hasil curian, bukan kah sama saja mencuri penghasilan saya? Dan bagi yang menyebarluaskan cerita ini, uang yang kalian peroleh TIDAK AKAN BERKAH. Tidak akan pernah aku ikhlaskan. Dan untuk yang ingin copyright cerita abal-abal ku ini, mendingan mikir-mikir lagi. Saya tak mau ada kesalahpahaman seperti sebelumnya, mending cerita hasil sendiri akan lebih puas, daripada cerita hasil orang lain. Untuk PUEBI atau typo, nanti saya akan benarkan sesudah cerita ini TAMAT. InshaaAllah, karena kehidupan saya bukan hanya tentang novel. Maaf kalau mata kalian perih dengan cerita saya. Salam Saghita laa
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD