Pinjaman Online

1334 Words
Wulan terlihat sedang duduk termenung di teras kantor. Wulan akhir-akhir ini terlihat sering melamun di kantor setelah porsi pekerjaannya dikurangi oleh Agni. Bukan bermaksud apa-apa, tapi Agni hanya ingin menjaga supaya Wulan tidak kelelahan, jadi Agni memberikan pekerjaan sesuai porsinya pada Wulan. Saat ini isi kepala Wulan sangat penuh sampai-sampai ia tidak sadar kalau dari tadi Agni datang memanggilnya. “Wulan ... Wulan ....” Agni menggoyang-goyangkan bahu Wulan karena dari tadi Wulan tidak menjawab sedikit pun saat dipanggil Agni walaupun ia sudah menghampiri asistennya itu ke teras. “Hah, i—iya Bu ada apa?” Wulan terperanjat saat mendapati bos nya sudah berada di sebelahnya. Wulan merutukki diri sendiri, kenapa ia sangat tidak fokus akhir-akhir ini. “Saya butuh bantuan kamu di atas. Dari tadi saya panggil kamu loh, tapi kamu tidak dengar. Sedang ada masalah ya, Lan?” tanya Agni khawatir pada Wulan melihat perubahannya akhir-akhir ini. Tidak biasanya Wulan tidak fokus seperti ini, Wulan adalah salah satu karyawannya yang paling gesit dan cekatan di kantor ini. “Maaf Bu, saya tidak apa-apa. Apa yang perlu saya bantu Bu?” lanjut Wulan berusaha Kembali fokus pada pekerjaannya hari ini. Setelah itu Agni mengajak Wulan ke atas dan menjelaskan pekerjaan yang perlu dikerjakan oleh Wulan.   Wulan Kembali termenung saat berada di bus transjakarta sore ini, pasalnya sudah satu bulan semenjak anak buah Juan memberikan tagihan sebesar 30 juta, namun sampai hari ini ia hanya dapat mengumpulkan dua puluh juta saja. ‘Bagaimana ini? Bahkan satu bulan saja tidak cukup untuk membayar cicilan yang jumlahnya tidak seberapa dibanding jumlah pinjamanku,’ batin Wulan yang sedang gusar memikirkan apa lagi yang harus ia lakukan untuk mendapatkan uang 10 juta dalam waktu dekat. Tiba-tiba Wulan mendengar samar-samar penumpang di belakangnya sedang membicarakan tentang pinjaman online.   “Iya aku kemarin dikasih tau temanku, katanya syarat pinjaman online itu sangat mudah dan uangnya juga sangat cepat cairnya. Kalau kamu butuh uang, coba saja ini,” ujar seorang wanita pada laki-laki yang sedang duduk di sebelahnya. “Apakah kamu yakin ini aman? Aku sering dengar katanya pinjaman online itu tidak aman loh,” jawab laki-laki di sebelahnya menjawab perkataan temannya tersebut. “Aman kok, teman yang merekomendasikan padaku sudah mencobanya sendiri. Memang pinjaman yang ia ajukan tidak besar, tapi katanya sih aman-aman saja,” balas perempuan tersebut dengan yakin. Wulan mendengarkan dengan seksama, ia memang pernah mendengar soal pinjaman online tapi saat itu ia belum mengerti bagaimana caranya dan apa saja resiko yang harus ia tempuh jika ingin mengambil pinjaman online. Namun jika mendengar dari penuturan wanita itu, harusnya pinjaman online lebih aman daripada memiliki pinjaman dengan rentenir. Wulan seketika mengusap wajahnya dengan kasar, ia sangat bingung saat ini. Rasanya memiliki pinjaman pada rentenir bernama Juan saja sudah menjadi ketakutan terbesar Wulan saat ini, ia tidak yakin apakah ia harus mengambil resiko lagi.   Sesampainya Wulan di rumah sakit, Wulan mendapati tiga anak buah Juan sudah menunggunya di rumah sakit. “Selamat sore ibu Wulan, apa Anda masih mengingat saya? Saya ingin bertanya bagaimana perihal pelunasan cicilan yang bulan lalu saya berikan pada Ibu? Apakah sudah bisa dilunasi saat ini?” tanya pria tersebut dengan santai. Bahasa dan intonasi yang pria itu berikan memang santun, tapi sanggup membuat Wulan bergidik ngeri melihat penampilan mereka dan memikirkan resiko apabila ibunya mengetahui hal ini. “Selamat sore Pak, sebelumnya mohon maaf apa bisa saya lunasi dalam minggu ini?” tanya Wulan dengan hati-hati, pasalnya sudah beberapa kali ia mendapat pertanyaan seperti ini, dan selalu menjanjikan akan melunasi dalam waktu dekat, ia tidak ingin memancing kemarahan pria didepannya ini, tapi uangnya benar-benar tidak cukup melunasinya. “Baiklah Bu, saat ini masih dapat kami turuti. Namun saya sarankan untuk segera melunasinya, karena cicilan berikutnya sudah menunggu,”  ujar pria itu seraya pergi meninggalkan Wulan tanpa salam. Wulan dapat melihat dari raut wajahnya, pria itu sudah mulai jengah dengan janji-janji Wulan.   Wulan tidak memiliki nyali untuk menjawab lagi, ia hanya terdiam dan dan terduduk lemas. Belum juga melunasi cicilan yang sekarang, ia sudah diingatkan dengan cicilan yang akan dihadapinya setelah ini. ‘Oh Tuhan, aku harus apa?’ Wulan masih terduduk lemas di Lorong rumah sakit, ia kembali teringat perihal pinjaman online yang ia dengar saat pulang kerja tadi. Seketika ia mengambil ponselnya dan membuka beberapa informasi tentang pinjaman online. Betapa terkejut Wulan karena ternyata pinjaman online yang tersedia saat ini sangat banyak. Ia bermaksud membaca satu per satu untuk memilih pinjaman mana yang paling aman, tapi kemudian Wulan teringat sebentar lagi waktunya ibu untuk makan malam. ‘Aku lanjut besok lagi deh, sekarang aku harus melihat kondisi Ibu dulu.’ batin Wulan seraya berdiri dari bangku tersebut dan melangkah gontai menuju ruangan ibunya.     Pagi ini pekerjaan tidak terlalu banyak, membuat Wulan bisa sedikit santai duduk di meja kerjanya. Langsung saja ia membuka laptop yang ada di mejanya dan melihat informasi-informasi tentang pinjaman online. Wulan benar-benar tidak banyak mengetahui tentang pinjaman online, semakin membaca informasi Wulan merasa semakin bingung. Ia terus dibayang-bayangi perkataan petugas rumah sakit perihal pembayaran cicilan kemarin sore. Tanpa pikir panjang, Wulan memilih salah satu perusahaan peminjaman online dan bermaksud meminjam sejumlah uang sampai pada akhirnya Agni melihat apa yang sedang dilakukan oleh Wulan saat ini.   “Wulan kamu sedang ap—”  Belum selesai Agni bicara, ia terkejut bahwa saat ini Wulan sedang memproses peminjaman online dengan jumlah yang besar. “Wulan kamu melakukan pinjaman online?” tanya Agni yang masih kaget melihat apa yang dilakukan oleh asistennya ini. Wulan yang sangat polos hanya menoleh ke arah sumber suara dan menatap bosnya dalam-dalam. “Iya Bu, saya lagi butuh uang,” jawab Wulan tanpa buru-buru membuat Agni menghela napas panjang. “Wulan kamu tahu apa itu pinjaman online? Itu sangat berbahaya Wulan, bahkan beberapa di antaranya ada yang ilegal. Belum lagi bunga yang diberikan sangat besar, dan kamu harus bisa membayarnya tepat waktu,” tutur Agni pada Wulan yang saat ini terlihat termenung menatap layar laptopnya dengan wajah sedih yang sulit diartikan. “Wulan? Kebetulan saya sedang ada rejeki, kamu mau pinjam sama saya saja tidak?” Agni menawarkan untuk meminjamkan uang pada Wulan walaupun tidak seberapa, setidaknya ia tak ingin Wulan menempuh jalan ini. “Tidak Bu, terima kasih. Saya tidak ingin merepotkan bu Agni,” jawab Wulan singkat pada Agni. Sesaat Wulan tergiur dengan penawaran yang diberikan bu Agni, tapi Wulan bukanlah orang yang egois. Wulan sangat paham kondisi Agni saat ini yang memiliki bayi dan anak yang sebentar lagi akan masuk sekolah. Biaya yang dibutuhkan Agni pasti tidak sedikit, Wulan tidak akan tega meminjam uang pada bosnya yang sudah sangat baik dan perhatian padanya ini. Merasa sudah tidak bisa melakukan apapun, Agni pergi meninggalkan Wulan sendirian. ‘Semoga saja Wulan bisa berpikir jernih saat ini’ doa Agni dalam hati seraya meninggalkan Wulan.   Wulan masih terduduk dan menatapi layar laptopnya sedari tadi, ia bahkan tidak bergerak sedikit pun. Di kepalanya terus berpikir apakah ia harus mengambil pinjaman ini? Tapi kalau tidak, darimana lagi ia akan mendapatkan uang untuk pengobatan ibu? Wulan benar-benar sendirian saat ini dan hanya ialah yang menjadi penopang hidup ibu saat ini. ‘Aku benar-benar tidak punya waktu lagi. Pembayaran kali ini harus aku selesaikan, sebelum tagihan berikutnya muncul. Aku tidak mau anak buah Juan mengambil tindakan yang lebih nekat lagi.’ batin Wulan yang sedang kalap dan tidak dapat berpikir jernih saat ini. Sesaat ia mengurus semua proses peminjaman online yang tertera di layar laptopnya. Bahkan saat ini ia tidak memperhatikan berapa besar bunga yang ditetapkan oleh perusahaan peminjaman online tersebut.   Wulan dapat menghela napas lega saat ini, pasalnya ia baru saja selesai mengurus pembayaran tagihan pada anak buah Juan. Wulan berjalan menuju kamar ibunya dengan santai dan hati yang lega. Senyumannya yang dulu hilang, sekarang sudah mulai terlihat dari wajah cantiknya. Wulan memasuki kamar rawat ibunya dan melihat ibunya yang sedang terkulai lemah, kemudian duduk di sebelahnya dan menggenggam erat tangan ibunya tersebut. ‘Kamu harus kuat Wulan, demi wanita hebat ini. Kamu tidak ingin sendirian di dunia yang keras ini. Maka kamu harus kuat’ batin Wulan sambil menatap wajah ibunya.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD