Bab 7 - Raja Arthur Beraksi

2378 Words
Istana Timur Kerajaan Dewa 13 Alam Dewa Channing mengamatin Stellina yang saat ini sedang menghidangkan makan malam untuknya. ‘Stellina,’ bisik hatinya, ‘Aku tidak akan membiarkan Ibumu, atau siapa pun, membawamu pergi dariku.’ Dewa Channing semenjak pertemuan mereka di Gunung Kramat, tidak ingin jauh dari Stellina. “Silahkan, Yang Mulia.” Stellina sudah selesai menghidangkan makan malam di meja, “Yang Mulia mulai lah makan, agar setelah ini bisa minum obat yang diberikan Tuanku Imam Bentley, terus istirahat.” Dewa Channing tersenyum mendengar ini, “Baik Dewi Perawat, Hamba patuhin instruksimu.” Dewa Channing membuka Piring Makannya yang tertelungkup di atas Place Mat di meja. Stellina mendengar ini hanya tersenyum geli, dia segera mengisi Piring itu dengan beberapa sendok Kentang Kukus kesukaan Dewa Channing. “Yang Mulia, Hamba pamit ya.” “Kamu mau kemana?” Dewa Channing heran, “Kamu mau kembali ke Hutan Mawar Rubah Merah kah?” tanyanya sambil mengamatin Stellina yang kini mengisi piringnya dengan Dua jenis Masakan. Hatinya merasa gelisah saat ini, sebab baru saja berhasil membuat Stellina disisinya. “Bukan, Yang Mulia.” Stellina menggeleng, “Hamba pamit untuk beristirahat sejenak. Jujur, Hamba saat ini sangat letih.” Dewa Channing terdiam mendengar ini, lalu pelan jari tangan kanannya menyentuh Dagu Stellina, dibikin Stellina melihat ke Dia. Dia amatin Stellina dengan Six Sensenya, mencari tahu benar kah Stellina letih, atau kepikiran sama Dewi Estella. “Yang Mulia.” Stellina tersenyum ke Dewa Channing, “Hamba benar letih. Hari ini Hamba banyak mengalamin hal tidak enak, ditambah berlari terus menghindar dari pengejaran Dewa Bruno, sudah tentu Hamba menjadi letih.” “Baik Aku paham.” Dewa Channing paham, “Pergilah ke Kamarmu yang sudah Irva siapkan untukmu. Pulihkan tenagamu.” “Baik Yang Mulia.” Stellina menganggukan kepala, “Hamba permisi, Yang Mulia.” Lalu berdiri, mundur tiga langkah, baru meninggalkan Dewa Channing, dengan membawa baki kosong ditangannya. Dewa Channing masih mengawasin Stellina. Saat bersamaan di Gua Neraka, Raja Arthur memanggil-manggil Stellina. “Gadis kecil! Hai Gadis kecil! Kemarilah, Gadis kecil.” Suara Raja Arthur masuk ke dalam Aura Raja itu di badan Stellina. Tanda Lahir dikening Stellina mulai mengeluarkan Sinar merah pedar-pedar. Stellina tersentak kaget karena ini, baki ditangannya terlepas, jatuh ke Lantai, PRANGG.. Stellina menutup kedua telinganya, tampak mulai uncontrol. “Astaga!” pekik Dewa Channing melihat semua ini, bergegas mendekati Stellina, “Stellina, Kamu kenapa?” tanyanya memandang Stellina dengan cemas. Stellina tidak menjawab, terduduk di lantai, kedua tangannya mendekap badannya. Suhu badannya mulai naik memanas. Dia mulai menggigil kedinginan. “Astaga!” Dewa Channing cepat mau mengangkat Stellina berdiri, “Astaga!” Dia terkaget sebab badan Stellina bagai Bara Api saat ini. Dia juga melihat kedua mata Stellina berubah menjadi Merah, suara Stellina pun mengeram seperti geraman Iblis. “Kamu kenapa ini?” dia berusaha tenang menghadapi situasi Stellina ini. Six Sensenya cepat mendeteksi mengapa Stellina menjadi seperti ini, “Tidak mungkin Kamu kerasukan saat ini. Dewa Dewi Rubah tidak mudah dirasukin Aura Iblis.” Stellina mulai terjatuh di Lantai, menggeliat kepanasan dan kedinginan. Dewa Channing cepat memutar kedua tangannya, lalu keluar Sinar Biru di sana, baru dipeluknya Stellina, Sinar tersebut melingkarin mereka berdua. Mengeluarkan pula Suhu Adem untuk mereka. Dewa Channing pun menggenggam kedua tangan Stellina, dialirkan Energy Murninya yang belum pulih 100 persen. Stellina semakin menggeliat merasa ngilu dimasukin Energy Murni milik Dewa Channing. “Stellina, bertahanlah.” Dewa Channing mengajak Stellina bicara, “Bertahan sayang.” Dia tanpa sadar menyebut Sayang ke Stellina, “Aku di sini bersamamu. Aku menolongmu. Bertahan, sayang.” Stellina antara sadar dan tidak, pelan mengulurkan tangan ke wajah Dewa Channing, disentuh wajah itu. Dewa Channing cepat meraih tangan itu, digenggamnya, terus dialirkan energy murninya untuk mengembalikan Stellina normal. Bibirnya bergerak mengatakan sesuatu. Dewa Channing mendekatkan wajahnya ke bibir Stellina, mendengarkan apa yang bibir Stellina katakan saat ini. Stellina mengatakan, ‘Hamba baik saja, Yang Mulia.’ Mendengar ini Dewa Channing sedikit lega, berarti Stellina berangsur kembali normal. Lalu matanya melihat Liontin di kalung yang menghias leher Stellina. Lambang Naga Air bersinar terang. Dia kemudian memandang Stellina, ‘Kenapa Kamu punya Kalung Naga Air? Ini milik Tuanku Imam Bentley. Tidak mungkin Kamu putri Beliau. Wujudmu kuat Rubah Merah, bukan Naga Air wujud Tuanku Imam Bentley.’ Di Gua Neraka, Raja Arthur menjadi kesal, sebab gagal menarik Stellina datang menemuinya. Stellina melakukan perlawanan, ditambah ditolong Dewa Channing pula. “Akhhh!” jeritnya sebab Sinar Biru yang berasal dari Liontin Kalung milik Stellina, “Kurangajarrrr!!!” jeritnya kesal membuatnya kesakitan saat ini. Kembali ke Stellina, gadis ini sudah normal, terkulai lemas dipelukan Dewa Channing. Dewa Channing segera menggendongnya, dibawa ke Tempat tidur, dibaringkan di sana. Dia melihat sekujur badan Stellina basah dengan Air yang berasal dari Laut Utara tempat kelahiran Imam Bentley. “Astaga!” desaunya, “Aku harus bagaimana ini? Tidak mungkin kubiarkan Stellina basah kuyup begini? Tidak bisa pula kupanggil Irva untuk membantuku menggantikan pakaian Stellina. Bisa tersiar kabar buruk ke seluruh Kerajaan ini. Itu membahayakan Stellina.” Dia menjadi kebingungan. Akhirnya Dia cepat ke Dressing room di kamar ini juga, diambil sehelai kemeja, celana boxer, dan handuk kering. Kemudian cepat kembali ke Stellina. Naik ke atas tempat tidur, diangkat badan Stellina dari kasur, “Maafkan Aku, Yue Memey.” racaunya, “Aku terpaksa menyentuh Putrimu. Kalo tidak dia bisa masuk angin.” Lalu melepas seluruh pakaian di badan Stellina. Tampaklah hamparan mulus bersih milik Stellina. Dewa Channing menahan nafasnya, meredam naluri kelelakiannya yang tergoda melihat hamparan mulus ini. Cepat dia pasangkan Kemeja dan celana boxer ke badan Stellina. Padahal sebenernya Dia cukup menjentikan jari tangannya, sekejap Stellina berganti pakaian. Tapi karena panik, Dia melupakan hal ini. Dia pun saat selesai memasangkan pakaian ke tubuh Stellina, baru menjentikan jari tangannya, bikin Sprei yang tadinya basah ditidurin Stellina yang basah kuyup menjadi kering rapih, dan Stellina baring dengan posisi nyaman dibungkus selimut. Dewa Channing menghembuskan nafas, melepas redaman naluri kelelakiannya yang sedari tadi ditahannya. Dia pun turun dari tempat tidur, mau duduk di lantai, tapi tangan Stellina meraih tangannya. Dewa Channing melihat ke Stellina. “Yang Mulia, makasih.” Stellina bicara pelan, “Mohon Yang Mulia tidak meninggalkanku.” Rintihnya memandang Dewa Channing. “Aku menemanimu, sayang.” Dewa Channing pelan mengusap sayang rambut di kepala Stellina, “Ayo sekarang Kamu pejamkan matamu, istirahatlah. Aku menjagamu di sini.” +++ Pagi yang cerah, Peri Irva seperti biasa mengantarkan Sarapan untuk Dewa Channing ke kamar Sang Dewa. Dia pelan mengetuk Daun pintu. TOK..TOK.. “Yang Mulia! Yang Mulia. Hamba mengantarkan Sarapan Anda.” Tapi tidak ada jawaban dari Dewa Channing. Jelas tidak ada, Dewa Channing tertidur pulas memeluk Stellina di tempat tidur. Semalam Stellina kembali menggigil kedinginan, tapi bukan karena dipanggil Raja Arthur. Stellina juga muntah-muntah. Gadis ini masuk angin, sebab hanya makan sebelum pergi mengantar Pakaian Dewi Iryana. Kemudian setelah Dewa Channing mengobatinnya, memberinya pula makanan, Dia tidur gelisah. Dewa Channing tidak tega melihat ini. Awalnya Dewa Channing mengelus-elus lembut kepala Stellina, agar Stellina tidur dengan tenang. Stellina sejenak bisa tidur pulas. Namun mendadak terbangun sambil menjerit ketakutan. Dewa Channing pun memeluk Stellina, ditenangkan gadis ini yang dirasa ada sesuatu yang tidak beres di dalam badan Stellina. Pelukan Dewa Channing sangat nyaman dirasa Stellina, membuatnya pulas tidur. Melihat Stellina sudah pulas tidur, pelan Dewa Channing membaringkan Stellina di tempat tidur. Namun tidak lama Dia melihat Stellina gelisah lagi. Terpaksalah Dewa Channing berbaring dan memeluk Stellina. Tidak lama keduanya tertidur pulas. Kembali ke Peri Irva. “Apa Dewa Channing belum bangun ya?” “Peri Irva!” terdengar suara Dewa Zhao Yang, Ajudan Dewa Channing. “Salam Tuan Zhao Yang.” Peri Irva melihat kedatangan Letnan Jendral Zhao Yang, sedikit merundukan badan di tempat. “Berdirilah.” Dewa Zhao Yang tersenyum sambil mendekatin Peri Irva yang aslinya Burung Pelikan Jantan, namun bertransformasi menjadi Peri Perempuan yang cantik berbadan kekar. “Apa Yang Mulia Dewa Channing sudah bangun?” “Rasa Saya, belum.” “I see. “ Dewa Zhao Yang paham, “Apa itu Sarapan untuk Beliau? Mana Yang Mulia Dewi Stellina? Bukan kah Dia sekarang yang bertugas untuk melayanin dan merawat Yang Mulia?” Dewa Zhao Yang memanggil Stellina dengan Yang Mulia Dewi, sebab Stellina putri Dewi Estella. Dewi Estella adalah adik seperguruan Dewa Channing dan mantan Kepala Inteligent Kerajaan Dewa 13 Alam, plus sangat dekat dengan Imam Bentley dan Ratu Qiao Feng. Jadi kedudukan Stellina lebih tinggi dari Dewa Zhao Yang. “Hamba, Tuan.” Peri Irva bicara, “Yang Mulia Dewi Stellina tidak ada di kamarnya. Hal lain tidak mengapa Hamba masih mengerjakan tugas ini. Yang Mulia Dewi Stellina cukup menemani Yang Mulia Dewa Channing saja.” “Bagus Irva.” Dewa Zhao Yang tersenyum, “Mari biar Saya yang bawa Sarapan ini ke Yang Mulia. Sekalian Saya ada keperluan sama Beliau pagi ini.” Diambil Baki ditangan Peri Irva, “Kamu kerjakan yang lain saja.” “Baik, Tuan.” Peri Irva segera pergi. Dewa Zhao Yang lalu masuk ke dalam kamar Dewa Channing. Dia memang diperbolehkan Dewa Channing masuk tanpa izin terlebih dulu. Kok sepi, pikir hatinya, berarti Yang Mulia memang masih tidur. Dia lalu menuju ke Ruang tidur, bermaksud meletakan Baki Makanan ke Bufet tempat tidur Dewa Channing, namun matanya melihat Dewa Channing tidur dengan Stellina dipelukan. Matanya melotot melihat semua ini. Namun Dia tidak menjerit kaget, lalu tersenyum geli, ‘Baguslah kalo Dewa Channing sudah tersentuh hatinya oleh perempuan. Berarti Dia tidak akan membujang seumur hidupnya. Dan pilihannya tepat. Yang Mulia Dewi Stellina Dewi Rubah Merah yang cantik dan hatinya bening.’ Lalu Dia meletakan Baki makanan ke Bufet, perlahan keluar dari Kamar ini. “Tuan Zhao Yang!” terdengar suara Peri Mimina putri tunggal Dewa Ababet Kepala Divisi Penyulam. Lalu muncul sosok Peri cantik berbadan mungil ini. Membawa Shopping Paper berisi Sarapan lezat untuk Dewa Channing. “Ya Peri Mimina.” Dewa Zhao Yang tersenyum melihat Peri Mimina datang, “Ada apa sepagi ini kemari?” ditanya Peri Mimina. Tapi Dia feeling Peri Mimina mau bertemu Dewa Channing. “Apa Yang Mulia Dewa Channing sudah bangun?” “Belum.” Peri Mimina langsung kecewa. “Kenapa bertanya itu?” “Aku membawakannya Sarapan enak. Beliau kan baru bangkit, perlu banyak makan yang enak.” Peri Mimina memamerkan tentengannya. “I see.” Dewa Zhao Yang tersenyum, “Maaf Peri Mimina, kali ini Anda tidak bisa menemui Dewa Channing. Bahkan tidak perlu menemui Beliau lagi.” “Kenapa?” Dewa Zhao Yang mau mengatakan bahwa Dewa Channing sudah ada Stellina sebagai Kekasih, tapi matanya melihat Dewi Diana datang berbusana seksi berwarna Merah menyala. ‘Waduh ini lagi,’ desaunya, ‘Apa musti kubilang kalo Dewa Channing sudah punya Dewi Stellina ya? Tapi kalo kubilang, nanti Dewi Stellina dicelakain Dewi Diana. Dewi Diana ambisius, siapa pun yang menghalanginnya disikat sama Dia.’ Sementara di Kamar, Dewa Channing terbangun lebih dulu, matanya kemudian melihat ke Stellina. Dia tersenyum sebab Stellina masih pules tidurnya dimana merapat ke badan Dia. Tampak pula olehnya wajah polos Stellina. Dia menghela nafas, teringat kejadian semalam yang membuat Stellina sangat tersiksa. ‘Siapa kamu sebenarnya?’ bisik hati Dewa Channing, ‘Kenapa bisa dirasukin Aura Iblis yang begitu kuat?’ pelan jari tangannya mengusap sayang wajah Stellina. Dirasakan kehalusan kulit wajah Stellina. Membuat hatinya semakin tersentuh cinta. Namun untuk memastikannya, Dia belum berani. Hanya berani tetap disisi Stellina. ‘Sayang, Aku akan menolongmu, menghapus Aura Iblis dalam tubuhmu. Bersabar ya.’ Lalu pelan bibirnya mencium sayang kening Stellina. Setelah itu dieratkan dekapannya dibadan Stellina. Dia merasa nyaman tidur berdua Stellina saat ini, meski Mereka baru bertemu kemarin. Tiba-tiba Dia merasakan sesuatu bergolak di dalam badannya. Cepat Dia melepas pelukannya, bangun dari tempat tidur. Dari badannya mulai keluar hawa panas. “Astaga.” Desaunya kini terduduk di lantai, “Ternyata Duel itu membuatku terkena Hawa Panas Aura Raja Arthur. Pantas saat itu, Soul Dewaku dengan cepat pecah, dan nyawaku melayang.” Dia segera bersila, menegakan badan, memutar kedua tangannya, dipejamkan kedua matanya, berusaha mengendalikan hawa panas yang terus naik membakar badannya. Stellina terbangun, matanya menyisir ke sekitarnya, lalu melihat ke badannya. Dia kaget sebab mengenakan Kemeja milik Dewa Channing. Apa yang terjadi sama Aku, bisik hatinya, apa Dewa Channing menyentuhku? Dia lalu kembali menyisir ke sekitarnya, “Astaga!” pekiknya kaget melihat Dewa Channing duduk Meditasi, sementara seluruh badan Dewa Channing berwarna merah mengepulkan asap panas. Dia bergegas turun dari tempat tidur, mau mendekati Dewa Channing, namun satu tangan Dewa Channing teracung ke arahnya, berarti Stellina tidak boleh mendekatinya. Stellina putar otaknya, sebab dilihat tubuh Dewa Channing semakin merah mengepulkan asap panas. “Air!” Dia teringat Air, “Iya Air!” segera saja ke Kamar Mandi, “Ember mana ya?” Dia tidak menemukan Ember, yang ada Bath Tub. Dia akhirnya menjentikan tangan kanannya, sekejap ada Ember dan Gayung. Segera diisi Ember dengan Air, kemudian dengan susah payah dibawa Ember ke hadapan Dewa Channing yang semakin memerah sekujur badannya. Dia cepat menyauh Air dengan Gayung, lalu menyiramkan air itu ke badan Dewa Channing. Dewa Channing glegepan disiram Stellina, mau protes, tapi kena siram air lagi sama Stellina. Stellina merasa warna tubuh Dewa Channing belum normal. Dewa Channing bertambah glegepan, kedua matanya mengerjap-kerjap perih kena semburan air. Stellina kembali menyiramkan air ke badan Dewa Channing. Terus disiram sampai warna Dewa Channing kembali normal. “Yang Mulia.” Stellina bergegas mendekati Dewa Channing yang basah kuyup ini. Satu tangannya menyeka air yang membanjir di wajah Dewa Channing, “Anda baik saja?” Dewa Channing mengerucutkan bibirnya, ‘Gimana baik? Kamu siram Aku dengan air seembar tanpa ampun.’ Rutuknya gemas. “Maaf, Dewa Channing.” Stellina tersadar kalo sudah menyiram Dewa Channing, “Hamba ambilkan handuk.” Lalu main oprok Gayung ditangannya ke tangan Dewa Channing, bergegas berdiri, mau berlari, kakinya terpleset air yang menggenang di sekitar mereka, “Eeee!” pekiknya berusaha mengatasin ini, lalu sling ke udara, mendarat di tempat yang kering, bergegas ke Kamar Mandi. Dewa Channing melihat semua ini tersenyum geli, tidak bisa marah. Dia merasa Stellina polos, tapi cerdas. Stellina tahu api dipadamkan dengan air, dan tahu kalo dengan sling bisa mengatasin kakinya yang terpleset. Lalu tangannya mengangkat Gayung yang dioprok Stellina ke Dia. Senyum gelinya terlihat lagi. Mana ada yang sepolos Stellina, dengan berani mengoprok Gayung ke Dia yang Perdana Menteri. Sifat ini persis sifat Dewi Estella adik seperguruannya itu. ‘Alam Semesta sangat baik ke Kami,’ bisik hatinya, ‘Kami bertemu karena saling membutuhkan.’ + TO BE CONTINUE +
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD