Ambisius

2942 Words
“Mau kemana lu dah rapi bae?” “Kuburan!” jawab Kaysha ketus. Kim Woo tertawa gemas mendengarkan jawaban sang adik yang nampak kesal padanya. “Galak amat sih adek gue ini, hmm? Nanti cantiknya ilang, loh,” goda Kim Woo seraya memberikan satu piring berisi dua lapis roti tawar yang sudah diolesi dua selai kesukaan Kaysha. Wanita berusia dua puluh lima tahun itu menghempaskan pantatnya di kursi meja makan setelah mengecup pipi sang kakak jadi-jadiannya. “Kenapa, masih nggak bisa move on dari mantan?” ledek Kim Woo lagi. Kaysha diam dengan mulut yang mengunyah roti tawar buatan Kim Woo. “Jawab dong, De. Jangan diem aja. Masa sepagi ini lu udah kayak singa betina yang lagi pms aja!” Kaysha mendengus pelan, kedua matanya melirik tajam pada pria bermata sipit itu. “Sudah tau gue itu mau berangkat ke kantor sahabat lu. Masih saja ditanya. “Apa lu kurang jelas ngeliat pakaian gue yang mau kemana terus laptop dan beberapa dokumen yang gue bawa hah? heran deh!” jawab Kaysha galak. Kim Woo kembali tertawa seraya mengangkat kursi duduknya agar lebih dekat lagi dengan adik ketemu gedenya ini. Pria bernama lengkap Kim Woo Joung ini sudah resmi menjadi kakak angkat dan Kaysha secara sah menjadi angkat dari keluarga Kim pengusaha kaya raya asal negeri ginseng. “Yakin lu mau ngantor dulu? Nggak jalan-jalan dulu gitu sama temen-temen lu di sini, hmm? “Biasanya lu kalau ke Seattle suka pergi ke rumah Oma, calon mertua nggak jadi itu.” Hidung Kaysha kembang kempis dengan nafas yang memburu, sepertinya pria di depannya ini sudah lama tidak pernah merasakan tinjuannya. “Eh. Mantan juga lagi ada di sini loh, yakin nggak mau sama mantan terindah lu itu, hmm?” Kaysha hanya diam, meski tak bisa di pungkiri kalau dadanya bergemuruh panas akan sindiran keras Kim Woo. “Dari wajah lu yang kelihat lagi mellow kayak gini. Gue tahu kalau lu ini gagal move on. “Baru mendarat tadi pagi, Singapore-Seattle langsung gas kerja. Apa nggak capek?” kata Kim Woo lagi tak henti pria itu memberikan sindiran keras pada adiknya ini yang kelewat workaholic bila sudah patah hati. Si pelaku hanya diam dan terlihat santai, tetapi tidak dengan hatinya yang sudah panas karena ocehan kakak angkatnya itu. Dengan tenang wanita bernama Kaysha Michael Feehilly itu memakan roti tawarnya dan menghisap sussu hangat yang diberikan oleh pelayan. “Cara melupakan mantan terindah lu ini buat gue semakin kaya tau nggak. Perusahan gue mendadak melesat pesat dan itu berkat kerja keras lu. “Kerja keras bagaikan kuda bak sudah kayak zaman kolonial saja dan ini karena si Jay kan?” sambung Kim Woo dengan tawa. Pria berusia tiga puluh dua tahun ini bak minta di gampar oleh adiknya yang sejak tadi menahan emosi. Meski Kim Woo tau, tidak seharusnya terus menyindirnya seperti ini. Kisah cintanya dengan salah satu rapper ternama asal negeri ginseng Jay Lim itu sudah lama kandas ketika keduanya sudah bertunangan. Meski hubungan yang sudah tujuh tahun di bina itu dan selangkah lagi melangkah ke jenjang pernikahan dan mengucap janji suci. Tetapi, bila bukan jodohnya. Kaysha pun tidak bisa memaksa dan hal inilah yang timbul penasaran untuk sahabatnya akan alasan apa keduanya berpisah yang sama sekali tidak ada orang yang tahu. “Lu mau sampai kapan nggak akan cerita sama Kakak lu ini, hmm?” Kaysha masih diam seperti biasanya, bak telinganya sudah terbiasa mendengarkan pertanyaan yang selalu sama dimana dua sahabatnya pun melontarkan pertanyaan yang sama. “Kalau masih ada cinta buat Jay Lim. Saran gue, kembalilah. Gue tau baik lu sama Jay, tidak akan mudah melupakan orang yang selama ini di sayangi dengan cepat. Jay mengaku menyesal, Kay,” kata Kim Woo lagi dan lagi. “Jay ingin bertemu denganmu,” sambung Kim Woo seraya menatap lekat pada sang adik. Entah berapa kali wanita itu menghela nafas mungkin sudah tidak terhitung lagi. Wajah cantik dengan dagu terbelah itu terangkat pandangi pria di depannya yang sama ikut menatapnya juga. “Perlu ya lu bahas kayak ginian lagi hah?” Wajah cantik itu terlihat begitu tegas. Dari ekspresi wajahnya itu seolah menegaskan kalau dia sudah tidak ingin membahas masalah ini lagi. “Jujur, Woo. Gue udah bosen dengerin lu bertanya hal yang sama sama gue. Ini sudah basi banget, masih saja dibahas terus!” Manik mata Kaysha menajam menatap pada Kim Woo. “Gue tegaskan sekali lagi sama lu dan gue harap lu nggak akan bertanya lagi setelah ini!” Kode bahaya. Kim Woo melihat kalau Kaysha begitu marah saat disinggung perihal Jay Liem lagi. Siapa yang tidak penasaran akan keharmonisan hubungan yang cukup lama dan sepasang kekasih itu yang tidak pernah bertengkar. Tetapi, sekali bertengkar seperti ini, mengerikan. “Hubungan gue sama Jay Liem sudah END. Dan perlu lu ingat, kalau ini sudah bulan keenam gue udah nggak ada hubungan apapun dengan dia. Jadi, tolong jangan di ungkit terus! Paham?!” Kim Woo manggut-manggut, melihat ekspresi Kaysha yang marah membuat bulu kuduk Kim Woo merinding. Kaysha yang pembawaanya tenang dan santai mendadak jadi garang. “Satu lagi. masalah kerjaan. Lu nggak usah nyindir gue karena gue kayak gini pun karen lu juga, Woo! Gue kerja rodi kayak gini itu karena lu. “Lu datang dan nodong gue kasih tanggung jawab yang banyak ini. Urusan tender dua perusahan lu saja harus gue yang urus. "Beberapa proyek yang didapatkan KWB saja harus gue yang urus, sampai teganya lu kasih anak perusahan lu ke gue!” Kaysha menjeda sejenak lalu membuang napas berat. “Mulai sekarang gue nggak mau lagi jadi korban ambisius lu yang ingin menggebrak pasaran Amerika. “Selesai proyek besar lu ini dengan sahabat lu. Gue mundur. Gue ingin pensiun!” tehas Kaysha, berikan kakak angkatnya itu yang terlalu berambisi ingin menjadi pebisnis muda yang terkenal di Amerika. Deg! Jantung Kim Woo berdegup kencang, sekencang dirinya mengejar cinta wanita di sampingnya ini yang tidak kunjung terbalas. “Cepat-cepat lu cari pengganti gue, kalau tidak tanggung sendiri akibatnya!” imbuh Kaysha seraya bangun dari duduknya dan meninggalkan pria bermata sipit itu dengan mulut yang menganga. “Kay. Lu nggak serius kan mau pensiun?” tanya Kim Woo. Mendadak hati tak tenang mendengarkan perkataan sang adik yang akan pensiun lebih cepat. Sayangnya, pertanyaan itu diabaikan oleh Kaysha. Kim Woo yang tidak terima pun berteriak kencang untuk menghentikan langkah sang adik. “Kay, Kay. Jangan marah kayak gini dong. Oke, gue salah. Ampuni gue!” mintanya. Sayangnya, Kaysha sudah terlanjur kesal pada kakak ketemu gede itu hingga dia mengabaikan permintaan maafnya dan begitu saja pergi dari hadapan pria tersebut. ‘Astaga. Ini bahaya kalau Kaysha sampai mundur dari posisinya. Apa lagi pensiun. ‘Bisa-bisa gue sendiri kerja lembur bagai kuda, bukan cuan nya ada yang ada gue gila sendiri,’ batin Kim Woo seraya meratapi kepergian Kaysha. “Anda tidak serius kan, Non? Pensiun dari KWB?” tanya Pak Choi asisten pribadinya. Pria paruh baya itu pun harap-harap cemas ketika mendengarkan perdebatan Tom and Jerry dimana salah Satunya mengatakan ingin pensiun dini. Bahaya kalau Kaysha pensiun, maka pekerjaan yang segunung itu akan diserahkan padanya. Kaysha bukan menjawab, namun dia memberikan pelototan tajam pada Pak Choi yang selalu menguping pembicaraan dengan Kim Woo sekaligus ikut campur dengan urusannya. Pak Choi menarik napas sejenak dengan ekspresi wajah Kaysha yang sudah jelas dia paham, dia pun membukakan pintu mobilnya untuk wanita muda itu masuk. “Kita mau pergi kemana dulu, Nona?” “Jam Enterprise! Saya nggak ingin buang-buang waktu lagi!” jawab Kaysha yang dianggukan Pak Choi, siap. Tetapi, tidak dengan hatinya yang belum siap ditinggalkan Kaysha yang hendak berhenti bekerja. Bila di sini nampak Kaysha yang tengah bad mood sepagi ini lain halnya dengan pria tampan di seberang sana yang sepagi ini sudah disuguhkan dengan dua puluh foto wanita cantik di hadapannya. “Ini beneran Mommy gue sepagi ini datang hanya untuk pilih diantara dua puluh wanita?” batin Jamie seraya menatap wanita senja, bukan beberapa foto wanita cantik di depannya. “Haish, cepatlah pilih salah satu dari mereka. Mana yang menurutmu cocok jadi Mommy mau langsung menghubunginya,” seru Grace sudah gemas sendiri dengan putra sulungnya yang masih betah melajang. Jamie menghembuskan napas pelan dengan bibir yang mengerucut. “Sepagi ini bukanya datang bawa sarapan Mom, ini datang bawa foto wanita seksi. Apa nggak ada yang lain yah?” tegur Jamie pada wanita senja yang menggeleng, tidak. Masalah sarapan Grace tidak terlalu khawatir kalau ada pria yang berdiri diambang pintu ruangan sang putra yang selalu menyiapkan segala kebutuhan termasuk perihal makanan untuk Pewaris Grey. “Apa nggak ada waktu lain bahas kayak ginian, Mom? Masih ada perjodohan di zaman seperti ini?” tanya Jamie seraya memijat pelipisnya yang berdenyut. Jamie mendadak pusing akan kelakuan Grace yang datang sepagi ini hanya untuk membahas perihal wanita. “Ah, sudahlah. Nggak usah banyak komplen kamu, Nak. Lekaslah pilih satu dari dua puluh wanita itu. “Mana yang menurutmu suka dan cocok, Mommy langsung hubungi mereka,” ujar Grece, santai. “Astaga, Mom. Emangnya putramu ini tidak laku harus dijodohkan segala sampai Mommy maksa aku buat milih salah satu dari wanita yang Mommy pilihkan itu?” “Yes, Darling,” jawab Grace dengan ekspresi yang sama. Wanita senja itu menghampiri sang putra sulung yang terlihat marah. “Kalau kamu nggak dipaksa sekarang, mau sampai kapan lagi? Umurmu sudah tidak muda lagi, Jamie. Sudah tiga dua dan seharusnya kamu sudah mendapatkan cucu dari kamu, Nak.” Grace duduk di atas pegangan kursi dengan sebelah tangan merangkul bahu sang putra. “Please, kabulkanlah keinginan Mommy mu ini. Please give me one of your best choice!” mohon Grace dengan puppy eyesnya. Pria bernama James Nicholas Grey mendesah pelan dengan mata menatap tak tega pada sang ibu yang selama ini telah banyak berjasa. Tetapi, memilih satu diantara dua puluh wanita itu sama sekali tidak ada yang menari kecuali— “Aku butuh berpikir, Mom. Nggak bisa kasih jawaban kilat sekarang ini.” Grace meruncingkan bibirnya, lalu mendesah pelan. “Mom, please…” Grace menarik napas sejenak lalu mengangguk pelan. “Oke. Mommy berikan kamu waktu dan lusa kamu harus berikan jawabanya secepatnya. “Kamu tau bukan kalau Mommy mu ini sudah tidak betah melihat putra sulung kesayangan Mommy sendiri terus dan menjomblo abadi?!” Jomblo abdi seperti ini pun tidak lain ikut campur tangan Mommynya, seandainya Mommy tidak egois mungkin detik ini juga dia sudah bahagia dengan wanita yang teramat dia cintai itu. Grace bangun dari duduknya dan tak lama Jamie pun ikut bangun mengantarkan Grace yang hendak akan pulang. “Tolong jangan buang-buang waktu hanya untuk bekerja dan bekerja, Putraku. Kamu butuh dunia yang real dan Mommy ingin melihat kamu menikah.” Meski hati Jamie kesal karena sepagi ini sudah di todong untuk memilih wanita pilihan Grace. Tetapi, bibir Jamie melengkung membentuk senyuman meski yang terlihat hanya tipis. Jamie menggenggam erat tangan Grace lalu mengecup punggung tangannya ketika mereka sudah berada di ambang pintu. “Bila tidak ada yang aku sukai, bagaimana?” Grace lagi lagi mendengus pelan. “Kenalkan Mommy pada wanita yang kamu cintai. Karena kamu harus menikah!” tegas Grace yang tak ingin dibantah lagi. Jamie lagi lagi berikan senyuman untuk Grace. “Sayangnya, aku tidak bisa menikah dalam waktu dekat ini, Mom. “Mintalah pada Julia agar adikku itu menikah lebih dulu dan memberikan Mommy cucu. “Kasihan bukan kalau putri Mommy itu sudah berpacaran cukup lama kenapa tidak di sah kan saja?” usul Jamie seraya menumbalkan sang adik untuk menikah lebih dulu demi keinginan mommy tercinta yang menginginkan cucu. Grace menatap sejenak pada putranya diiringi senyuman. “Tentu tidak. Kaulah duluan yang pertama menikah, darling karena kamu putra pertamaku.” “Astaga, Mom…” “Baiklah, kamu menikah atau Mommy akan—” Grace terjeda sejenak dengan mata menatap serius pada putranya. “Akan apa, Mom?” Dua puluh menit kemudian…. “Apa benar ini gedungnya, Pak Choi?” “Ya, Nona. Ini kantor pusat Jam Enterprise salah satu perusahan terbesar di Seattle. “Gedung tinggi dan besar ini dipimpin langsung oleh Mr Grey sahabat dari Tuan Kim,” jawab Pak Choi sedikit memberikan informasi pada Nona Muda yang sepertinya benar-benar ingin pensiun. Kaysha terlihat begitu ingin cepat-cepat menyelesaikan beberapa proyek yang dipegangnya agar lepas dari tanggung jawab yang diberikan oleh Kim Woo. Kaysha berikan anggukan pelan seraya kedua matanya menyisir interior gedung yang menjulang tinggi ini, di mana gedung yang megah ini terlihat sederhana namun terkesan mewah dan megah. “Luas sekali lobby Jam Enterprise, bisa main bola satu kabupaten di sini,” ujar Kaysha yang dianggukan benar. “Arsisteknya keren yah.” “Ya, Nona. Saya dengar arsiteknya berasal dari Italia,” jawab Pak Choi. “Sebentar Nona,” ucap Pak Choi seraya menghadap dua wanita cantik yang berdiri di meja resepsionis sementara Kaysha masih memandangi sekeliling. Selama sepuluh tahun ini dia bekerja freelance membantu kakak angkat sekaligus sahabatnya itu. Kaysha baru pertama kali menginjakan kedua kakinya di Gedung perkantoran terbesar dan juga mewah seperti ini. “Ada apa anda tertawa, Nona?” Kaysha menoleh sejenak pada pria paruh baya itu. “Saya hanya ingin tertawa dengan ambisi tuan besarmu itu!” Satu alis Pak Choi terangkat, dia tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh Kaysha. “Ambisi?” “Ya,” jawab Kaysha pendek seraya berjalan bersama dengan wanita cantik bertubuh ramping dengan rambut bersanggul. “Tuan besarmu itu begitu berambisi yang kelewat tinggi. Selain tuan mu itu ingin menggebrak pasaran Amerika. “Tetapi, tekadnya begitu besar sekali ingin menjadi Young Billionaire terkaya asal negeri ginseng. Tapi, KWB Company saja—” Pak Choi pahami yang dibicarakan Nona Mudanya itu, Kaysha tengah membandingkan kantor besar milik sahabat tuannya. “Aku ragu kalau kerja sama ini akan diterima oleh pemiliknya sekalipun dia sahabatnya tuanmu,” ungkap Kaysha kali ini mengejek kakak angkatnya itu. “Tidak salah bukan kalau Tuan Kim meminta anda yang menangani langsung proyek besar ini? Semoga saja kita bisa mendapatkan proyek besar dari Jam Enterprise.” Pak Choi merapatkan tubuhnya lalu berbisik di telinga Kaysha. “Saya dengar Ceo nya terkenal dengan Dome Fuji.” Kaysha langsung menoleh dan pandangi Pak Choi. “Kenapa disamakan dengan Demo Fuji?” “Orangnya dingin banget, sama dengan julukannya tempat paling dingin di dunia. Selain dingin, pria itu pun terkenal arrogantnya. Jutek dan irit banget senyum. “Konon yang saya dengar, tidak ada satu wanita pun yang bisa mendekati Ceo itu apa lagi menyentuh hatinya. Tidak ada yang bisa,” sambung Pak Choi membuat Kaysha mengeryit kening dalam. Wanita berusia dua puluh lima tahun itu mencoba mencermati pembicaraan asisten pribadinya. “Kenapa tuanmu bisa kenal dan bersahabat dengan pria tua pemilik Jam Enterprise yang dingin kaya Demo Fuji dan juga arogannya? “Pantas saja kakaku kelakuanya asholle karena gaulnya dengan pria tua,” hina Kaysha di depan orang kepercayaan Kim Woo Joung. “Ssstt… jangan keras-keras, Nona.” “Kenapa?” tanya Kaysha dengan kening semakin berkerut. Lama kelamaan bicara dengan Pak Choi membuat dirinya cepat tua. “Ceo Jam Enterprise itu masih muda, tidak seperti yang anda bayangkan, Non. “Semasa remaja beliau itu sudah merintis bisnisnya sendiri sehingga kini dia menjadi orang sukses. Apa anda belum bertemu dengan Mr Grey?” tanya Pak Choi, mendadak penasaran. Bila Kaysha adik angkat sekaligus orang yang terdekat dengan Kim, tentunya mengenal dengan sahabat-sahabat kakak angkatnya bukan? “Aku tidak tahu, Pak Choi. Mendengarkan namanya saja baru sekarang,” jawabnya. Pak Choi tertawa pelan. “Yang anda tahu dan selalu ingat kan hanya Jay Liem, hehehe….” Kaysha berikan pelototan dengan bibir yang mengerucut. “Saya jamin anda akan falling in love ketika bertemu langsung dengan Mr Grey.” Lagi, Kaysha melirik tajam. Kenapa asisten pribadinya mendadak menyebalkan. “Ceo Jam Enterprise itu ganteng orangnya. Ganteng pake banget, Nona. Bak seperti dewa tertampan di mitologi Yunani!” kata Pak Choi dengan cengiran. “Ck! Sekalipun ganteng aku nggak suka, Pak Choi! Saya sudah tidak tertarik lagi dengan pria ganteng!” “Lalu?” jawab Pak Choi cepat. “Nggak usah kepo sama urusan pribadi saya, Pak Choi! Sudah focus saja sama proyek kita ini,” tegas Kaysha, tak ingin lagi membahas perihal pria. Setelah putus dengan Jay Liem, Kaysha memutuskan untuk menutup hatinya pada pria manapun karena saat ini dia sudah nyaman dengan kesendiriannya ini. “Silahkan Nona dan Tuan. Anda sudah ditunggu oleh Mr Grey,” ucap salah satu wanita cantik yang tersenyum manis padanya. “Terima kasih, Miss.” Kaysha saling pandang dengan Pak Choi sejenak. Mendadak Pak Choi melimpahkan proyek ini karena pria itu harus menerima panggilan telepon. Kaysha geram, asisten pribadinya itu selalu semena-mena padanya. Yang seharusnya di samping, ini malah Kaysha yang pada akhirnya maju sendiri. Di dalam sana, Mr Grey yang tengah berkutat dengan layar laptopnya pun dibuat tidak fokus, sedari tadi dia sudah menunggu kedatangan dua perwakilan dari perusahan sahabatnya. “Astaga kemana orang itu?” Mr Grey menatap sejenak jam tangan mahalnya yang melingkar di lengan kirinya. “ “Kalau bukan perusahan lu, Woo. Gue sudah coret langsung dan melemparkan pada perusahan yang lebih professional bisa menghargai waktu!” gerutu Jamie kesal. Dua perwakilan dari KWB company masih saja belum masuk setelah sekretarisnya sudah mengkonfirmasi kedatangannya. Tak mau lama menunggu karena hari jadwalnya sangatlah padat. Jamie pun akhirnya bangun dari duduknya dengan hembusan kesal. Pria berperawakan tinggi itu kesal karena sudah lima belas menit menunggu. Jamie meraih handle pintu lalu menariknya. Namun, yang ditarik justru seseorang yang terkejut dan hendak jatuh yang diiringi teriakan keterkejutan yang membuat Jamie akhirnya menopang tubuh wanita yang kini menatapnya. Hembusan nafas Kaysha begitu terasa ketika jarak keduanya begitu dekat. Apa lagi bola mata hitam itu tak berkedip menatapnya. Jamie tersenyum lebar, takala hatinya menjerit senang ketika seseorang yang selama ini dia cari akhirnya datang dengan sendirinya. “I got you, Babe…”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD