CHAPTER 2

1626 Words
Leah kembali ke dalam ruangan dan duduk di tempatnya semula. Mereka berbincang kecil mengenai hal lain dan akhirnya memutuskan untuk membubarkan diri karena banyak hal yang harus dilakukan. Leah yang keluar terakhiran. Sebelum wanita itu sempat menutup pintu, ia kembali berjalan ke arah Alex yang sudah duduk di kursi kerjanya. "Alex, aku punya seorang teman perempuan. Namanya Sarah Heather. Dia cantik dan aku yakin memenuhi kriteria mu. Namun, Sarah orang yang agak pemalu dan cukup miskin. Dia sempat berkuliah sebelum akhirnya berhenti karena tak sanggup membayar. Jika kau tertarik, aku akan memberimu data lengkapnya malam ini. Kau tahu kan kalau aku tak punya banyak kenalan wanita." Alex menatap manik biru sahabatnya dengan penuh pertimbangan. Gadis miskin tapi menarik? Sepertinya tidak salah jika dicoba. "Kau kirim profil tentang gadis itu malam ini. Aku akan mempertimbangkan, gadis mana yang akan kuajak berbisnis." Leah melipat bibirnya. Apakah keputusannya ini tepat? Bukankah ini sama saja menjual Sarah pada pria tak bertanggungjawab seperti Alex? Ini akan semakin bertambah parah jika Sarah menanggapi nya dengan hal negatif. Wanita itu sudah punya masalah, Leah tidak ingin menambah kekalutan yang ada dengan perjanjian ini. Namun, ia rasa berbicara dulu pada Sarah bukanlah hal buruk. Mungkin gadis itu bisa membaca situasi dan mempertimbangkan penawarannya. "Hanya saja Alex, jangan bermain-main dengan gadis sepertinya. Jika dia menolak tolong jangan kau paksa." Alex mengibaskan tangannya. Dia mengerti kalau Leah takut ia berbuat macam-macam. Ya, jika Sarah menolak untuk berbisnis dengannya soal bayi, maka tidak ada alasan bagi Alex untuk memaksanya kecuali gadis itu menyebalkan. Mungkin ia bisa sedikit bermain-main. Leah memutar tubuhnya dan berjalan keluar dari pintu. Ia akan berbicara hal ini dengan Sarah dan ia harap Sarah tidak salah tanggap. ... Mobil itu berhenti tepat di depan pagar rumah yang ukurannya tidak terlalu kecil ataupun besar. Tempat yang begitu nyaman untuk bernaung dan bersantai. Dikelilingi oleh sekumpulan tetangga yang baik hati dan suka menggosip membuat daerah ini terasa semakin realistis. Leah turun dari dalam mobilnya lalu mengunci pintu mobil dengan tombol khusus. Ia melihat gadis berambut hitam tengah merenungkan sesuatu di depan terasnya. Terlihat kacau terbukti dari tatanan rambutnya yang acak-acakan dan tas yang menggantung di bahunya yang kecil. "Sarah!" Sarah mendongakkan kepalanya saat melihat Leah yang berjalan sedikit cepat dengan sepatu haknya yang tinggi. Ia memeluk Sarah dengan erat dan mempertanyakan keadaan Sarah saat ini. "Apa yang terjadi hari ini? Bagaimana kau bisa diusir?" Sarah tersenyum pahit. Ia malu untuk mengatakan kalau dia terlalu miskin untuk membayar uang sewa apartemen kecil yang minim fasilitas itu. Jika dibandingkan dengan Leah yang punya segalanya, tentu Sarah bukanlah apa-apa. Leah menarik gadis itu kembali ke dalam pelukannya sebelum membawanya masuk ke dalam rumah. "Apa kau lama menunggu? Maaf tadi aku ada sedikit urusan," Leah menaruh tas tangan mahalnya ke atas sofa sambil melepas sepatu tingginya itu yang serasa menyakitkan. Sarah duduk di atas sofa empuk di ruang tamu Leah dan membenarkan letak rambutnya yang tidak karuan. Leah masuk ke dapur, membuat minuman untuk temannya yang sedang dilanda masalah ini. Sarah tidak banyak berkata, dia lebih sering melamun sambil menatap penuh keterkaguman pada desain ruang tamu di rumah sederhana ini. Leah datang tak lama kemudian, wanita itu menaruh segelas es jeruk ke hadapan Sarah dan duduk di sebelahnya. "Jadi ada apa Sarah? Kenapa pria gemuk itu mengusirmu?" Leah meraih telapak tangan Sarah dan menggenggamnya,"Aku telat bayar. Itu saja dan dia tidak mau menampungku lagi," Sarah menundukkan wajahnya, membuat sebagian rambut Sarah turun ke wajah dan menutupinya. Leah menatap kasihan temannya ini, dulu ia sudah pernah mencoba untuk membantu Sarah dengan biaya kuliahnya yang besar agar gadis itu bisa menyisihkan sedikit uang hasil bekerjanya untuk bayar uang sewa dan keperluan lain. Namun, Sarah sangat keras kepala dengan mengatakan kalau dia tidak ingin merepotkan Leah dengan segala macam masalahnya. Gadis itu ingin hidup dengan jerih payahnya sendiri, dia tidak datang ke Kanada dengan percuma— Sarah ingin mengubah hidupnya di sini. "Kau bisa tinggal disini, Sarah. Aku tahu kau lelah dengan semuanya." Sarah menggeleng keras,"Tidak Leah! Aku hanya akan menginap satu malam saja lalu aku akan pergi. Sungguh, aku sangat merepotkan mu." Leah menggigit bibirnya. Dia ragu untuk mengatakan ini, tapi ia ingin sekali membantu Sarah juga membantu sahabatnya, Alex. "Sarah, sebenarnya aku ingin menawarkan sesuatu padamu. Ah tidak seperti pekerjaan pada umumnya, tapi kupikir kau bisa memikirkannya malam ini." "Apa maksudnya?" Leah pun mulai menjelaskan bahwa ada seorang kenalannya yang membutuhkan sedikit bantuan. Leah tidak bisa menjelaskan secara spesifik bantuan seperti apa karena itu bukan hak nya untuk memberitahu, tapi yang jelas uang yang ditawarkan begitu banyak. "Jika kau mau, kau bisa datang ke kantornya besok pagi. Jika menunggu dia untuk datang menemuimu kurasa itu bukan ide bagus." Sarah mungkin bingung, tapi mendengar uang yang sebegitu banyak dari yang ia dengar tadi membuat Sarah memikirkan penawaran itu kembali. Dia tidak tahu pekerjaan macam apa itu, tapi sepertinya tidak berbahaya. "Aku akan pikirkan malam ini Leah." Leah mengangguk. Dia meraih tas tangannya lalu mengeluarkan kartu identitas dari dalamnya sebelum memberinya pada Sarah. Gadis itu membaca dengan jelas nama seseorang yang sepertinya benar-benar kaya itu. Alexander Grissham, pemilik perusahaan GrissWorld Inc. yang sudah berdiri sejak lama. Oh, Sarah pernah mendengar nama perusahaan itu, dulu ibunya yang sakit keras pernah rawat inap di rumah sakit yang namanya tidak jauh beda dari nama perusahaan besar itu. Sarah menelan ludahnya, berpikir kalau dia akan bertemu dengan direktur dari perusahaan ini dan membicarakan pekerjaan yang dikatakan Leah padanya. Semoga tuhan membantunya. "Sarah, kau bisa gunakan kamar di sebelah kamarku jika ingin istirahat segera. Aku harus mengumpulkan beberapa data untuk pekerjaanku," Leah segera berdiri dari hadapan Sarah lalu masuk ke kamarnya sendiri. Sarah menyimpan kartu nama itu di dalam tas nya lalu meminum es jeruk yang dibuat oleh Leah untuk membasahi tenggorokannya yang kering. Jantungnya terpacu, membayangkan betapa banyak uang yang akan ia dapat sebagai timbal balik atas pekerjaan singkatnya itu. Otak Sarah berpikir panjang, pekerjaan seperti apa yang ditawarkan oleh Tuan Grissham? Malam pun tiba. Alex berdiri di balkon lantai dua sambil memandangi langit yang penuh dengan bintang. Di tangannya, ia memegang sloki berisi anggur putih kesukaannya. Tadi ada beberapa berkas yang sudah dikirim oleh sahabatnya melalui Zack. Berkas itu berisi informasi tentang wanita-wanita muda yang menjadi kandidat dalam kesepakatan yang dibuat Alex. Ia meneguk anggur terakhir di dalam sloki itu lalu berjalan masuk ke dalam ruang kamarnya untuk membaca dan melihat-lihat beberapa gadis yang ditawarkan oleh sahabatnya. Alex duduk di atas sofa panjang dan meraih satu berkas. Dibukanya kertas-kertas itu dan membaca isi di dalamnya. Gadis itu dipilih oleh Jake. Namanya Starsia Bailey, umur 24 tahun dan seorang desainer di Meksiko. Riwayat lainnya bisa Alex lihat di kertas berikutnya tapi ia kurang tertarik dengan wajah gadis itu walau sebenarnya dia lumayan. Mata sewarna madu dengan rambut legam yang hanya sebahu. Tidak, itu bukan seleranya. Alex menutup berkas dari Jake dan memindahkannya ke sisi kosong di sebelah meja dan beralih ke berkas lainnya. Nathan menawarinya seorang wanita yang seusia Alex dan lumayan menarik, tapi ternyata seorang jalang di salah satu klub Los Angeles. Keterlaluan, ia tidak ingin calon anaknya lahir dari rahim wanita hina semacam itu. Rendah sekali. Begitu pula dengan berkas-berkas lain yang dikirim temannya untuknya. Berkas terakhir datang dari Leah. Ia ingat kalau tadi pagi Leah sempat membicarakan tentang kandidatnya pada Alex. Pria itu sedikit penasaran lalu membuka berkas dari Leah. Namanya Sarah Heather, wanita keturunan Rusia-Amerika. Umurnya baru memasuki 21 tahun, bulan lalu dan putus kuliah karena keterbatasan biaya. Latar belakangnya tidak cukup baik, ayahnya seorang pemabuk yang sudah tewas akibat kecelakaan, sedangkan ibunya meninggal akibat sakit keras. Ia anak tunggal dan bekerja sebagai pelayan di sebuah kafe kecil. Tidak punya kekasih ataupun mantan kekasih, gadis ini pribadi yang tertutup. Alex meraih foto Sarah yang terpampang di dalam sana. Rambut hitam panjang dengan mata hitam seperti kegelapan malam. Dia sangat cantik. Dengan mata bulatnya yang memukau, alisnya tebal dengan struktur wajah seperti gadis bangsawan. Bibirnya seksi dan memerah seperti ceri, semua yang ada padanya sangatlah sempurna. Alex meraih pena merah lalu melingkari nama Sarah di atas kertas itu. Yap, dia menginginkan Sarah sebagai ibu dari anaknya, tapi tidak untuk menikahi gadis itu. Hanya melahirkan keturunannya saja dan menghancurkan berita konyol yang berusaha untuk meredupkan namanya. Pria itu menutup semua berkas, dia duduk di pinggir ranjang lalu mulai memikirkan seseorang yang punya kemungkinan besar melakukan tindakan gila ini. Alex menaruh lagi gelasnya ke atas meja nakas, dia ingin menuduh mantan kekasihnya— Calyria, tapi sepertinya tidak mungkin jika wanita ular itu berani melakukan hal ini karena Alex tahu kalau Calyria tak akan pernah bertindak nekad hanya untuk merebut perhatiannya. “Tapi jika itu memang ulah Calyria, akan kupastikan hidupnya bertambah kacau karena telah berani megusik ketenangan hidupku lagi,” Pikirnya. Ia lalu berbaring dan mulai tertidur. Disisi lain, Sarah tak dapat tidur tenang. Entah ada apa, tapi pikirannya selalu terpusat pada keburukan. Ia meremas kalung peninggalan ibunya erat-erat,”Mom, aku takut melakukan kesalahan. Kumohon bantu aku dari atas sana, ya?” Sarah memejamkan matanya, ia memeluk guling di sebelahnya lalu mulai mencoba untuk istirahat. Sarah hanya ingin berdoa supaya apapun yang terjadi esok hari akan mengubah nasibnya menjadi lebih baik lagi sesuai dengan apa yang ia cita-citakan sejak kedatangannya kemari. Gadis itu membuka matanya lagi, dia teringat akan sesuatu yang nyaris ia lupakan seharian ini. Neneknya! Dia merogoh tasnya untuk mencari ponsel lalu mencari nomor yang digunakan neneknya. Sarah berharap ia bisa mendengar suara sang nenek malam ini karena dia sangat merindukan Nenek Allison. Namun harapannya putus kala panggilan itu tak terjawab bahkan ia sudah mencoba beberapa kali. Sepertinya ini memang belum waktu yang tepat untuk memberitahu Allison mengenai keadaannya sekarang. Ya, mungkin akan ada saatnya dimana ia pulang ke Florida sambil membawa segudang prestasi dan kekayaan. “Tunggu aku pulang, Nek. Aku berjanji kalau aku akan mengubah kehidupan kita agar kita bisa bahagia.” TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD