Shania sama sekali tidak bisa tidur sejak ia terjaga dini hari tadi. Bentar lagi subuh, ia sudah hampir dua jam terus menatap wajah tidur suami nya. Matanya enggan terpejam lagi. Malah Khalif sudah sejak dua jam lalu terlelap. Shania masih memikirkan tawaran Mama nya siang tadi. Mama menawari nya untuk ke sebuah psikiater. Mamanya bilang kemungkinan ia memang mengalami trauma. Jadi, Ve menawari nya solusi. Ia sendiri juga merasa kan itu, ketakutan nya untuk hamil dan gagal lagi. Itu lah yang ia takuti. Ia tidak mau lagi kecewa dan juga mengecewakan suami nya. Makanya ia takut untuk hamil lagi. Shania mendekat untuk mengecup kening suami nya. Lalu tersenyum tipis. Tangan nya mengusap pipi suami nya yang terasa hangat. "Maaf ya, sayang. Sebulan ini terus menyakiti kamu. " ucap nya pelan

