3. Permintaan Maaf Yuli

2020 Words
Bina bangun agak siang, semalam dia menangis sampai matanya bengkak. Rasanya menyakitkan di salah pahami seperti itu, tapi Bina tidak bisa menyangkal bahwa dia dan keadaan ikut andil dalam masalah itu. Bina bangkit dari kasur nyaman miliknya dan masuk me dalam kamar mandi untuk membersihkan badan. Siang ini rencananya Bina akan kembali mencari lowongan pekerjaan. Bagaimanapun hidup harus terus berjalan dan dia harus makan setiap hari. Belum lagi biaya-biaya lain yang tidak mungkin Bina biarkan terus di tanggung oleh Yaya. Setelah lumayan Rapih, Bina mengambil tas kecil miliknya dan memakai sepatu cats kesayangannya kemudian keluar dari pintu kontrakan barunya itu. Rencananya Bina hendak menuju salah satu pusat perbelanjaan, siapa tahu ada pekerjaan di sana. Beberapa hari lalu, Bina melihat ada lowongan di sebuah toko buku. Setidaknya menjaga toko buku lebih menyenangkan di banding bekerja sebagai staff atau semacamnya yang tidak berhubungan sama sekali dengan buku. Hidup Bina memang sulit, tapi Bina merasa bahwa mimpinya tidak boleh padam. Karena itu satu-satunya kebahagiaan yang bisa dia harapkan. “Neng Bina mau kemana?” Ibu pemilih kos tempat Bina tinggal sekarang menyapa dengan ramah. Bina merasa cukup aman di lingkungan ini karena pemilik kos ini sangat peduli dengan penyewa di sana. “Mau pergi sebentar buk.” Balas Bina ramah. “Ada wawancara lagi yah?” Tanya beliau. “Bukan wawancara sih baru mau coba ngelamar, doakan yah buk.” Ucap Bina dengan senyuman yang menurut bu Fajar—pemilik kos itu—sangat cantik. “Pasti di doakan, semoga berhasil yah! Hati-hati di jalan.” Ujar Bu Fajar kemudian Bina mengangguk dan melanjutkan langkahnya. Bina sedang menunggu angkot, ketika sebuah mobil hitam berhenti di depannya. Bina bergeser sedikit karena merasa tidak mengenal pemilik mobil itu. Kemudian kaca mobil itu terbuka dan Bina ingin melarikan diri saat itu juga ketika melihat siapa yang ada di dalam. “Bina yah?” Ucap perempuan itu. “Ibu boleh bicara sebentar?” Tanyanya. “Saya tidak ada hubungan dengan pak Miko buk, kejadian sebelumnya cuma salah paham saja. Saya minta maaf.” Ucap Bina menjelaskan. Yuli tersenyum tipis. Semalam dia di ceritakan oleh Hargo bahwa Bina ini adalah mantan mahasiswanya yang baik. Dan Haryo merasa Yuli salah paham. Miko sendiri terlihat jengkel dan tidak mau memberikan kejelasan. Anak nakal itu bahkan sudah berangkat ke kantor pagi-pagi sekali menghindari bertemu Yuli dan Haryo. Karena itu Yuli memutuskan untuk menemui Bina untuk meminta maaf sekaligus mendengar penjelasan. “Masuk yuk! Saya mau bicara.” Ucap Yuli kembali mengajak Bina. Yuli benar-benar ingin meminta maaf. “Sebenarnya saya ada urusan buk, maaf! Tapi saya jamin saya tidak akan ketemu sama pak Miko lagi kok buk! Saya tidak jadi melamar pekerjaan di kantor pak Miko.” Balas Bina terlihat takut. Yuli justru semakin merasa bersalah. “Bukan kaya gitu, ibu cuma mau bicara aja sama Bina nggak boleh yah? Bina marah yah sama ibu? Ibu minta maaf yah udah reflek ngomong kaya gitu sama Bina kemarin.” Ucap Yuli dengan nada menyesal dan Bina tidak tega untuk menolaknya sekarang. “Bina udah maafin ibu kok, Bina udah nggak marah kok.” Cicit Bina pelan. Yuli tersenyum tipis. Entah kenapa dia melihat kemiripan antara Bina dan Nana. Terlihat menggemaskan tanpa banyak melakukan apapun. “Kalau Bina nggak marah, ikut ibuk yuk! Kita bicara.” Ucap Yuli lagi. Entah kenapa dia tertarik untuk mengajak Bina bicara dan seperti ingin mengenalnya lebih jauh. Bina tampak ragu, tapi kemudian mengangguk dan masuk ke dalam kursi penumpang. Kali ini Yuli menyetir sendiri, rencananya dia akan pergi ke Supermarket untuk berbelanja tapi melihat Bina di pinggir jalan. Jadi sekalian saja dia berhenti. “Ibu mau kemana?” Bina memulai pembicaraan. Terasa sangat canggung, Yuli bisa merasakannya. “Mau belanja bulanan tadinya, kamu mau nemenin nggak?” Tawarnya. “Hari ini Bina mau naruh lamaran kerja dulu buk di toko buku.” Ucap Bina kemudian menyebutkan sebuah mall yang kebetulan memang itu tujuan Yuli. “Pas banget, ibu juga mau belanja di sana. Nanti sekalian aja. Tapi kita bicara dulu sebelum belanja yah! Ada banyak hal yang ibu mau tahu.” Ucap Yuli di balas dengan anggukkan Bina. Beberapa menit kemudian mereka sampai di pusat perbelanjaan megah itu. Yuli mengantar Bina terlebih dahulu untuk menaruh lamaran pekerjaan setelah itu mengajak gadis itu menuju sebuah resto yang cukup mahal. Dan mencari tempat duduk yang menurut Yuli enak untuk berbiacara dan sedikit tertutup juga. “Bina mau makan apa?” Yuli bertanya sambip mulai membuka menu. Tapi melihat harga yang tertera di menu, Bina justru meringis. Harga satu porsi makanan di sama bisa untuk makan tiga hari bagi Bina. Gadis itu merasa sayang, jika mengeluarkan uang sebesar itu hanya untuk makan satu porsi menu makanan. “Sebenarnya tadi Bina sudah makan kok buk,” cicitnya pelan. Yuli peka dengan kecanggungan Bina. “Kamu suka ayam nggak? Makan ayam aja yah?” Ucap Yuli kemudian mengucapkan dua porsi menu makanan dan minuman pada pelayan dan Bina tidak sempat menolak. Sebenarnya Bina punya uang tapi dia sedang berhemat karena tidak tahu kapan dia dapat pekerjaan. Tapi tidak enak juga jika memaksa menolak makanan yang di pesan Yuli. Nanti Bina terpaksa harus membayarnya. “Ceritakan dong sama ibu kenapa kemarin kamu bisa ada di ruangan Miko?” Yuli mulai bertanya sambil tersenyum. Dimata Bina wanita ini terlihat lebih ramah sekarang dan Bina menyukai aura keibuan yang di pancarkan oleh ibu Miko ini. “Resepsionisnya salah kasih info ruangan buat Bina wawancara Buk.” Ucap Bina mulai Menceritakan segala yang terjadi di kantor. Dan di luar dugaan Yuli malah tertawa terbahak sampai hampir menangis. “Miko itu emang anti banget sama orang asing, apalagi perempuan. Ibu minta maaf udah salah paham sama kamu. Padahal anak ibu yang salah.” Ucap Yuli masih dengan sisa tawanya. “Bina juga salah kok buk, siang itu Bina pinjam baju teman Bina yang lebih pendek karena rok Bina tidak terbawa waktu pindahan terakhir. Jadinya kelihatan seksi.” Ujar Bina menyesal. Kemudian Yuli terdiam sambil menatap gadis di hadapannya prihatin setelah Bina menceritakan kejadian di club malam itu. “Bina belum sempet bilang makasih yang tulus sama pak Miko. Kalau Bina nggak di tolongin nggak tahu deh Bina jadi apa sekarang.” Ucap Bina mengakhiri ceritanya. Yuli masih diam dan setelah itu makanan datang. Dengan sopan Bina membantu pelayan meletakkan pesanan mereka. Yuli tersenyum tipis, menyadari bahwa haryo tidak bohong. Bina anak yang baik dan sopan. Dan sedikit mirip dengaj Nana. Putri mereka yang menggemaskan dulu. “Makan dulu! Nanti kita lanjut ngobrolnya sambil belanja.” Ucap Yuli. Bina mengangguk. Mereka mulai makan dalam diam. Bina mengeluarkan uangnya dan dia serahkan pada Yuli setelah mereka keluar dari tempat makan dan Yuli sudah selesai melakukan pembayaran menggunakan kartunya. Yuli mengerutkan dahinya sambil menatap Bina. “Ini buat bayar yang tadi Bina makan buk!” Ucap gadis itu membuat Yuli tersenyum geli. Tidak salah lagi, Bina memang sepolos Nananya. “Nggak usah, ibu aja yang bayar kan ibu yang ajak. Uangnya simpen aja buat Bina.” Tolak Yuli halus. Mata Bina menatap dengan polos membuat Yuli gemas. “Nggak papa buk?” Tanyanya pelan. Yuli terkekeh. “Iya nggak papa, kan ibu yang ajakin.” Kekeh Yuli lagi. Setelah itu mereka menuju pusat perbelanjaan. Dan Yuli cukup terkejut karena Bina ternyata pandai memilih bahan makanan. “Bina suka belanja juga?” Tanyanya. “Dulu waktu masih di rumah ayah Bina memang bagian belanja bu dan ibu tiri Bina orangnya hemat jadi Bina harus bisa atur uamg biar pengeluaran sedikit tapi bahan makanan dapat semua.” Balas Bina sambil memilah bawang yang hendak di beli Yuli. “Kenapa kamu mau kerja di tempat Miko?” Yuli segera mengganti topik karena penasaran. Kebanyakan yang hendak bekerja di tempat Miko adalah mereka yang suka uang. Karena gaji di tempat laki-laki itu sangat tinggi dengan jaminan yang menggiurkan. Tapi Bina terlihat polos di mata Yuli karena itu dia penasaran. “Bina suka buku bu, Bina suka segala hal tentang buku. Sebelumnya Bina juga bekerja jadi editor. Kebetulan perusahan pak Miko juga menawarkan hal itu. Udah gitu hubungan Bina dan ayah nggak baik. Ibu tiri Bina juga nggak suka sama Bina buk! Cuma perusahaan pak Miko yang nggak bisa di kendalikan oleh ibu tiri Bina jadi nantinya Bina bisa di perlakukan dengan adil.” Ungkap Bina jujur. Yuli terdiam, kemudian tersenyum tulus. “Kalau gitu batalkan lamaran di toko buku tadi, ibu bantu masuk perusahaan Miko aja.” Ucap Yuli antusias. Sepertinya menyenangkan juga membuat putranya bertemu setiap hari dengan Bina. Karena baru kali ini Yuli menemukan orang yang bisa mengusik emosi Miko. Sebenarnya Yuli berharap banyak pada Laras, tapi wanita itu entah kenapa terlihat tidak begitu serius mengejar Miko setelah Miko terlihat sedikit luluh. Karena itu tidak ada salahnya Yuli menarih wanita lain di dekat Miko. Lagipula Bina menggemaskan seperti Nana, terlihat begitu tulus dan polos. Dan yang paling penting dia bisa membuat Miko yang seperti batu itu merasa terusik. “Tapi pak Miko kayaknya nggak suka sama Bina. Nggak papa kok Buk, daripada nanti pak Miko nggak nyaman.” Cicit Bina. Dia merasa tidak enak juga sudah membuat banyak kesalahpahaman dan berujung Miko di marahi sebelumnya. “Itumah gampang, nanti biar ibu yang atur pokoknya. Lagian kamu kan kehilangan kesempatan wawancara itu gara-gara salah paham kan? Ibu juga merasa bersalah sama kamu. Jadi kamu terima aja sebagai bentuk permintaan maaf ibu yah?” Yuli menjelaskan. Bina terdiam sesaat terlihat berpikir dan kemudian mengangguk dengan senyuman lebar. Senyum yang terlihat cantik sekali di mata Yuli juga. “Terimakasih ibu.” Ucap Bina tulus. Yuli membalasnya dengan tersenyum. Setelah itu mereka melanjutkan belanja hingga selesai. Yuli membayar lalu Bina membantu mendorong troli menuju parkiran. Tapi gadis itu lumayan kaget melihat Miko bersandar di mobil Yuli sambil menatapnya sengit, penuh permusuhan. Bina mengatupkan bibirnya. Yuli yang melihat tatapan tidak ramah putranya itu mendengus. Yuli memang sengaja menyuruh Miko datang menjemput karena hari ini Miko tidak banyak pekerjaan dan Yuli malas menyetir juga. “Perempuan ini tid—” “Bina udah jelasin semuanya sama bunda tadi, kamu juga minta maaf! Kamu juga salah loh Mik.” Ucap Yuli kesal. Miko hanya melirik sepintas pada Bina kemudian melengos dan menarik troli dari tangan Bina tanpa bicara. Memasukkan belanjaan ke dalam bagasi setelah itu menutup pintunya cukup keras membuat Bina sedikit kaget. “Yang ramah loh Mik, kamu jadi cowok jutek banget loh. Bina kan udah minta maaf, kamu disuruh minta maaf malah jutek.” Omel Yuli. “Ayo masuk ke mobil, dah panas dari tadi.” Balas Miko acuh kemudian masuk ke kursi pengemudi. Bina menggigit bibirnya tidak enak. “Ayo Bina ibu antar pulang sekalian!” Tawar Yuli mengajak Bina masuk ke dalam mobil. “Nggak papa buk, Bina pulang naik angkot aja. Lagian deket kok dari sini.” Bina tidak enak melihat sikap Miko yang sepertinya tidak menyukainya itu. “Nggak papa, sini masuk aja ibu antar. Kan tadi ibu yang ajak kamu ke sini.” Yuli sedikit memaksa. “Mau masuk nggak sih? Buruan! Panas nih! Ribet!” Ucap Miko ketus yang berakhir mendapatkan pukulan dari Yuli di kepalanya. Miko meringis. “Jadi anak nggak ada sopan santunnya.” Yuli menggerutu. Bina kemudian mengalah dan masuk ke dalam mobil karena tidak enak. Tidak lama kemudian mobil yang dikendarai oleh Miko melaju. “Alamat!” Tanya laki-laki itu sambil melirik Bina. “Miko!” Yuli memperingatkan karena putranya masih ketus. “Ya kan Bunda mau anterin dia pulang kan? Miko kan nggak tahu alamatnya.” Miko mendengus. “Ya nanyanya kan bisa lebih sopan.” Ujar Yuli lagi kesal. “Alamat lo dimana?” Tanya Miko dengan senyum yang di paksakan. Yuli kembali mendesah, putranya ini memang menyebalkan. Mirip Haryo ketika muda dulu. “Anterin bunda pulang dulu, turunin belanjaan. Setelah itu baru anter Bina pulang.” Putus Yuli. Mungkin lebih baik membiarkan keduanya berduaan nanti. Lagipula itu membuat Miko kesal dan Yuli senang membuat putranya kesal. “Apaan sih Bund, bolak balik nanti.” Miko mendengus. “Orang Bunda mau ngasih sesuatu dulu sama Bina di rumah nanti.” Balas Yuli keras kepala. Miko memberikan desahan keras. Ibunya memang menyebalkan ditambah berteman dengan gadis menyebalkan juga, hidupnya tidak akan terntram lagi mulai sekarang. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD