Pertemuan kita dulu, diawali dengan mata yang saling bersitatap.
Menularkan ke bibir yang langsung melukiskan sebuah senyuman.
Sekalipun tiada kata yang bisa terucap.
Aku yakin, saat itu hati kita sudah saling bertegur sapa.
Dayan tak perlu membuktikan kehalusan kulit wajah Nazla. Dengan menatap saja, ia yakin kulit wanita itu halus sekali. Lagipula sekalipun ia mau membuktikan tak mungkin di depan putrinya kan?
Beruntung kecanggungan tak bertahan lama. Mobil Dayan akhirnya memasuki daerah sekolah Killa. Gedung sekolah yang menyediakan pendidikan sejak taman kanak-kanak hingga sekolah menengah lanjutan atas tampak menterang. Tentu saja, ini adalah sekolah bertaraf internasional.
Dayan tentu tak akan memasukkan putri semata wayangnya ke sekolah biasa.
"Akhirnya kita sampai." Dayan te
