04

1047 Words
Anta menatap Lina lekat-lekat, gadis itu menunduk takut. "G-gu-gue gue takut..." Cicit Lina pelan. Anta tersenyum kecut mendengar jawaban Lina. "Udah gue duga." Kata Anta ponggah. Entah kenapa rasanya sangat sakit mendengar jawaban dari Lina tadi. Lina menatap Anta yang tiba tiba berdiri. "Yuk pulang. Ntar orang tua kita nyariin." Ajak Anta sambil tersenyum. Tapi dari senyuman itu Lina bisa menangkap kesedihan disana. "Lah... Kok pulang! Gue belum jawab tadi!." Kata Lina binggung sendiri, apa jawabannya ngak penting bagi Anta. Anta memutar badannya menatap Lina. "Katanya Lo takut sama gue." Lina menggerjapkan Matanya binggung, yang malah terlihat menggemaskan disaat bersamaan. "Kapan gue bilang takut sama Lo?! Gue Takut lo tatap kek tadi! Nyeremin tau! Lo kayak mau makan gue idup idup tau ngak!." Kata Lina sambil bergidik sendiri mengingat tatapan tajam Anta tadi. Anta diam tak dapat berkata kata. Dia salah sangka ternyata. Sudut bibir Anta berkedut menahan senyumannya. "Iih... Kalo mau ketawa ketawa aja, senyum senyum aja jangan ditahan! Bikin penyakit tau!." Dengus Lina. Dia memainkan kakinya membuat gerakan memutar mutar ditanah. Anta tertawa saat itu juga. Lina menatap Anta tanpa berkedip. Dia hampir pingsan! Bayangkan aja, melihat Tersenyum saja Lina melumer rasanya bagaimana kalau tertawa!. Dunia Lina mau runtuh! "Ganteng!" Gumam Lina entah sadar atau tidak. Anta menghentikan tawanya dan menatap Lina dalam dan Lembut?. Lina tersentak kaget. "Jadi?." Tanya Anta lagi. Lina menggerutkan keningnya binggung. "Jadi apa?." Astaga! Kenapa Anta bisa punya calon istri ajaib seperti ini tuhan!. Anta menggeram Frustasi dalam hati. "Aaah... Yang Kepribadian Ganda tadi?!." Anta mengangguk lega karena dia tak harus menanyakan ulang pada Lina. "Hm... Gimana ya?!" Lina menggetukkan jari telunjuknya di dagu sambil berfikir. "Gue sih ngak masalah sih. Toh gue juga punya sodara dengan 3 kepribadian ajaib yang beda beda. Nambah Lo kayaknya ngak masalah! Asal ngak nyusahin aja sih." Kata Lina dengan santainya. Anta bisa bernafas lega sekarang. "Yang harusnya tanya itu gue!" Anta menatap Lina ganti dengan binggung. Dia menaikkan sebelah Alisnya. "Lo... Lo ngak keberatan nikah sama gue?! Maksud gue! Lo ngak kenal gue! Eh kita udah kenal sih barusan." Kata Lina sambil menunjukkan deretan gigi putihnya. "Gue itu Labil loh! Itu kata Kak Vander sih. Tapi menurut gue gue juga labil sih?! Ah bodo lah!." Anta menatap Lina dalam diam, dia binggung sendiri mendengar pertanyaan Lina yang ujung ujungnya dijawab sendiri. "Intinya... Lo yakin mau nikah sama gue, kita belum kenal banget loh. Gue aja baru tau lo punya Alter ego, eh iya gue lupa... Nama Alter lo siapa? Gue mau kenalan Dong." Mata Lina berbinar menatap Anta. Astaga... Mulai sekarang anta harus membiasakan diri bersama dengan anak ajaib seperti Lina. Anta memejamkan Matanya sebentar lalu terbuka kembali. Lina menatap Anta takjub. Sorot mata itu berubah dan Lina tau kalau yang ada didepannya ini bukan lagi Anta, tapi Alternya. "Kenapa?." Tanya Fernan dingin. Lina yang tadinya berbinar langsung cemberut mendengar nada dingin dari Fernan. "Ngak jadi! Balikin lagi Antanya!" Ketus Lina. Fernan menghela nafas berat. Dari tadi dia sadar dan memperhatikan dan juga sejak tadi dia tertawa menertawakan Anta. Dan sekarang dia menghadapi Lina, yang Fernan yakin kalau Anta sadar akan menertawakannya Balik. Untungnya jika Fernan sadar Anta akan tertidur. Yah walaupun terkadang ingatan Fernan akan terbawa jika dia bangun. "Ngak bisa. Anta tidur." Jawab Fernan santai dengan nada datarnya. Lina mendengus kesal. Nada itu tak berubah. "Ya udah... Gue mau pulang." Lina melewati Fernan, baru beberapa langkah lengan Lina ditarik Oleh Fernan membuat Lina kini berdiri tepat di hadapan Fernan. "Nama gue lengkap gue ngak beda sama Anta, panggilan aja yang beda. Lo bisa panggil gue Fernan." Kata Fernan. Lina menatap Fernan sambol menggerjap lucu. Ini kalimat panjang pertama yang diucapkan Fernan pada Lina hari ini. "Kalai ngomong ngak datar bisa?." Tanya Lina. Fernan menggerutkan keningnya. "Kek gimana? Gue emang gini. Beda sama Anta. Walaupun gue bisa niri gaya Anta, tapi gue ngak suka itu bukan gue!." Lina mengangguk mengerti. Lina hanya diam begitu juga dengan Fernan. Dia masih menggenggam pergelangan lengan Lina. "Boleh tanya?." Tanya Lina sambil menatap Fernan yang hanya dijawab dengan gumaman. "Yang waktu itu gue cium di lapangan Basket siapa? Lo apa Anta?." Tanya Lina agak malu mengingat kejadian konyol itu. "Kenapa lo pengen tau?." Tanya Fernan. "Yah... Soalnya tadi pagikan Anta eh Lo ah ngak tau gue siapa mau Lo Mau Anta sama aja deh. Kan tadi pagi bilang Gue harus tanggung jawab soal ciuman di Lapangan Basket itu. dan karena itu jugakan Lo mau nikahin gue?! Ya gue penasaran aja sih." Lina menunduk menatap tanah. Fernan tersenyum tipis melihat tingkah Lina. Fernan menarik dagu Lina membuat gadis itu menatapnya. "Lo nebak siapa? Gue apa Anta?." Tanya Fernan. Lina memperhatikan Fernan lekat lekat dan mengingat ingat kejadian beberapa minggu lalu. Lina memberanikan dirinya menyentuh permukaan wajah Fernan. Mulai dari keningnya, alis tebalnya, hidungnya, rahang tegasnya, dan terakhir Bibir tebal merona alami itu. Cup Fernan menggerjapkan matanya berkali kali saat bibir Lina menempel kilat di bibirnya. Gadis itu memamerkan senyuman manisnya pada Fernan. "Ekspresinya mirip kayak sekarang. Jadi gue tebak waktu itu Lo." Fernan terkekeh mendengarkan perkataan Lina. "Yang tadi pagi?." Tanya Fernan pada Lina. Lina diam berfikir. Fernan memperhatikan gadis didepannya baik baik. "Gue bisa bantu lo jawab!." Baru saja Lina akan menolak tawaran Fernan. Sayangnya gerakan Fernan lebih cepat dari Lina. Dia sudah lebih dulu mendaratkan bibirnya di atas bibir Lina dengan sedikit bermain disana. Tak lama Fernan melepaskan panggutan mereka. Lina mendesah kesal, karena dia baru akan menikmati ciuman itu!. Astaga! Otak gadis ini kenapa?! Kenapa otaknya m***m sekali!. "Kok cepet sih?!" Dengus Lina. Fernan kaget? Tentu saja! Hey... Dia baru tau kalau Lina gadis yang agresif. Dia pikir Lina gadis yang malu malu seperti pada umumnya gadis sebayanya. Astaga Fernan! Apa dia lupa kalau Lina itu gadis ajaib! Yang hanya ada satu di dunia?!. Fernan menepuk kepala Lina pelan. "Dah balik yuk. Ntar dicariin.!!" Fernan menggenggam jemari Lina pelan dan Lembut. Lina tersenyum tipis. "Jadi yang dua kali ciuman sama gue Lo ya." Kata Lina. Fernan diam saja dan tetap melanjutkan langkahnya. "Eh tiga kali sih sama yang barusan." Koreksi Lina. "Kalo sama Anta gimana ya rasanya? Sama aja apa beda ya Fer?." Tanya Lina pada Fernan. Tak ada sahutan dari Fernan. Merasa diacuhkan Lina Dongkol. "Mulai deh dikacangin lagi! Kesel!." Gerutu Lina. Fernan hanya diam dengan senyuman tipis yang tak lepas dari wajahnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD